Ilustrasi (AP PHOTO/HATEM MOUSSA) |
Israel mendeportasi dua aktivis pro-Palestina Sabtu (9/7/2011) malam, tetapi 118 orang lainnya masih ditahan setelah mereka tiba di Israel sebagai bagian dari protes pro-Palestina, kata seorang pejabat Israel, Minggu (10/7/2011).
"Sepasang warga Belgia dipulangkan Sabtu malam, dan 118 aktivis pro-Palestina masih ditahan di penjara-penjara kami," kata juru bicara jawatan imigrasi, Sabine Hadad kepada AFP.
"Kami akan memulangkan mereka ke negara-negara mereka mungkin dalam 48 jam ke depan. Itu tergantung pada tempat yang tersedia di pesawat yang akan membawa mereka," tambahnya.
Para aktivis itu kini ditahan di penjara Ela Beersheva, Israel selatan dan penjara Guivon di Ramleh, dekat Tel Aviv.
Sebagian besar aktivis yang ditahan itu adalah warga Prancis, tetapi juga ada warga-warga Amerika Serikat, Belgia, Bulgaria Belanda dan Spanyol juga ditahan.
Para aktivis itu ikut dalam kampanye "Welcome to Palestine" yang menurut rencana diikuti lebih dari 800 aktivis yang akan terbang ke Israel dan kemudian menuju wilayah-wilayah Palestina untuk mengunjungi para warga Palestina.
Pihak berwenang Israel memobilisi kekuatan diplomatik dan keamanan dalam usaha mencegah kedatangan para aktivis.
Para pejabat mengatakan bahwa dengan memberitahukan maskapai-maskapai penerbangan asing tentang para pemegang tiket yang tidak akan diizinkan memasuki Israel, mereka telah mencegah ratusan aktivis berangkat dari bandara masing-masing.
Dari sejumlah mereka itu yang berhasil datang, empat aktivis dari Jerman dan Belanda diizinkan tinggal setelah memberikan satu janji tertulis "tidak memprovokasi kekacauan" dan "menghindari tempat-tempat konfrontasi (Israel-Palestina)."
Laman internet berita Israel Ynet, Sabtu mengatakan sekitar 50 aktivis Eropa pro-Palestina yang berhasil memasuki Israel setelah melalui prosedur keamanan di Bandara Ben Gurion telah memasuki Tepi Barat.
Kampanye "Welcome to Palestine" dilakukan seperti satu armada kapal yang berusaha menembus blokade atas Gaza pada waktu lalu, dicegah meninggalkan Yunani.
Palestina Serukan Embargo Senjata pada Israel
"Sepasang warga Belgia dipulangkan Sabtu malam, dan 118 aktivis pro-Palestina masih ditahan di penjara-penjara kami," kata juru bicara jawatan imigrasi, Sabine Hadad kepada AFP.
"Kami akan memulangkan mereka ke negara-negara mereka mungkin dalam 48 jam ke depan. Itu tergantung pada tempat yang tersedia di pesawat yang akan membawa mereka," tambahnya.
Para aktivis itu kini ditahan di penjara Ela Beersheva, Israel selatan dan penjara Guivon di Ramleh, dekat Tel Aviv.
Sebagian besar aktivis yang ditahan itu adalah warga Prancis, tetapi juga ada warga-warga Amerika Serikat, Belgia, Bulgaria Belanda dan Spanyol juga ditahan.
Para aktivis itu ikut dalam kampanye "Welcome to Palestine" yang menurut rencana diikuti lebih dari 800 aktivis yang akan terbang ke Israel dan kemudian menuju wilayah-wilayah Palestina untuk mengunjungi para warga Palestina.
Pihak berwenang Israel memobilisi kekuatan diplomatik dan keamanan dalam usaha mencegah kedatangan para aktivis.
Para pejabat mengatakan bahwa dengan memberitahukan maskapai-maskapai penerbangan asing tentang para pemegang tiket yang tidak akan diizinkan memasuki Israel, mereka telah mencegah ratusan aktivis berangkat dari bandara masing-masing.
