Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di daerah kita akan diselenggarakan pada hari Rabu, tanggal 2 Juni 2010. Pesta Demokrasi ini akan diikuti oleh seluruh warga Trenggalek yang peduli akan eksistensi dan perkembangan Trenggalek dalam kurun lima tahun ke depan.
Memang, tidak semua warga berhak pilih yang akan aktif memberikan suaranya. Ada kemungkinan, yang golput atau karena alasan tertentu tidak bisa memberikan suaranya pada event demokrasi ini. Namun, perkiraan jumlah golput tersebut tidaklah sebesar pada Pemilihan Presiden maupun Pemilihan Legeslatif.
Dalam Pilkada, masyarakat akan menentukan pilihannya memberikan mandat tertinggi kepada kandidat yang didukungnya, untuk menjabat sebagai “Raja” yang menjadi penguasa tunggal di Kabupaten Trenggalek. Dialah Bupati, sang pemimpin daerah ini.
Sang Pemimpin bukan minta untuk dipilih menjadi pemimpin. Kebesaran Sang Pemimpin ada di dalam namanya yang terkenal karena amal perbuatannya – kebajikannya tersebar luas. Masyarakat banyak memilihnya bukan karena dia mewajibkan orang lain untuk memilihnya.
Seorang “Pemimpin” tidak akan memaksa orang lain agar mengikutinya, dalam arti bahwa kebesarannya dalam memimpin adalah proses dari pilihannya yang panjang dan penuh perjuangan. Sehingga orang lain mengakuinya sebagai pemimpin dengan segala atribut yang melekat padanya, dengan kerelaan dan kepasrahan.
Sekalipun Sang Pemimpin sudah diakui sebagai pemimpin, dia akan tidak membedakan kedudukan tersebut dalam kepemimpinannya. Sang Pemimpin bukan Raja yang memiliki kerajaan, singgasana, baju kebesaran dan mahkota, kemewahan harta, permaisuri dan selir, fasilitas pribadi dan kantor dinas, bahkan gaji serta pensiun. Sang Pemimpin tidak mungkin memintanya.
Kendati seseorang telah menjadi pemimpin dengan tipikal yang mempengaruhi, sikap terhadap orang lain, sikap kepada dunia tidak terlihat manusia/ghaib, dan sikap kepada lingkungannya. Sang Pemimpin merasakan bahwa pilihannya untuk berbuat baik, tidak berkata bohong, menghormati orang yang lebih tua dan tetangga, meninggalkan perbuatan jahat merupakan suatu pilihan langka di daerah ini.
Seorang “pemimpin” akan menentukan pilihan untuk tidak musyrik, pilihan untuk tidak munafik, pilihan untuk tidak kafir, dan pilihan untuk tidak berbuat dholim, sekali pun pilihan itu bisa menyebabkan dirinya terkucilkan dari system dalam sebuah komunitas semisal birokrasi. Sebagaimana dicontohkan oleh para Aulia dan para Nabi-nabi di zaman dahulu, yang dimusuhi masyarakat di lingkungannya, demi mempertahankan sebuah kebenaran keyakinannya akan Tuhan.
Bagi orang yang belajar agama dan banyak membaca, kejadian pengusiran/pengucilan tersebut pernah dan sering terjadi pada diri para Nabi di masa lalu. Niscaya, sejarah tersebut akan menjadikan kita berjiwa besar, ksatria yang mengedepankan kepentingan orang lain. Tanpa harus berutopia apalagi dengan menjelajahi dunia kenisbian yang mengorbankan diri sendiri. Karena zaman ini sudah mengalami perubahan baik sosial maupun keyakinan.
Seseorang sebelum menjadi Bupati, utamanya kaum lelaki dewasa, tentunya sudah punya bakat sebagai Pemimpin muda. Di mana sebelum menjadi manusia yang ditokohkan, kepribadiannya sudah diakui oleh lingkungannya sebagai pribadi yang baik, berasal dari keturunan yang baik, dan dapat dipercaya.
Marilah kita, segenap warga Trenggalek, bersikap bijak untuk menentukan pilihan siapakah yang akan menjadi Bupati Trenggalek periode 2010-2015. Jangan asal pilih, jangan jatuhkan pilihan hanya karena kebutuhan sesaat.
Pilkada yang bersih dan bertanggungjawab hendaknya kita arahkan pada penegakan hukum dan keadilan. Salah memilih “pemimpin” dan menetapkan seseorangyang angkara murka, sebagai Bupati kita, merupakan dosa bagi setiap warga yang telah memberikan hak suaranya. Apalah artinya sekelumit “iming-iming” atau secuil hadiah, bila dibandingkan dengan masa depan Trenggalek dalam kurun lima tahun ke depan…!
Wallahua’lam
Kutulis Buat : Keluargaku Tercinta.
Tiada Harta yang bisa kuwariskan. Maafkan Abah.
Tiada Harta yang bisa kuwariskan. Maafkan Abah.
2 Komentar:
Berbicara tentang pemimpin sesungguhnyalah abah sang pemimpin,telah banyak yang abah pimpin dan sayapun banyak belajar dari abah bagaimana memimpin,meskipun saya sendiri takbisa memimpin,apalagi disebut pemimpin,semoga Trenggalek nanti benar benar mendapatkan seorang pemimpin,bukan sekedar pemimpi ya bah
amin
1#. Masyaallah, maaf mas Tosa, baru bisa balas komentar Anda.
Terimakasih, namun bagi kita (saya, Anda dan pembaca) akan lebih "plonk" rasanya bila melakukan sesuatu demi kepentingan sosial dengan mendahulukan kebutuhan orang lain dan tanpa pamrih dari siapa pun. Saya memang sudah jadi pemimpin sejak menikah dan punya anak. Tapi saya bukan seperti yang Anda duga. Jauh dari itu.
Salam hangat, terus kreatif produktif, selalu dinamis namun tetap tawaddu.
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".