Foto: Mereka sedang asyik bermain catur
Tadi malam aku datang lagi di Warung Catur Trenggalek. Sengaja hadirku agak malam, sekitar pukul 22-an. Ternyata, pengunjungnya penuh, bahkan sampai lesehan di depan Warcat. Banyak teman-teman yang bermain, seperti mas Mugiono, mas Sampurno (yang barusan Juara I), mas Kuncahyoningrat, mas Anas (pemilik Warcat) yang barusan menempati peringkat ke-empat Trophy HUT Proklamasi RI, nampak sibuk melayani. Dia hilir mudik, tidak sempat bermain catur. Aku hanya duduk, minum kopi sambil menyaksikan mereka bermain.
Para pecatur yang ada malam ini, adalah mereka yang memang hobby catur. Mereka dulunya pemain yunior, kemudian meningkat jadi pemain senior, yang tadinya pemain pemula kini mereka bisa diandalkan. Rata-rata, mereka serius menggeluti olahraga ini, walaupun mereka sadar tiada harapan masa depan yang digantungkan dari profesi pecatur. Mereka senang dengan catur bukan karena itu. Tapi karena...aku sendiripun tidak mengerti. Aku juga hobby sejak masih usia SD.
Di kepengurusan Percasi, aku duduk di Komisi Pertandingan dan Perwasitan, mas Sampurno di seksi perlengkapan, mas Kun di bidang organisasi. Para pecatur yang ada malam ini, sudah maklum akan posisi kami ini. Oleh sebab itulah, mereka yang hadir di Warcat malam ini, banyak membicarakan perkembangan Percasi Trenggalek.
Nampaknya, mereka sungguh-sungguh sangat memperhatikan eksistensi Percasi, aku bahkan kalah selangkah dibanding mereka! Menurut mereka, Percasi Trenggalek seharusnya segera melakukan re-pengurus. Yang menjadi biang gagasan ini, bukan Ketua atau Sekretaris Percasi, tapi beberapa pengurus yang inti dan sering "show-acting" (istilah mereka).
"Coba aja, dahulu sewaktu kepengurusan Pak Marno (Soemarno, BE) dan Pak Wahyudi, setiap pertandingan catur pesertanya pasti diberi snack dan minuman kopi atau teh. Lah, sekarang.... ngaplo", kata beberapa orang yang kusimpulkan dalam kalimat yang lebih sopan. Kepengurusan terdahulu (lagi-lagi hasil pengamatan mereka), memang sangat peduli dengan pemain. Nampaknya, mereka (maksudnya pengurus terdahulu) tidak menjadikan Percasi sebagai ajang untuk "golek tambahan".
"Bayangkan, ada pengurus yang sekarang, kalau diundang rapat justru tanya ada uang bensinnya apa gak? Kalau nggak ada ya nggak hadir", celetuk seseorang yang aku tidak kenal. Wah, aku jadi rikuh, sebab aku sendiri adalah anggota pengurus Percasi, yang nota bene sejak re-organisasi tahun 2008, aku jarang hadir di forum rapat. Ketidak hadiranku, berawal dari "ketidaksenanganku" pada "kebijakan" beberapa pengurus, kemudian berlanjut aku tidak hadir sebab tidak diundang.
Mereka sangat berharap, figur pengurus yang tidak transparan dan sok suci, bisa di-reformasi. Mereka ingin menyampaikan ini pada Ketua (dr. H. Sardjono Baskoro) atau Sekretaris (dr. Tri Siswoyuwono), namun mereka segan. Kelihatannya, pecatur yang hadir di Warcat sangat mengenal figur Ketua dan Sekretaris Percasi periode ini, mereka menghormati keduanya dan merasa kasihan bila karena ulah pengurus lain, nama baik keduanya ikut tercoreng. Alamak...aku jadi gak bisa beringsut dari bangku karena obrolan mereka!
Tadi malam aku datang lagi di Warung Catur Trenggalek. Sengaja hadirku agak malam, sekitar pukul 22-an. Ternyata, pengunjungnya penuh, bahkan sampai lesehan di depan Warcat. Banyak teman-teman yang bermain, seperti mas Mugiono, mas Sampurno (yang barusan Juara I), mas Kuncahyoningrat, mas Anas (pemilik Warcat) yang barusan menempati peringkat ke-empat Trophy HUT Proklamasi RI, nampak sibuk melayani. Dia hilir mudik, tidak sempat bermain catur. Aku hanya duduk, minum kopi sambil menyaksikan mereka bermain.
Para pecatur yang ada malam ini, adalah mereka yang memang hobby catur. Mereka dulunya pemain yunior, kemudian meningkat jadi pemain senior, yang tadinya pemain pemula kini mereka bisa diandalkan. Rata-rata, mereka serius menggeluti olahraga ini, walaupun mereka sadar tiada harapan masa depan yang digantungkan dari profesi pecatur. Mereka senang dengan catur bukan karena itu. Tapi karena...aku sendiripun tidak mengerti. Aku juga hobby sejak masih usia SD.
Di kepengurusan Percasi, aku duduk di Komisi Pertandingan dan Perwasitan, mas Sampurno di seksi perlengkapan, mas Kun di bidang organisasi. Para pecatur yang ada malam ini, sudah maklum akan posisi kami ini. Oleh sebab itulah, mereka yang hadir di Warcat malam ini, banyak membicarakan perkembangan Percasi Trenggalek.
Nampaknya, mereka sungguh-sungguh sangat memperhatikan eksistensi Percasi, aku bahkan kalah selangkah dibanding mereka! Menurut mereka, Percasi Trenggalek seharusnya segera melakukan re-pengurus. Yang menjadi biang gagasan ini, bukan Ketua atau Sekretaris Percasi, tapi beberapa pengurus yang inti dan sering "show-acting" (istilah mereka).
"Coba aja, dahulu sewaktu kepengurusan Pak Marno (Soemarno, BE) dan Pak Wahyudi, setiap pertandingan catur pesertanya pasti diberi snack dan minuman kopi atau teh. Lah, sekarang.... ngaplo", kata beberapa orang yang kusimpulkan dalam kalimat yang lebih sopan. Kepengurusan terdahulu (lagi-lagi hasil pengamatan mereka), memang sangat peduli dengan pemain. Nampaknya, mereka (maksudnya pengurus terdahulu) tidak menjadikan Percasi sebagai ajang untuk "golek tambahan".
"Bayangkan, ada pengurus yang sekarang, kalau diundang rapat justru tanya ada uang bensinnya apa gak? Kalau nggak ada ya nggak hadir", celetuk seseorang yang aku tidak kenal. Wah, aku jadi rikuh, sebab aku sendiri adalah anggota pengurus Percasi, yang nota bene sejak re-organisasi tahun 2008, aku jarang hadir di forum rapat. Ketidak hadiranku, berawal dari "ketidaksenanganku" pada "kebijakan" beberapa pengurus, kemudian berlanjut aku tidak hadir sebab tidak diundang.
Mereka sangat berharap, figur pengurus yang tidak transparan dan sok suci, bisa di-reformasi. Mereka ingin menyampaikan ini pada Ketua (dr. H. Sardjono Baskoro) atau Sekretaris (dr. Tri Siswoyuwono), namun mereka segan. Kelihatannya, pecatur yang hadir di Warcat sangat mengenal figur Ketua dan Sekretaris Percasi periode ini, mereka menghormati keduanya dan merasa kasihan bila karena ulah pengurus lain, nama baik keduanya ikut tercoreng. Alamak...aku jadi gak bisa beringsut dari bangku karena obrolan mereka!
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".