Edisi ini, kami akan menceritakan tentang pengalaman Ziarah ke Makam Raja-raja Jawa bersama Keluarga Besar Keraton Surakarta Hadiningrat yang melakukan Ziarah menjelang Puasa tahun ini. Didampingi GPH.Mangkubumi, Putra Paku Buwono XIII (gambar 1, KRA. Bekti Harry Suwinto Adinagoro,SH dan GPH.Mangkubumi), beserta Putra dalem, Sentana dalem dan Abdi dalem dalam suasana Ritual yang sakral (gambar 2 dan 3).
Berada sekitar 20 kilometer di sisi selatan kota Yogyakarta, bukit Imogiri benar-benar menyimpan misteri setelah dijadikan makam raja-raja Mataram. Berbeda dengan bukit-bukit lainnya di bagian selatan Yogyakarta yang kebanyakan sudah gundul, maka karena kesakralan makam itu, pepohonan di Imogiri tumbuh subur. Ada pohon jati yang berusia 300 tahun lebih, ada pula pohon beringin, kepel, pala, bambu, dan pepohonan lain yang tumbuh tak terusik tangan manusia. Kicau burung, angin semilir yang sejuk, merupakan hasil keseimbangan ekosistem yang terjaga lantaran kesakralan itu.
Dibangun pada sekitar tahun 1632 Masehi oleh Sultan Agung, raja Mataram Islam terbesar, bangunan makam lebih bercorak bangunan Hindu.Pintu gerbang makam dibuat dari susunan batu bata merah tanpa semen yang berbentuk candi Bentar. Mirip sebuah candi Hindu yang dibelah menjadi dua bagian.
Yang menarik adalah, Makam Imogiri juga disebut Pajimatan Imogiri (gambar 4) terbagi menjadi tiga bagian. Jika kita datang menghadap ke makam itu, maka pada bagian tengah adalah makam Sultan Agung dan Susuhunan Paku Buwono I. Lalu di sebelah kanan berderet bangunan makam para sultan Kraton Yogyakarta, mulai dari Sultan Hamengku Buwono I, II, III yang disebut Kasuwargan. Disusul di sebelah kanan makam Sultan Hamengku Buwono IV,V, dan VI yang dinamakan Besiaran. Dan paling akhir di sisi paling kanan adalah makam Sultan HB VII, VIII, dan IX yang disebut Saptorenggo. Pada sisi kiri berturut-turut adalah makam para sunan dari Kraton Surakarta, mulai dari Susuhunan Paku Buwono III/abang Sultan HB I hingga Susuhunan Paku Buwono XII.
Khusus makam Sultan Hamengku Buwono II, jenazahnya dimakamkan di Makam Senopaten di Kotagede, Yogyakarta, di dekat makam raja Mataram I, Panembahan Senopati yang ketika muda bernama Sutawijaya atau Panembahan Loring Pasar.
Memasuki makam raja-raja Mataram (gambar 5) jelas tidak sama dengan memasuki pemakaman umum. Setiap makam raja memiliki bangunan khusus dan berada di tataran yang khusus pula. Sebagai contoh, untuk masuk ke makam Sultan Agung, maka selain harus mengenakan pakaian adat Jawa (peranakan), kita harus melepas alas kaki, juga harus melalui tiga pintu gerbang.
Bahkan yang bisa langsung berziarah ke nisan para raja itu pun terbatas pada keluarga dekat raja atau masyarakat lain yang mendapat izin khusus dari pihak Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta. Oleh karena itu, peziarah awam yang tidak siap mengenakan pakaian adat Jawa, terpaksa hanya bisa melihat pintu gerbang pertama yang dibuat dari kayu jati berukir dan bertuliskan huruf Jawa berusia ratusan tahun, dengan grendel dan gembok pintu kuno. Hanya para juru kunci pemakaman itu yang bisa membuka gerbang tersebut. Jika toh masyarakat awam bisa melihat ”isi” di balik pintu gerbang pertama, itu pun terbatas hanya ketika keluarga raja datang, pintu gerbang dibuka lebar, dan masyarakat bisa melongok sebentar sebelum gerbang itu ditutup. Rasa penasaran itu pula yang menyebabkan misteri makam raja Mataram tetap terpelihara.
Percaya atau tidak, setiap bulan Sura (Muharram), banyak peziarah yang datang ke Makam Imogiri. Meskipun di dalam ajaran Islam tidak dikenal ritual membakar kemenyan, toh para peziarah banyak yang membakar kemenyan wangi dan dupa wangi di sana. Akulturasi budaya antara Hindu, Jawa, dan Islam begitu kental di pemakaman raja-raja Mataram ini. Akulturasi budaya itu justru menciptakan kedamaian. Tidak ada konflik di sana. Semua mengalir dalam damai. Sesuai dengan jadwal yang ada sebagai aturan untuk berziarah (gambar 6) dan malam-malam penuh doa itu pun berjalan lancar hingga pagi. Para peziarah pulang dengan hati lapang dengan harapan semoga permohonan ini diterima oleh Yang di Atas.
Sah-sah saja jika di Makam Imogiri itu dibangun sebuah mesjid dan di samping mesjid ada makam Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo, seorang arsitek zaman pemerintahan Sultan Agung yang membangun Makam Imogiri tersebut. Lalu, ada pula lonceng gereja yang selalu didentangkan untuk menunjukkan waktu. Dua bangunan itu masih tampak baru.
