Kelemahan kita sebagai manusia adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang serba berkecukupan. Hasrat tersebut secara naluriah akan datang (muncul) tatkala kita merasakan bahwa ada kekurangan yang kita miliki dalam menjalani hidup dan kehidupan. Selain itu, juga akan hadir saat kita melihat bahwa yang kita punya tidak sesempurna yang dimiliki oleh orang lain di sekitar kita.
Semua itu memang sudah menjadi kodrat kita sebagai makhluq, sebagai manusia -yang oleh al Khaliq- sejak lahir sudah dibekali 3 (tiga) unsur, yakni roh, akal dan nafsu. Menurut saya (yang kurang pengetahuan ini!), logika sangat sederhananya, ‘roh’ layaknya sebuah motor yang menggerakkan dinamika hidup. ‘Nafsu’ adalah ‘power ‘ atau tenaga yang memberi kita semangat, vitalitas penuh energi, menjalani kehidupan. Sementara ‘akal’, tidak lain sebuah unsur yang mampu mengendalikan arah kehidupan kita dalam rangka mencari hakikat diri dan meraih masa depan di dunia dan di akhirat kelak. Dengan ‘akal’ niscaya kita akan mampu menjadikan ‘nafsu’ sebagai kendaraan yang tangguh untuk mencapai kehidupan yang bermartabat dan berkecukupan! Dengan ‘akal’ kita mempu membaca ilmu dan mengaplikasikannya dalam keseharian.
Saya tidak bermaksud mengulas lebih jauh tentang roh, akal dan nafsu; Namun, saya sangat tertarik dengan postingan Sahabat saya Zikir dan Kontemplasi, yang mengupas tentang sifat-sifat dari nafsu. Berikut artikel Copas-nya, dengan sedikit merubah format, tanpa mengurangi inti masalahnya. Barangkali bermanfaat bagi pembaca blog ini, yang jelas: sangat bermanfaat bagi saya dan keluarga saya.
Sifat-sifat Nafs
Keharusan hidup sederhana dan bersahaja, secara rasional dengan mudah dipahami apabila kita memperhatikan sifat-sifat “jiwa yang menyuruh kepada kejahatan” (an-nafs al-ammarah, serta merenungkan akibat-akibatnya yang merugikan dan destruktif. Pengarang kitab Mishbahn al-Hayat, Mahmud ibn ‘Ali al-Kasyani, melukiskan sifat-sifat ini sebagai berikut :
1. Yang pertama adalah perbudakan hawa nafsu (hawa). Nafs selalu ingin menikmati kesenangan-kesenangan rokhani dan jasmani, serta memenuhi hasrat-hasrat dan berbagai keinginan hawa nafsu itu. Ia sangat menginginkan kesenangan duniawi serta menganggap nafsu sebagai tuhannya. Ia sama dengan pembuat berhala dan penyembah berhala yang disebut-sebut Al Qur’an dalam kata-kata sebagai berikut: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya……”
Jelaslah bahwa sifat nafs tidak bisa dihilangkan kecuali dengan pengekangan diri dan hidup sederhana. Termasuk dalam hidup sederhana adalah memilih kesalehan dan mengembangkan kecintaan kepada Allah dalam kalbu, meretas berbagai belenggu perbudakan hawa nafsu yang sia-sia, serta mematuhi berbagai Perintah Ilahi, menyelaraskan diri dengan kehendak Allah, dan memandang-Nya hanya sebagai satu-satunya sahabat kita. Kesemuanya ini mengembangkan “kerinduan pada Ilahi” dalam diri seseorang yang berseru lantang :
Kami tidak butuh ikatan apa pun kecuali buhulan rambut-Mu,
Betapa orang-orang gila nan bijak kami ini !
2. Sifat lainnya dari nafs adalah kemunafikan ( nifaq), yakni dalam banyak hal nafs tidak cocok dengan batinnya; menyanjung-nyanjung dan memuji manusia setinggi langit di hadapannya dan kemudian melecehkannya saat ada di belakangnya. Di hadapannya, ia memperlihatkan ketulusan dan dibelakangnya ia justru bersikap sebaliknya. Di sini, pengekangan diri dan hidup sederhana berarti mengikuti kebenaran dan ketulusan, serta mencampakkan kemunafikan.
