Kitab Berhuruf Palawa Sulit Cari Penterjemah
* Berbahan kulit dan pernah ditawar Rp.85 juta
WASKITA – Sebuah kitab yang menggunakan bahan kulit diperkirakan berusia ratusan tahun dan diduga bertuliskan dengan huruf palawa, sejak sekitar tujuh bulan lalu telah dimiliki oleh Suharto 55, warga Lingkungan Krajan, Desa/Kecamatan Jetis.
Meski sulit untuk membacanya dan menterjemahkan kandungan isi kitab tersebut, namun Harto mangaku tidak menjualnya pada kolektor. Diakuinya, beberapa waktu lalu ada warga Solo datang padanya dan menawar buku tersebut dengan nilai fantastis, yakni Rp.85 juta, namun ia tetap tidak melepasnya.
Ditanya mengapa ia tidak melepas kitab tersebut, sementara penawaran warga tadi sudah mencapai angka yang cukup tinggi untuk sebuah kitab yang ia sendiri tidak bisa membacanya. Ia hanya penasaran dengan isi kitab tersebut. “Selagi saya belum menemukan orang yang bisa membacakan tulisan dalam kitab ini, saya tidak akan melepasnya,” jelasnya.
Dikisahkan, awal ia menemukan kitab tersebut adalah dengan cara yang tidak sengaja. Ia yang menjadi kolektor perabot-perabot antik ini suatu ketika berburu perabok antik di Madiun. Tanpa mengetahui nama daerahnya ia mengaku masuk ke dalam pasar yang disitu dijual beberapa barang bekas. “Saya sendiri lupa apa nama daerahnya, yang jelas disitu saya menemukan kitab ini. Itupun sudah bercampur dengan barang-barang bekas dan kondisinya sangat tidak terawat. Saya coba tawar ternyata diberikan oleh pemiliknya,” tutur Harto PDI, panggilan akrab pemilik kitab kuno ini.
Rasa penasaran akan isi kitab tersebut ternyata sedikit mengalahkan hobbynya berburu perabot-perabot antik. Saat ini ia justru sibuk mencari orang yang dirasa mempu membacakan tulisan dalam kitab tersebut.
Sekilas, huruf-huruf yang ada dalam kitab tersebut memang mirip dengan huruf jawa. Namun setelah diamati dengan seksama, ada beberapa huruf maupun tanda baca yang bukan huruf jawa. Dari beberapa informasi yang masuk padanya, diduga tulisan dalam kitab tersebut adalah huruf Palawan. “Kalau beberapa orang yang pernah saya datangi mereka semua kesulitan membaca tulisan ini. Mereka memperkirakan ini huruf Palawa dan umurnya sudah Ratusan tahun,” jelasnya.
Perihal perburuan terhadap orang yang bisa membacakan tulisan dalam kitabnya tersebut, Harto mengaku sudah bukan pada satu atau dua orang saja. “Pernah suatu ketika ada orang pintar dari Bedi Bungkal untuk membaca isi kitab, ternyata ia hanya mampu membaca sepenggal saja tanpa mampu menterjemahkan secara utuh. Tetapi sedikit ada kisah ‘Anak raja Kediri dipinang oleh……’ Setelah itu ia tidak sanggup meneruskannya lagi.” Urai warga Jetis ini.
Keunikan bukan hanya pada usia kitab itu saja. Selain berbahan dari kulit, tinta yang dipergunakan untuk menulis ternyata tidak terpengaruh oleh air. Itu terbukti ketika pemilik buku ini bermaksud membersihkan dari kotoran. Setelah terkena air tulisan bukannya memudar, tetapi justri terlihat makin jelas.
“Saya sendiri tidak tahu pasti, yang jelas ketika istri dan anak saya berusaha membersihkan lembar demi lembar kitab ini, pada halaman 81 mereka menemukan uang kertas pecahan Rp.100 ribu buatan tahun 1947.” Ungkapnya.
Sejak ada padanya, kitab antik ini selalu menjadi bahan pembicaraan dan tak jarang orang yang dating padanya menanyakannya dan ingin melihat kitab tersebut.
Harto sendiri tidak keberatan menunjukkan kitab tersebut, ia berharap dari sekian banyak warga yang datang dan melihat terdapat seseorang yang mampu membacakan tulisan dalam kitab tersebut . “Ya siapa tahu diantara yang datang dan melihat kitab ini ternyata ada yang meembaca tulisannya. Karena saya sendiri masih penasaran dengan isi kitab ini,” imbuhnya.
Ketika Waskita mencoba menanyakan kembali apakah benar tidak akan melepas jika ada warga yang datang dan menawar kitab dengan harga yang lebih tinggi. Ia mengaku masih penasaran tengan makna tulisan dalam kitab tersebut. “Barang kali kalau saya hanya berburu uang tanpa ada rasa pingin tahu makna tulisan dalam kitab ini sudah saya lepas saat orang Solo itu menawarnya mas. Masalahnya penasaran saya belum terjawab. Nggak tahu nanti kalau sadah ada seseorang yang mampu membacakan pada saya,” Terang pemilik warung kopi di belakang kantor Pos Kecamatan Jetis ini.
Lebih Lanjut Harto mengatakan, kitab yang ditulis dengan bahan kulit dengan tinta yang bagus dan tidak luntur meski terkena air, tentu merupakan buku yang sangat penting sekali. Setidaknya, jelasnya, buku tersebut memiliki nilai sejarah yang amat penting.
Informasi lain menyebutkan, kitab tersebut hanya satu pasang. Artinya kitab tersebut dibuat hanya dua buah. Antara keduanya memiliki kesamaan dan saling berhubungan. Hal inilah yang semakin membuat pemiliknya sulit untuk melepas kitab tersebut meski pernah ditawar hingga begitu tinggi. Bahkan Harto berencana memburu pasangan kitab miliknya tersebut. “Info-info yang masuk pada saya, kitab ini hanya ada dua dan ini berpasangan. Saya kok malah penasran untuk mencari kitab yang satunya lagi. Tetapi entah dimana adanya, sayapun belum memperoleh petunjuk soal itu,” pungkasnya pada Waskita. (gus)
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".