Selokondo – Batu yang kini berada di pinggiran sungai Tawing ini juga termasuk benda “misteri” yang memuat cerita legenda (Dok. PrigiBeach.com)
Hardjo Soewoto, sedang asyik memainkan rebab (Dok. PrigiBeach.com)
- Ada Terowongan Mistis ‘Hubungkan’Munjungan-Ponorogo
Seniman serba bisa ini memiliki seorang istri dan 9 anak, tampak begitu gairah ketika berbicara ihwal kesenian. Dia mengaku berolah seni sejak kecil. Sejak usia sembilan tahun dia sudah pintar menabuh kendang. Bakat musik tradisional diperoleh secara alami dan otodidak, selain sebagai warisan orang tuanya.
“Meski saya tak pintar not-notan (notasi/red), saya bisa menciptakan lagu dan cukup paham gending-gending Jawa jenis slendro, pelhog mau pun kreasi baru. Bahkan gending berirama Sunda pun saya senang”, tuturnya tanpa niat takabur.
Sebagai budayawan terpandang di seputar daerahnya, Soewoto merasa berkewajiban untuk mempertahankan eksistensi kesenian Jawa. Untuk itulah, didukung oleh putra-putri dan menantu-menantunya, dia senantiasa memelihara budaya Jawa, dimulai dari lingkungan terdekatnya sendiri. Sebagai budayawan dia pun tak bersikap fanatik terhadap kesenian yang bukan menjadi keahliannya. Buktinya, dalam perkumpulan Paranida yang diasuhnya, juga dikembangkan musik dangdut dan campur sari modern, yang sudah menyentuh wilayah modernisasi.
Dia juga menghargai orang-orang yang percaya pada hal-hal yang bersifat mistis. Bahkan dengan cukup lancar Soewoto mampu merinci sejumlah titik “mistisisme” yang ada di desa Tawing dan sekitarnya. Seperti "Selokondo" yang terletak di dekat dam air, misteri di seputar Gunung Kembar yang konon menyimpan banyak “keistimewaan”, Watu Pecah di pesisiran Ngampiran, dan lain-lain.
Di sekitar Gunung Kembar, ujar dia, terdapat misteri balutan emas dan arca, bagi yang percaya bisa dilihat setelah melakukan upacara ritual. Di Watu Pecah dipercaya oleh sebagian orang sebagai tempat wingit, yang bisa dimintai tolong untuk niat-niat jahat. “Di tempat itu, kata yang mempercayai, ada terowongan mistis yang menembus sampai ke Ponorogo. Tentu saja yang berminat sebelumnya harus melakukan berbagai persyaratan”, kata Hardjo Soewoto, pencipta tari Tarik Jaring, sebuah tari yang sangat dikenal oleh warga Munjungan dengan wajah sumringah.
1 Komentar:
Perbuatan itu dianggap syirik atau tidak sangat bergantung pada scope dan niatnya. Jaman dulu para Wali juga menggunakan Budaya Rakyat untuk menyebarkan agama Islam, namun yang diambil hanya unsur budayanya saja sementara unsur syiriknya dihilangkan
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".