Basuki Rachmat |
Amir Machmud |
Jenderal M Jusuf, salah seorang tokoh kunci terbitnya Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) bersama Jenderal Basuki Rachmat dan Jenderal Amir Machmud. Dia bersama kedua rekannya itulah yang datang ke Istana Bogor untuk menemui Presiden Soekarno yang kemudian melahirkan Supersemar, Bung Karno menyebutnya dengan istilah SP 11 Maret. Supersemar menjadi awal jatuhnya Soekarno dan naiknya Soeharto untuk menegakkan Orde Baru-nya.
Hingga kini, Supersemar masih menyisakan misteri dan kontroversi tentang keaslian dan keabsahannya. Bahkan dua hari sesudah terbit Supersemar, Presiden Soekarno juga pernah menerbitkan Surat Perintah 13 Maret (SP 13 Maret), yang intinya untuk membendung 'kesaktian' Supersemar. Namun, SP 13 Maret itu pun sama sekali tidak pernah dimunculkan oleh rezim Soeharto. Seolah sesudah Supersemar, Soekarno tidak pernah memberikan perintah lain, sehingga dengan Supersemar Soharto melenggang untuk mengambil berbagai tindakan yang berujung pada naiknya dia ke tampuk kekuasaan di negeri ini.
Setelah Basuki Rachmat dan Amir Machmud meninggal, banyak yang berharap Jenderal M Jusuf –karena kelurusan sikapnya semasa hidup– membuka tabir gelap yang menyelimuti Supersemar. Banyak pihak meyakini, sesungguhnya Jenderal M Jusuf mengetahui semua tentang Supersemar. Namun, hingga akhir hayatnya, Jenderal M Jusuf tak pernah membuka semua itu. Misteri Supersemar dan SP 13 Maret dibawanya hingga menghadap Sang Khaliq. Harapan para ahli sejarah dan tokoh Bangsa Indonesia, ternyata sia-sia.
"Kontroversi Supersemar: Bagian Sejarah Indonesia Yang Masih Samar-samar", adalah rangkuman dari berbagai artikel, buku, dan berita, bukanlah artikel ilmiah. Juga tidak berniat mendeskreditan pihak tertentu. Melainkan bagian dari upaya mendorong para ahli sejarah untuk mengungkapkan kebenaran yang bisa dipercaya oleh seluruh Rakyat Indonesia. Semoga bermanfaat.
Pendahuluan
Hari Kamis, tanggal 10 Maret 1966, Presiden Soekarno mengundang pihak-pihak yang berseberangan dengan kebijakan pemerintahan dan perwakilan partai-partai politik. Pada pertemuan tersebut, Soekarno menekan agar partai politik dan organisasi masyarakat mengutuk demonstrasi Tritura.
Akan tetapi pihak Front Pancasila (ormas yang mewadahi KAPPI & KAPI) tidak bersedia memenuhi tuntutan Soekarno. Pertemuan tersebut pun menemui jalan buntu. Selanjutnya, pada keesokan harinya 11 Maret 1966, Soekarno mengadakan sidang kabinet paripurna. Sidang ini dilaksanakan dengan tujuan mencari jalan keluar dari krisis yang kian memuncak. Ketika sidang berlangsung, situasi di luar gedung tampak sangat menegangkan, sehingga Soekarno meninggalkan Jakarta menuju Bogor. Kondisi ibu kota dan daerah-daerah lain memang tidak kondusif, demonstrasi berlangsung di mana-mana. Situasi keamanan Negara pada saat itu sangat gawat karena kewibawaan pemerintah di mata rakyat sudah jauh merosot.
Hari Jum'at, tanggal 11 Maret 1966, berlangsung sidang paripurna Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan. Sidang ini sempat mengalami kepanikan setelah diketahui adanya pasukan tanpa tanda kesatuan di sekeliling Istana Merdeka. Presiden diiringi oleh Waperdam I & III bergegas meninggalkan sidang menuju Istana Bogor dengan helikopter. Sidang ditutup oleh Waperdam II, yang kemudian juga menyusul keBogor.