3. Sifat ketiga dari nafs ialah bermegah-megahan atau suka pamer (riya’),
4. Sifat lainnya dari nafs ialah mengklaim ketuhanan (uluhiyah),
5. Sifat lainnya dari nafs ialah kikir dan tamak,
Sifat lainnya dari nafs ialah kikir dan tamak, Ia tidak ingin melepaskan dan kehilangan apa saja yang telah diperolehnya dalam bentuk kekayaan, kepemilikan dan berbagai kesenangan. Penyebabnya ialah keangkuhan atau takut miskin di masa mendatang. Jika sifat ini makin kuat menghunjam di dalam nafs, maka lahirlah perasaan dengki dan iri hati. Seorang yang dengki dan iri hati tidak suka kalau ada seseorang beroleh manfaat dari orang lain. Dan jika ia mengetahui bahwa seseorang diberi anugerah khusus atau yang nasib dan peruntungannya baik, ia akan berusaha menjatuhkannya. Apabila hal ini berlangsung lebih jauh, maka yang demikian ini mengakibatkan timbulnya kebencian. Orang seperti ini membenci orang yang punnya kekayaan dan kedudukan terkemuka. Ia ingin agar orang itu jatuh sakit.
Ketamakan dan keserakahan diakibatkan oleh cinta harta dan kekayaan. Inilah kejahatan yang paling besar didunia. Disatu sisi, jika seseorang tidak punya kekayaan, ia akan ditimpa kesulitan dan kemiskinan. Disebabkan oleh hal ini, ia mungkin akan ingkar kepada Allah.
Jika seseorang beroleh harta dan kekayaan, ia mungkin akan bersikap menentang dan tidak toleran. Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an : “Tetapi tidak, manusia sungguh melampaui batas karena melihat dirinya tiada memerlukan siapa-siapa”.
Seorang penyair mengatakan :
Jika aku tak punya kekayaan, aku pun sedih dan berduka,
Jika aku memilikinya, kuikat kakiku dengan kecintaan padanya.
Ada dua macam sifat orang miskin : merasa cukup dengan apa yang ada (qana’ah) dan serakah. Sifat pertama amat terpuji, dan sifat kedua sungguh tercela. Demikian pula, ada dua sifat orang kaya : tamak dan serakah, serta infak dan sedekah.
Tamak dan serakah, sebagai sifat dari nafs, tidak hanya dijumpai dalam diri kebanyakan orang, karena tamak dan serakah bersifat inheren dalam watak manusia. Dikatakan di dalam sebuah hadis, jika manusia memiliki dua buah lembah emas, maka ia pun ingin memiliki lembah ketiga. Hanya tanah dan kuburan saja yang bisa memenuhi perut manusia, dan Allah memperhatikan orang-orang yang berpaling kepada-Nya.
Obat bagi keserakahan dan cinta harta ialah merasa cukup dengan apa yang ada (qana’ah), sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah saw. ketika memuji sifat qana’ah : “Kabar gembira buat orang yang diberi petunjuk untuk menerima Islam dan memperoleh rezeki yang cukup dengannya”.
Hadis lain berbicara tentang qana’ah sebagai kekayaan paling baik. Kaum Sufi mengatakan:
Manusia mencari dunia ini dengan tiga tujuan dalam benaknya: kehormatan, kekayaan, dan kesenangan. Orang yang punya sifat qana’ah memperoleh kehormatan, menjadi kaya, dan merasakan kenikmatan.
Seorang kikir mestilah memusatkan perhatiannya pada berbagai keutamaan dari kedermawanan atau kemurah-hatian dan juga harus merenungkan keindahan dan keutamaan dari kedermawanan atau kemurah-hatian yang disebutkan dalam Al Qur’an dan hadis. Pengalaman mengajarkan kepada kita bahwa tak ada seorang pun mau bersahabat dengan orang kikir. Akan tetapi, seorang dermawan dan murah hati senantiasa disukai banyak orang. Allah juga menyukai seorang dermawan dan murah hati, sebagaimana telah dimaklumkan dalam hadis Nabi : “Allah itu Maha Pemurah dan Dia menyukai orang-orang yang dermawan serta murah hati”.
