Tadi padi, anak ku yang perempuan di wisuda di STKIP PGRI Tulungagung. Awalnya, aku berniat untuk tidak ikut hadir, namun karena khawatir anakku itu salah tafsir, akhirnya jadi juga aku berangkat mengantarkannya, dan istriku juga ikut. Selain di STKIP anakku ini juga kuliah di Universitas Malang, tapi belum selesai. Aku sangat mencintai anak-anakku, sehingga ketika dia merajuk mendengar aku tidak turut serta dalam wisudanya, aku tidak sampai hati.
Suasana sidang wisuda yang penuh formalitas upacara membuat aku mengantuk, berkali-kali aku tertidur dalam hitungan menit. Aku biasa dan bisa tidur di mana pun aku mau, dan kapan saja. Karena itu, aku kemudian pamit pada istriku untuk menikmati suasana di luar ruang sidang. Huuuaaaa....aahm, di luar terasa lebih segar. Mataku bisa jelalatan menikmati kendaraan yang hilir mudik, dan simpang siurnya para pengantar wisudawan-wisudawati.
Kemarin, waktu anakku merajuk memaksaku untuk mengantar, aku bilang pada dia "Abah bangga, anak abah bisa menjadi sarjana. Tapi abah akan lebih bangga lagi bila anak-anak abah bisa sukses, kreatif, dedikatif, berprestasi dan memberikan manfaat pada keluarga dan lingkungannya". Gelar kesarjanaan bukanlah segala-galanya, kuliah hanyalah sebuah jembatan untuk membangun kualitas berpikir akademis. Ilmu yang diperoleh dari bangku sekolah maupun perkuliahan tidaklah sebanding dengan apa yang akan kita hadapi dalam kehidupan sepanjang hayat. Oleh sebab itu, jangan terlalu membanggakan status ini, apalagi jika itu diperoleh melalui cara-cara yang mungkin tidak diridloi Allah. Aku tidak menuduh anakku meraih gelar sarjana dengan cara-cara kotor, namun ada sekian banyak birokrat, eksekutif maupun entrepreneur yang mencari S2 atau S3 melalui jalur yang musykil?!
Selamat atas suksesnya ananda Nuur Khafizhah Kariim meraih gelar S.Pd. Jurusan Bahasa Inggris dengan IPK 3,48. I Love You Forever. Abdikan hidup bagi Islam, jangan untuk yang lain!
Suasana sidang wisuda yang penuh formalitas upacara membuat aku mengantuk, berkali-kali aku tertidur dalam hitungan menit. Aku biasa dan bisa tidur di mana pun aku mau, dan kapan saja. Karena itu, aku kemudian pamit pada istriku untuk menikmati suasana di luar ruang sidang. Huuuaaaa....aahm, di luar terasa lebih segar. Mataku bisa jelalatan menikmati kendaraan yang hilir mudik, dan simpang siurnya para pengantar wisudawan-wisudawati.
Kemarin, waktu anakku merajuk memaksaku untuk mengantar, aku bilang pada dia "Abah bangga, anak abah bisa menjadi sarjana. Tapi abah akan lebih bangga lagi bila anak-anak abah bisa sukses, kreatif, dedikatif, berprestasi dan memberikan manfaat pada keluarga dan lingkungannya". Gelar kesarjanaan bukanlah segala-galanya, kuliah hanyalah sebuah jembatan untuk membangun kualitas berpikir akademis. Ilmu yang diperoleh dari bangku sekolah maupun perkuliahan tidaklah sebanding dengan apa yang akan kita hadapi dalam kehidupan sepanjang hayat. Oleh sebab itu, jangan terlalu membanggakan status ini, apalagi jika itu diperoleh melalui cara-cara yang mungkin tidak diridloi Allah. Aku tidak menuduh anakku meraih gelar sarjana dengan cara-cara kotor, namun ada sekian banyak birokrat, eksekutif maupun entrepreneur yang mencari S2 atau S3 melalui jalur yang musykil?!
Selamat atas suksesnya ananda Nuur Khafizhah Kariim meraih gelar S.Pd. Jurusan Bahasa Inggris dengan IPK 3,48. I Love You Forever. Abdikan hidup bagi Islam, jangan untuk yang lain!
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".