DENPASAR, KOMPAS.com - Tim penyeleksi peran dalam film Eat, Pray, Love (EPL) yang dibintangi Julia Roberts kesulitan mencari pemeran dukun dan guru spiritual bernama Ketut Liyer, karena banyaknya kriteria yang harus dipenuhi.
Salah seorang kru pembuatan film EPL di Denpasar, Kamis, mengatakan hingga hari ke-15 pengambilan gambar film itu, tidak satupun calon aktor yang mengikuti tes dianggap pas untuk menjadi pemeran Liyer.
Menurut kriteria yang ditetapkan tim penyeleksi, Liyer adalah lelaki yang menjadi dukun dengan perawakan kurus berusia 75 tahun, ompong di bagian depan, mengerti aspek spiritual, dan mampu bertutur kata secara fasih dalam Bahasa Inggris.
Liyer, warga Pengosekan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, menolak untuk ikut bermain dengan peran sebagai dirinya dalam EPL, karena mengidap penyakit kencing batu sejak beberapa waktu lalu. Padahal, honor sebesar Rp 200 juta telah disiapkan jika dia bersedia bermain dalam film tersebut.
Kru yang enggan disebutkan namanya itu menjelaskan, naskah dan dialog EPL dibuat dalam Bahasa Inggris dan pemeran Liyer itu harus mampu menerjemahkan keinginan skenario dan sutradara EPL, Ryan Murphy. Dialog Liyer dan Roberts semuanya berlangsung dalam Bahasa Inggris.
Sejumlah audisi untuk mendapatkan sosok yang pas sebagai dukun itu sudah dilakukan di empat kota, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Denpasar. Bahkan tim juga melakukan penelusuran dengan memasuki sejumlah rumah penduduk dan panti jompo di Jakarta guna mendapatkan orang yang sesuai dengan keinginan.
Salah satu anggota tim penyeleksi yang juga enggan disebutkan namanya mengungkapkan, cukup banyak kesulitan untuk mencari sosok Liyer ini. Saat tim merasa sudah menemukan orang yang pas, ternyata yang bersangkutan tidak memiliki kecakapan dalam berbahasa Inggris.
Ia mengemukakan, banyak lelaki setempat yang berminat, bahkan sampai yang berusia di bawah 70 tahun mencoba untuk ikut audisi, namun ditolak tim penyeleksi lantaran dari segi usia sudah tidak memenuhi persyaratan.
Tim penyeleksi itu tak mau sembarangan, karena orang-orang yang terlibat sebagian besar telah memperoleh penghargaan tertinggi di bidang film. Jumlah para calon aktor yang mengikuti audisi dan bersedia untuk diambil foto serta "casting" tak kurang dari 10 orang.
Menurut dia, terdapat beberapa kesulitan yang dijumpai tim penyeleksi saat audisi untuk menemukan sosok Liyer. Misalnya mereka justru menunjukkan sifat kekanak-kanakan saat dilakukan uji peran.
Kesulitan lain yang terjadi adalah tiba-tiba calon aktor itu menolak untuk difoto, atau mereka menolak saat diminta untuk mengulang dialog yang dirasakan kurang pas.
Ada lagi kesulitan terkait gambaran fisik sosok Liyer itu. Ketika menemukan orang yang cakap dalam berbahasa Inggris, ternyata wajahnya sama sekali tak memiliki kemiripan dengan Liyer yang asli.
Pengamanan di lokasi pengambilan gambar film itu sangat ketat. Pihak-pihak yang terlibat pun semua enggan untuk berkomentar dan jika ada yang memberikan informasi, meminta supaya identitasnya tidak dipublikasikan. (ANT/EH)
Salah seorang kru pembuatan film EPL di Denpasar, Kamis, mengatakan hingga hari ke-15 pengambilan gambar film itu, tidak satupun calon aktor yang mengikuti tes dianggap pas untuk menjadi pemeran Liyer.
Menurut kriteria yang ditetapkan tim penyeleksi, Liyer adalah lelaki yang menjadi dukun dengan perawakan kurus berusia 75 tahun, ompong di bagian depan, mengerti aspek spiritual, dan mampu bertutur kata secara fasih dalam Bahasa Inggris.
Liyer, warga Pengosekan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, menolak untuk ikut bermain dengan peran sebagai dirinya dalam EPL, karena mengidap penyakit kencing batu sejak beberapa waktu lalu. Padahal, honor sebesar Rp 200 juta telah disiapkan jika dia bersedia bermain dalam film tersebut.
Kru yang enggan disebutkan namanya itu menjelaskan, naskah dan dialog EPL dibuat dalam Bahasa Inggris dan pemeran Liyer itu harus mampu menerjemahkan keinginan skenario dan sutradara EPL, Ryan Murphy. Dialog Liyer dan Roberts semuanya berlangsung dalam Bahasa Inggris.
Sejumlah audisi untuk mendapatkan sosok yang pas sebagai dukun itu sudah dilakukan di empat kota, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Bandung, dan Denpasar. Bahkan tim juga melakukan penelusuran dengan memasuki sejumlah rumah penduduk dan panti jompo di Jakarta guna mendapatkan orang yang sesuai dengan keinginan.
Salah satu anggota tim penyeleksi yang juga enggan disebutkan namanya mengungkapkan, cukup banyak kesulitan untuk mencari sosok Liyer ini. Saat tim merasa sudah menemukan orang yang pas, ternyata yang bersangkutan tidak memiliki kecakapan dalam berbahasa Inggris.
Ia mengemukakan, banyak lelaki setempat yang berminat, bahkan sampai yang berusia di bawah 70 tahun mencoba untuk ikut audisi, namun ditolak tim penyeleksi lantaran dari segi usia sudah tidak memenuhi persyaratan.
Tim penyeleksi itu tak mau sembarangan, karena orang-orang yang terlibat sebagian besar telah memperoleh penghargaan tertinggi di bidang film. Jumlah para calon aktor yang mengikuti audisi dan bersedia untuk diambil foto serta "casting" tak kurang dari 10 orang.
Menurut dia, terdapat beberapa kesulitan yang dijumpai tim penyeleksi saat audisi untuk menemukan sosok Liyer. Misalnya mereka justru menunjukkan sifat kekanak-kanakan saat dilakukan uji peran.
Kesulitan lain yang terjadi adalah tiba-tiba calon aktor itu menolak untuk difoto, atau mereka menolak saat diminta untuk mengulang dialog yang dirasakan kurang pas.
Ada lagi kesulitan terkait gambaran fisik sosok Liyer itu. Ketika menemukan orang yang cakap dalam berbahasa Inggris, ternyata wajahnya sama sekali tak memiliki kemiripan dengan Liyer yang asli.
Pengamanan di lokasi pengambilan gambar film itu sangat ketat. Pihak-pihak yang terlibat pun semua enggan untuk berkomentar dan jika ada yang memberikan informasi, meminta supaya identitasnya tidak dipublikasikan. (ANT/EH)
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".