Ada sebuah kisah yang menuturkan bahwa seorang wali pernah melihat uang ditangan seseorang. Katanya, “Uang ini milik siapa?” Orang itu menjawab, “Milikku.” Sang wali itu berkata.” Uang ini baru menjadi milikmu kalau sudah pindah dan lepas dari tanganmu.”
Untuk menyampaikan makna yang sama, seorang penyair berkata :
Selama engkau menyimpan hartamu,
Engkau pun jadi budaknya ;
Jika engkau belanjakan atas nama Allah,
Harta itu menjadi budakmu.
Ini hanyalah beberapa sifat dari nafs. Mustahil di sini menyebutkan secara terinci semua sifat tercela dari nafs. Itulah sebabnya para nabi, wali, dan orang bijak selalu mengamalkan kezuhudan dan memandang nafs sebagai rintangan paling tercela dalam meraih kemajuan spiritual. Demikianlah Nabi Muhammad saw. bersabda, “Musuhmu yang paling jahat ialah nafs yang ada pada dirimu. Bunuhlah nafs dalam dirimu dengan pedang pengekangan-diri dan kezuhudan.”
Syaikh-syaikh terkemuka memandang nafs sebagai berhala besar dan sepakat mengajarkan bahwa : Berjuang memerangi nafs adalah ibadah hakiki, menuruti nafs adalah pangkal kekufuran. Dan mereka juga mengajarkan : Jika engkau ingin hidup bahagia, bunuhlah nafs, sebab tidak ada musuh yang lebih berat ketimbang nafs-mu.
Muhammad ibn Fadhl mengatakan : Kesenangan tak lain dan tak bukan ialah keterbebasan dari berbagai keinginan nafs yang sia-sia dan muspra. Kami abaikan tujuan kami dan, dengan begitu, kami meraih-nya. Segenap tujuan ini adalah hijab di atas wajah tujuan kami.
Berbagai keinginan nafs yang tak terhitung jumlahnya adalah hijab yang memisahkan seseorang dari tujuan hakiki yang hendak diraihnya, yakni bersatu dengan Allah. Begitu hijab-hijab ini, yang berupa lapisan-lapisan, tersingkap dari wajah kehidupan, maka tujuan itu pun diraih. Dzun-Nun Al-Mishri dikutip sebagai mengatakan :
“Allah SWT menganugerahkan kehormatan paling besar kepada sebagian hamba-Nya dengan membuatnya sadar akan keburukan nafs-nya, dan Dia benar-benar menghinakan seorang hamba-Nya dengan membuat pengetahuan ini terhijab dari dirinya. Hati dan kalbu akan aman terlindung dari pikiran-pikiran kejam bila nafs dibersihkan dari berbagai sifat buruknya".
Seorang wali menuturkan sebagai berikut :
Jika nafs-mu menampakkan diri, meski hanya sesaat,
Maka, agama setan akan bergema dalam kalbumu
Di sepanjang zaman, orang-orang yang sadar secara spiritual telah menekankan penyucian nafs dan dengan berani berkata :
Permainan Iblis disebabkan oleh kelicikanmu saja,
Setiap hasrat dalam dirimu adalah Iblismu sendiri.
Jika engkau penuhi dan puaskan satu hasratmu,
Maka ratusan Iblis pun tercipta dalam dirimu.
Cukuplah sudah semuanya itu.
Tujuan pengekangan-diri ialah melepaskan nafs dari segala sesuatu yang diinginkannya dan membebaskannya dari mengikuti hawa nafsunya sendiri. Dua sifat nafs yang tidak punya kebaikan sama sekali : tenggelam dalam segala sesuatu yang didambakannya dan lalai tidak mengingat Allah.