Bagi peziarah tampaknya tidak komplet jika belum menikmati minuman ”wedang cengkeh” yang dijual penduduk setempat di sana. Minuman itu rasanya khas, dan jelas tidak dijumpai di daerah lain. Minuman ini terbuat dari gula merah alias gula jawa, gula batu, daun cengkeh, daun pala, dan kulit kayu manis. Begitu diseduh dengan air panas akan muncul aroma sedap.
Bagi peziarah tampaknya tidak komplet jika belum menikmati minuman ”wedang cengkeh” yang dijual penduduk setempat di sana. Minuman itu rasanya khas, dan jelas tidak dijumpai di daerah lain. Minuman ini terbuat dari gula merah alias gula jawa, gula batu, daun cengkeh, daun pala, dan kulit kayu manis. Begitu diseduh dengan air panas akan muncul aroma sedap.
”Minuman ini hanya ada di Imogiri, Mas. Harganya murah, hanya Rp 2.000 per gelas besar (gambar 7). Jika ingin bawa pulang, bisa, satu plastik ramuan itu hanya Rp 1000,” kata Rahayu Ningsih, ibu beranak tiga yang menjual minuman itu.
Dan bukan itu saja, selain minuman itu masih ada lagi makanan khas Jawa lainnya seperti jadah (ketan tumbuk), tempe dan tahu bacem, serta pisang rebus.
Nah,untuk datang ke Makam Imogiri akhirnya harus berbekal doa, pakaian adat Jawa, dan stamina prima. Kompleks itu memang amat luas.
Masih ada satu lagi, tentu saja jangan lupa membawa pulang ramuan wedang cengkeh, "wedang uwuh" sebagai cindera mata nan sedap.
Masih ada satu lagi, tentu saja jangan lupa membawa pulang ramuan wedang cengkeh, "wedang uwuh" sebagai cindera mata nan sedap.
Sungguh suasana yang beraneka ragam, dengan tetap menjaga kedamaian menyingkirkan ego masing-masing tentang Budaya.Bisa menjadi contoh yang baik bagi Kabupaten Trenggalek apabila Makam Kanjeng Jimat /Kecamatan Pogalan,Mbah Kawak/Gunung Ja'as dsb dikemas sedemikian menarik. Sehingga para peziarah merasa nyaman, tentunya bisa menguntungkan warga sekitar area Pemakaman karena bisa berjualan. Dan yang lebih penting... Kita jadi lebih bisa menghargai Jasa-jasa beliau pada masa dahulu.
Wallahualam...
Baca juga :
- Sisi Mistis Tari Bedhoyo Ketawang, 9 Penari Wanita, Penari Kesepuluh Nyi Roro Kidul
- Legenda Nyi Blorong, Mistery Pantai Selatan
23 Komentar:
cantik sekali blog anda..ya saya dari http://bloggerrompin.blogspot.com
@ ADMIN : Tapi lebih cantik dan lebih cerdas blog ADMIN. Thanks, salam sahabat
terima kasih,blog anda saya suka baca..untuk rujukan,kalau ada masa selalu kunjungi kami ya.
artikel yg bagus tentang budaya keraton
jarang kulihat suasana seperti itu jd tertarik bacanya
@ ADMIN : Terima kasih bali, Insyaallah saya akan sempatkan masa untuk ziara dikau, Sahabatku.
@ ANISAYU : Salam sahabat penuh kasih. Semoga dikau dan daku selalu bisa saling mengerti. Thanks
Makam, di Indonesia bisa menjadi misteri dan kulture tersendiri. Muatan mistifikasinya cukup kuat.
@ Dodi Faedlulloh : Tepat sekali, Sahabat. Thanks sudah shared di sini. Segera meluncur @ Dodi Faedlulloh
mampir lek:D
@ koneng : Matursuwun, langsung meluncur @ koneng.
monggo pinarak kalehipun kissnya pak de
@ ninequadrat : Oklek...langsung bablas ke tkp @ ninequadrat
wah hanya sekali ane gan ke komplek makam tersebut. naiknya bikin kaki bisa kaya osteoarthritis
very useful post friend. thanks
@ The Great Mbah Dukun : Wow, panjenengan sudah tindak ke sana to??? Okay, salam sahabat. Segera meluncur @ The Great Mbah Dukun.
@ beauty : Thanks, Guys, hope you can enjoy my posts. See you @ beauty.
Izin menyimak sobat. Untuk menambah wasawasan :)
Jadi lebih tahu mengenai makam raja jawa, informasi yang menarik sob, salam dari Aceh.
Good posting...
dunia penuh misteri apalagi makam
@ Virtual Forest : Terima kasih, Kawan.. salam sahabat
@ COF : Salam sahabat dari Trenggalek untuk Blogger Serambi Mekah
@ SATPAM GAUL : Godluck, for you, Brother
@ bopfive5 : Heeem.. betul, Sahabat, blogger juga penuh misteri..
For You all, thanks Guys, saya merasa terhormat dengan kesedeiaan Anda shared di sini. Godbless You
cocok buat rujukan nii gag perlu kemana-mana lagi. tinggal di bookmark dulu :) makasii kang share nya ;)
@ Belajar Photoshop : Thanks banget, Gan. Enjoy it.
Kayanya untuk berziarah sampai ke makam/nisan para Raja ga perlu ijin dari kraton deh...kan memang diperbolehkan untuk masyarakat umum berziarah..di sana ada abdi dalem yang jaga kok..saya pernah beberapa kali kesana.
@ Anonim : Terimakasih atas kunjungannya, oo, ternyata Anda pernah ziarah ke sana yaa... namun perlu saya informasikan, tulisan ini berdasarkan keterangan langsung dari abdi dalem di kraton tersebut. Salm sahabat...
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".