Dari sejumlah mereka itu yang berhasil datang, empat aktivis dari Jerman dan Belanda diizinkan tinggal setelah memberikan satu janji tertulis "tidak memprovokasi kekacauan" dan "menghindari tempat-tempat konfrontasi (Israel-Palestina)."
Laman internet berita Israel Ynet, Sabtu mengatakan sekitar 50 aktivis Eropa pro-Palestina yang berhasil memasuki Israel setelah melalui prosedur keamanan di Bandara Ben Gurion telah memasuki Tepi Barat.
Kampanye "Welcome to Palestine" dilakukan seperti satu armada kapal yang berusaha menembus blokade atas Gaza pada waktu lalu, dicegah meninggalkan Yunani.
Palestina Serukan Embargo Senjata pada Israel
Tentara Israel (AP/Kompas) |
Koalisi kelompok politik, serikat buruh dan lembaga swadaya masyarakat Palestina yang didukung oleh beberapa penerima hadial Nobel dari luar negeri Jumat (8/7/2011), menyerukan embargo senjata terhadap Israel.
"Embargo militer komprehensif terhadap Israel telah lama ditunggu," demikian pernyataan dari Komite Nasional Pemboikotan, Pembebasan Perdagangan dan Sanksi Palestina (Palestinian Boycott, Divestment and Sanctions National Committee).
"Hal itu merupakan langkah sangat penting ke arah diakhirinya penggunaan tak sah dan jahat kekuatan militer terhadap rakyat Palestina serta rakyat dan negara lain di kawasan itu dan akan merupakan tindakan tanpa kekerasan, efektif untuk menekan Israel agar memenuhi kewajibannya menurut hukum internasional," katanya.
Seruan itu dikeluarkan bertepatan dengan ulang tahun ke-7 putusan oleh Mahkamah Internasional bahwa tembok pemisah di Tepi Barat oleh Israel adalah tidak sah. Putusan itu dikeluarkan pada 9 Juli 2004.
Pernyataan itu mengatakan bahwa seruan embargo itu didukung oleh penerima hadiah Nobel Desmond Tutu, Mairead Maguire dan Adolfo Perez Esquivel serta oleh penulis dan aktivis sosial Kanada Naomi Klein.
"Saya mendukung seruan pada embargo senjata itu kareka kami menginginkan perdamaian dan keadilan bagi Palestina dan Israel melalui cara tanpa kekerasan," kata Tutu sebagaimana dikutip media.(Ant/AFP/Kompas)
"Embargo militer komprehensif terhadap Israel telah lama ditunggu," demikian pernyataan dari Komite Nasional Pemboikotan, Pembebasan Perdagangan dan Sanksi Palestina (Palestinian Boycott, Divestment and Sanctions National Committee).
"Hal itu merupakan langkah sangat penting ke arah diakhirinya penggunaan tak sah dan jahat kekuatan militer terhadap rakyat Palestina serta rakyat dan negara lain di kawasan itu dan akan merupakan tindakan tanpa kekerasan, efektif untuk menekan Israel agar memenuhi kewajibannya menurut hukum internasional," katanya.
Seruan itu dikeluarkan bertepatan dengan ulang tahun ke-7 putusan oleh Mahkamah Internasional bahwa tembok pemisah di Tepi Barat oleh Israel adalah tidak sah. Putusan itu dikeluarkan pada 9 Juli 2004.
Pernyataan itu mengatakan bahwa seruan embargo itu didukung oleh penerima hadiah Nobel Desmond Tutu, Mairead Maguire dan Adolfo Perez Esquivel serta oleh penulis dan aktivis sosial Kanada Naomi Klein.
"Saya mendukung seruan pada embargo senjata itu kareka kami menginginkan perdamaian dan keadilan bagi Palestina dan Israel melalui cara tanpa kekerasan," kata Tutu sebagaimana dikutip media.(Ant/AFP/Kompas)
1 Komentar:
emang banyak negara barat yg menerapkan standar ganda, saat banyak aktivis pro demokrasi cina yg ditahan, amerika teriak2... tp saat israel melakukannya, barat diam aj
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".