![]() |
| Laut Dan Dewa Ruci (illustrasi) |
Semasa perang kemerdekaan hingga Orde Lama runtuh, menurut cerita Si-mBok, semua angkatan melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan peraturan perundangan yang saat itu berlaku. Bahkan, banyak anggota tentara (angkatan darat, laut dan udara) atau polisi yang sangat tidak betah tetap dalam kesatuannya. Mereka lebih memilih menggantungkan uniform dan mengabdi pada negeri tercinta sebagai orang sipil.
Mengapa tidak betah? Tanyaku pada Si-mBok. Lalu beliau "menjlentrehkan" duduk permasalahannya. Sudah tentu semuanya menurut versi beliau. Maklum, jelek-jelek beliau adalah isteri seorang pejuang yang gugur di Laut Aru pertengahan Januari 1962.
"Bapakmu itu meninggalnya bareng dengan Pak Yos (maksud beliau Komodor Laut Yosaphat Soedarso) bersama tenggelamnya Matjan Toetoel, loh, Le...! " Ujar beliau dulu menceritakan padaku, dengan haru, tiada kesan lain, kecuali rasa cinta. Cinta pada suaminya, dan kecintaan pada pengabdian pasangan suami-isteri bagi Ibu Pertiwi. Itulah sebabnya hingga aku dewasa Si-mBok tetap menjanda dan hidup sebagai petani di desa. Hidup bersama aku anak lelakinya -si sulung dan seorang adik perempuanku -si bungsu- yang lahir tanggal 13 bulan Desember 1961 tepat sebulan sebelum bapak gugur.
Kembali pada persoalan. (to be continued)





18.41
Lina CahNdeso

Posted in: 






![Validate my RSS feed [Valid RSS]](valid-rss-rogers.png)





2 Komentar:
slam sahabat
cinta kami sampai mati terbukti dengan simbok yang setia dan menjalani hidup dengan ketabahan,saya tunggu kisah berikutnya,maaf telat
@ Dhana/戴安娜 : Salam silaturrakhim. Ini hanyalah sekelumit kisah, yang mungkin dialami anak manusia. Btw... God bless you, Lady... Thanks sudah mampir
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".