Hampir setahun sudah konversi kompor minyak tanah ke Gas Elpiji 3 Kg. Pemerintah sudah membagikan raturan ribu unit kompor gas yang berstandar nasional (SNI). Namun dikarenakan kurangnya sosialisasi dan terjadinya pemalsuan tabung Gas tersebut oleh pihak yang tidak bertanggungjawab, maka sering terjadi "bom" meledak di rumah-rumah penduduk.
Terlebih lagi, akhir-akhir ini marak pemberitaan tentang kebakaran akibat meledaknya tabung gas elpiji 3 kg, menyebabkan warga Trenggalek menjadi kian was-was memakainya. Hal ini sangat beralasan karena ledakan gas yang terjadi di beberapa daerah tersebut tidak saja menghanguskan rumah juga mengakibatkan korban jiwa.
Sumarni (36), warga Jalan Sukarno-Hatta, Trenggalek, Jumat (2/7) mengatakan, sejak mendapatkan jatah kompor dan tabung gas 3 Kg, dirinya belum pernah menggunakannya untuk memasak. Selama ini keluarganya masih menggunakan kompor minyak tanah dan kayu bakar.
"Jujur saja, saya sangat takut menggunakan tabung gas 3 Kg ini. Setiap hari saya melihat berita-berita di televisi, selalu saja ada tabung gas yang meledak," katanya.
Hal yang sama juga dikatakan Purwoko (39). Warga Desa Kedungsigit, Kecamatan Karangan ini menyebutkan, ketakutan warga dan dirinya untuk menggunakan tabung gas 3 Kg sangat beralasan. Selain tidak ada petunjuk penggunaan, pemerintah juga tidak memberikan jaminan keselamatan terhadap tabung, selang, dan regulator yang diberikan ke masyarakat.
"Kita berharap agar pemerintah secepat mungkin untuk mengambil tindakan proaktif guna mengantisipasi persoalan tabungan gas 3 Kg ini. Kita sudah miskin jangan gara-gara tabung gas ini, bertambah semakin susah," kata Fatmawati (23) warga Kelurahan Surodakan, Kecamatan Trenggalek, seperti dirilis oleh prigibeach.com.
Dalam hal ini, tentunya menjadi tanggungjawab pemerintah daerah untuk segera melakukan tindakan preventif sebelum peristiwa mengenaskan akibat "bom-bom" Elpiji 3 Kg tersebut menimpa warga Trenggalek. Sosialisasi tata cara pengoperasian dan prosedur pemilihan piranti kompor elpiji hendaknya diberikan kepada masyarakat melalui pemerintah desa/kelurahan. Jangan sampai terjadi seperti kata pepatah, setelah benjut baru ingat jurus-jurus kuntaw.
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".