Israeli forces attack aid ship (foto: IMEMC)
Zionis Israel mengakui adanya ‘beberapa kesalahan yang dilakukan pejabat senior' mereka dalam penyerangan atas armada bantuan kemanusiaan 31 Mei lalu, yang menyebabkan syahidnya sembilan relawan. Sesudah dunia berbalik mengecam dan mengutuk tindakan pasukan komando Israel yang membajak dan membunuh para relawan Freedom Flotilla to Gaza, Israel melancarkan sendiri investigasi atas penyerangan itu dan Senin kemarin mengakui bahwa telah terjadi "beberapa kekeliruan pengambilan keputusan" yang dilakukan para pejabat senior mereka.
Meskipun mengakui kesalahan ini - yang juga menyebabkan lebih dari 50 orang relawan luka-luka parah - tim investigasi ini tidak mengeluarkan kecaman atau rekomendasi sanksi apa pun terhadap para pejabat Zionis itu.
Dalam penyerangan itu, ratusan tentara komando bersenjata lengkap, berseragam hitam dan bertopeng di atas speed boats, kapal-kapal perang, helikopter tempur dan kapal selam Israel menghujani enam kapal dalam Freedom Flotilla, terutama MS Mavi Marmara, dengan granat suara, gas air mata dan peluru-peluru tajam. Sembilan orang relawan dari Turki, termasuk Furkan Dogan yang baru berusia 19 tahun dan berkewarganegaraan ganda Turki-Amerika, ditembak mati dari jarak dekat.
Penyerangan tersebut dilakukan pada wilayah perairan internasional dan menimbulkan reaksi protes dari masyarakat internasional kepada Israel. "Pemerintah" Israel menolak tuntutan agar diadakan suatu penyelidikan internasional, dan hanya memerintahkan angkatan bersenjatanya untuk melakukan penyelidikan internal.
Berbagai negara di dunia, termasuk anggota Uni Eropa, menyatakan bahwa penyelidikan internal saja tidaklah cukup. Mereka mendesak Israel untuk membuka diri bagi penyelidikan dari pihak-pihak internasional.
Sementara itu, sebuah kapal bantuan lain dari Libya yang mulai berlayar pada awal minggu ini, direncanakan untuk sampai di Gaza, Rabu 14 Juli ini. Kapal Hope (Harapan) ini tetap berlayar di tengah berbagai ancaman dari Israel yang menyatakan bahwa mereka tidak akan mengijinkan kapal tersebut mencapai jalur Gaza.
Dalam pada itu, kemarin dini hari Senin 12 Juli, seorang pejuang Palestina anggota Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, yang baru saja dibebaskan dari penjara Zionis, Rabi’ Harb, warga kawasan Iskakan distrik Salfit, akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah mengalami berbagai bentuk penganiayaan yang dilakukan aparat militer penjajah itu sejak tahun 2006 di ruang-ruang penyiksaan mereka yang terletak di tengah-tengah kota Ramallah.
Ketua Pusat Kajian Tawanan dan HAM Palestina, Fuad Al Khafas, atas nama lembaga yang dipimpinnya menyatakan bahwa penjajah Zionislah yang harus bertanggung jawab penuh atas kematian Rabi’ Harb yang telah mengalami berbagai penyiksaan aparat Zionis yang menyebabkannya mengalami kelumpuhan total pada anggota tubuhnya bagian bawah, ketika para aparat penjajah itu berusaha membunuhnya beberapa tahun silam.
Al Khafasy mengungkapkan bahwa penganiayaan yang dialami sang pejuang yang syahid itu membuatnya mengalami cedera pada ruas ke-12 pada tulang belakangnya dan mengenai syaraf pada bagian itu, sehingga hal itu menyebabkan kelumpuhan total pada setengah anggota tubuhnya bagian bawah.Penganiayaan aparat Zionis itu juga menyerang ginjal dan perutnya sehingga menyebabkannya tak bisa membuang air seni, dan sebagian besar ususnya pun koyak-koyak. (Sahabat Al-Aqsha)
Seorang Mujahid Hamas Syahid
Tahanan Palestina di penjara Israel (foto: palestinanprisoners)Dalam pada itu, kemarin dini hari Senin 12 Juli, seorang pejuang Palestina anggota Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, yang baru saja dibebaskan dari penjara Zionis, Rabi’ Harb, warga kawasan Iskakan distrik Salfit, akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah mengalami berbagai bentuk penganiayaan yang dilakukan aparat militer penjajah itu sejak tahun 2006 di ruang-ruang penyiksaan mereka yang terletak di tengah-tengah kota Ramallah.
Ketua Pusat Kajian Tawanan dan HAM Palestina, Fuad Al Khafas, atas nama lembaga yang dipimpinnya menyatakan bahwa penjajah Zionislah yang harus bertanggung jawab penuh atas kematian Rabi’ Harb yang telah mengalami berbagai penyiksaan aparat Zionis yang menyebabkannya mengalami kelumpuhan total pada anggota tubuhnya bagian bawah, ketika para aparat penjajah itu berusaha membunuhnya beberapa tahun silam.
Al Khafasy mengungkapkan bahwa penganiayaan yang dialami sang pejuang yang syahid itu membuatnya mengalami cedera pada ruas ke-12 pada tulang belakangnya dan mengenai syaraf pada bagian itu, sehingga hal itu menyebabkan kelumpuhan total pada setengah anggota tubuhnya bagian bawah.Penganiayaan aparat Zionis itu juga menyerang ginjal dan perutnya sehingga menyebabkannya tak bisa membuang air seni, dan sebagian besar ususnya pun koyak-koyak. (Sahabat Al-Aqsha)
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".