Didorong oleh rasa tanggung jawab memulihkan keamanan Negara , atas perintah Soeharto, 3 orang perwira tinggi angkatan darat , yakni Mayjen Basuki Rahmat (Mentri Urusan Veteran), Brigjen M. Yusuf (Mentri Perindustrian ) dan Brigjen Amir Mahmud (Panglima Kodam Jaya ) berinisatif menghadap presiden di Istana Bogor. Pada kesempatan itu, mereka menyampaikan dua hal berikut :
a. ABRI , terutama angkatan darat tidak meninggalkan presiden.
b. Men/Pangad Letjen Soeharto mampu memulihkan keamanan apabila diberi kepercayaan.
Pada pertemuan ini ternyata petinggi Angkatan Darat tersebut telah membawa seberkas konsep surat perintah, yang selanjutnya harus ditandatangani oleh Soekarno. Surat Perintah kepada Men/Pangad untuk, atas nama presiden , mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam rangka memulihkan keamanan dan kewibawaan pemerintah. Surat itulah yang dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret.
Letjend Soeharto di antara Pasukan Kostrad |
Kesaksian dan Fakta
Pintu kamar Bung Karno diketuk pengawal. Ada perwira Angkatan Darat yang ingin bertemu presiden. Mereka diutus oleh Soeharto. Ada map merah muda di tangan salah seorang jendral. Di dalamnya berisi naskah yang mesti ditandatangani Soekarno. Naskah itu tidak segera ditandatangani Soekarno. Dia sempat bertanya tentang mengapa kop surat itu dari Markas Besar Angkatan Darat. Seharusnya Surat Perintah itu ber-kop surat kepresidenan. Tapi pertanyaan Soekarno hanya dijawab Jendral Basuki Rachmat, “Untuk membahas, waktunya sangat sempit. Paduka tandatangani saja”.
Kesaksian ini dituturkan Sukardjo Wilardjito, mantan pengawal Presiden Soekarno. Sukardjo pernah dipenjara oleh rezim Orba selama 14 tahun tanpa proses pengadilan, termasuk menjalani beragam penyiksaan, disetrum puluhan kali dan dipaksa mengaku PKI. Kesaksiannya kukuh menyatakan Basuki Rachmat dan Panggabean menodongkan pistol ke muka Soekarno karena bimbang menandatangani. Melihat itu, Sukardjo sebagai pengawal presiden secara refleks mencabut pistol untuk melindungi presiden. Namun meletakkan pistolnya kembali, karena Soekarno tidak ingin melihat pertumpahan darah. Surat yang akhirnya ditandatangani Soekarno itu dikenal kemudian dengan nama Supersemar. Surat Perintah Sebelas Maret.
Sukardjo Wilardjito (kolom kita) |
Sukardjo juga bersaksi bahwa yang menghadap Soekarno adalah empat jendral dan bukan tiga jendral seperti yang disebutkan selama ini. Keempat jendral utusan Soeharto itu adalah M. Yusuf, M. Panggabean, Amir Machmud dan Basuki Rachmat. Biarpun ada yang masih meragukan kesaksian Sukardjo itu, tapi dia tetap berpegang pada kesaksiannya itu. Kemudian malah menulis kesaksiannya di bukunya berjudul “Mereka Menodong Bung Karno”.
Kesaksian Sukardjo bahwa Soekarno ditodong, pernah dibantah M. Yusuf dan Panggabean sendiri. Kesaksian itu juga dibantah oleh A.M. Hanafi mantan Dubes RI di Kuba, dalam bukunya “Hanafi Menggugat”. Sehingga kebenaran kesaksian Sukardjo itu masih perlu ditelusuri lagi. Benarkah demikian?
Soekarno bukan sosok yang mudah digertak. Bagaimanapun, apapun alasan Soekarno menandatangani naskah Supersemar, pada dasarnya kesaksian Sukardjo itu menggambarkan situasi yang tidak kompromistik. Situasi yang membuat Soekarno terjepit, tak ada waktu bernegosiasi. Dan berujung lahirnya Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar. Sesudah menandatangani surat itu, Bung Karno masih sempat mengatakan, bahwa surat itu mesti dikoreksi kalau keadaan sudah pulih. Permintaan itu tidak pernah terwujud, karena ketika menandatangani surat itu, tanpa disadari Soekarno sudah menyetujui kekuasaannya dipreteli.
Supersemar adalah surat mandat Soekarno pada Soeharto untuk mengamankan negara yang kacau akibat G-30-S PKI. Belakangan mandat Supersemar ini ternyata dijadikan legitimasi untuk mengambil alih kekuasaan yang menyingkirkan Soekarno. Dengan Supersemar itu Soeharto memperoleh surat sakti, kemudian bergerak cepat meraih kursi presiden.
Bung Karno yang sadar bahwa Supersemar ternyata dimanipulasi, dalam pidatonya berteriak “Jangan jegal perintah saya! Jangan saya dikentuti!”. Ini ekspresi kemarahan Soekarno kepada orang-orang yang dianggapnya telah menipunya, melangkahinya dan membangkang perintahnya.
Menjelang kejatuhannya, Bung Karno mulai agak kehilangan kontrol diri, mulai frustrasi. Itu tampak dari pidato-pidatonya yang emosional. Dia sudah mulai merasa ditinggalkan dan dikhianati oleh orang-orang sekitarnya. Kecurigaan Soekarno bahwa ada persekongkolan yang berniat memanipulasi Supersemar, tercermin dari pidatonya. Ketika itu Bung Karno mulai melihat tanda-tanda Supersemar yang disebutnya SP 11 Maret itu mulai “dimainkan” oleh Soeharto. Karena itu Bung Karno menekankan berkali-kali, dirinya tidak bermaksud mengalihkan kekuasaannya pada Soeharto.
Kata Bung Karno, “Dikiranya SP Sebelas Maret adalah surat penyerahan pemerintahan. Dikiranya SP Sebelas Maret itu, suatu transfer of sovereignty. Transfer of authority”. Padahal TIDAK! SP Sebelas Maret adalah suatu perintah. SP Sebelas Maret adalah suatu perintah pengamanan. Perintah pengamanan jalannya pemerintahan. Pengamanan jalannya ini pemerintahan. Seperti kukatakan dalam pelantikan kabinet. Kecuali itu juga perintah pengamanan keselamatan pribadi Presiden. Perintah pengamanan wibawa Presiden. Perintah pengamanan ajaran Presiden. Perintah PENGAMANAN beberapa hal”.
Dokumen Supersemar Aspal?
Menurut kesaksian staf intel Komando Operasi Tertinggi Gabungan-5 (G-5 KOTI) Salim Thalib, naskah Supersemar yang dikenal sekarang adalah palsu. Selain aslinya tidak serapi itu, isi naskah juga tidak sama dengan naskah aslinya.
Beberapa kalangan menilai, latar belakang Supersemar tak lepas dari persaingan antara PKI dan Angkatan Darat. Sebelum terjadinya G-30-S, persaingan antara PKI dan Angkatan Darat sudah dalam taraf saling jegal menjegal. Bahkan PKI sampai ingin membangun “Angkatan Kelima” dalam militer, untuk menggeser Angkatan Darat. Dan Angkatan Darat ingin menggeser PKI.
Dalam beberapa pidato Soekarno menjelang ambruknya, bisa ditangkap adanya konspirasi tanpa sepengetahuan Soekarno. Sehingga timbul kecurigaan banyak orang. Mungkinkah Supersemar “sengaja” dinyatakan hilang? Betulkah naiknya Soeharto sebagai presiden adalah inskonstitusional karena bertentangan dengan amanat Supersemar? Dan karenanya Supersemar mesti lenyap secara misterius? Apakah bisa dipercaya begitu saja bahwa dokumen negara sepenting itu bisa hilang? Dengan kata lain harus dilenyapkan!
Jika Supersemar memang begitu monumental, di mana keberadaannya sekarang? Jenderal M. Jusuf pernah mengaku memiliki salah satu salinan Supersemar, namun hingga saat meninggalnya, ia tidak mau menunjukkan salinan tersebut kepada publik. Sementara dua naskah Supersemar di Arsip Nasional hanya berbentuk fotocopy. Anehnya kedua naskah itu tidak mirip karena diketik dengan spasi berbeda. Pertanyaannya, yang manakah di antara kedua naskah itu yang otentik? Atau apakah malah keduanya sama-sama tidak otentik?
(bersambung)
(bersambung)
Bacalah artikel ini secara berurutan:
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".