Nafs bisa disucikan dengan hidup mengekang diri. Kemudian nafs yang sudah disucikan ini dikatakan telah maju ke tahap “kepuasan” atau “keridhaan” (ridha). Penyucian nafs dengan cara hidup mengekang diri adalah satu aspek penting dalam praktik Tasawuf. Sebagaimana ditegaskan oleh Al Qur’an : “Sungguh berbahagialah orang yang menyucikan jiwa”.
Jiwa itu bukan lagi “jiwa yang rusak”. Kini, ia telah menjadi “jiwa yang tenang”. Ia tidak lagi menjadi budak dari berbagai keinginan atau, dalam bahasa Al Qur’an, budak hawa nafsu. Sebaliknya, jiwa itu kini seirama dengan Kehendak ilahi dan sesuai dengan tindakan Allah. Keadaan ini bisa digambarkan sebagai sejalan dengan Kehendak Ilahi dan sesuai dengan apa yang telah diberikan. Kini , yang paling tercela bagi jiwa ialah tidak puas dan tidak ridha dengan Ketentuan Allah dan segenap larangan-Nya atau, dalam ujaran lain, “mementingkan diri sendiri”. Seperti kata seorang Sufi :
Agama cinta bukanlah mementingkan diri sendiri, Ia tak lain hanyalah kerendah-hatian dan kepasrahan. Puaslah dengan apa-apa yang diberikan. Tak ada yang lebih tidak menyenangkan selain kemurkaan-Mu.
See original post: Zikir dan Kontemplasi
Barangkali Anda tertarik, silahkan baca juga:
- Stop!!! Hentikan Kerusuhan Bernuansa SARA di Bumi Ibu Pertiwi!!!
- Pemberdayaan Madrasah Diniyah Bagi Pendidikan Karakter
- Inikah Algojo Pembantai Osama Bin Ladin?!
- Sebelum Menjadi Ruqaiyyah, Rosalyn Rushbrook Adalah Penulis Buku-buku Nasrani
- Zuhud dan Jihad, Hindari Korupsi
- Nama dan Alamat Pondok Pesantren di Trenggalek
- Imam Ghazali, 40 Jilid Kitabnya Musnah Dibakar (Bagian Dua)
- Imam Ghazali, 40 Jilid Kitabnya Musnah Dibakar (Bagian Satu)
14 Komentar:
Tulisannya dalem yah. Pernah berkunjung ke blogku satunya, www.amiratnawatiutami.blogspot.com ? Aku membahas masalah kebersihan hati di situ
@ Ami: Salam sahabat; Perlu Jenk Ratna ketahui, bahwa saya sudah pernah berkunjung ke blog Stairway to Heaven, bahkan pernah komentar dan ada beberapa +1 saya pancangkan di sana.. Thanks for coming, my Princess...
jalan2 sambil baca2 disini..
sukses slalu sobat.. :)
@ jeon: Oklik, teng-kiyu. Salam sahabat, juga salam sukses untuk dikau!
aku selalu bernafsu menulis sesuatu
dan berpikir bagaimana baiknya
adakah manfaatnya tulisanku
ternyata sangat menghibur perasaanku
artikelmu ini sangat bagus dan buat semangat...
@ anisayu: Kehadiranmu sungguh menyejukkan hatiku. Selalu saja ada yang baru, namun tetap segar dan harum... Thanks. Salam sahabat
Terasa sejuk, adem ada disini
Islam itu indah,
Islam itu damai,
Damailah Indonesiaku.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya, untuk sahabat saya CahNdeso yang dengan tulus dan ihklas, telah ikut membantu dan peduli menyebarkan pesan-pesan Islam, semoga Allah membantu dan meridhoi kita. Amin.
Saya pancangkan +1
@ Zikir dan Kontemplasi: Terimakasih Sahabatku, semoga Allah memberi kita semua hidayah dan inayah untuk tetap mengikuti ajaran Islam. Amin.
disini tertulis cara mengendalikannya :) setuju banget nih
Pesan Si mBah saya : Alaa bidzikrillaahi tatma'innul quluub - Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati/jiwa kita akan menjadi tenang.
Membaca tulisan agan, hati terasa sejuk. Harusnya kita smakin sadar, betapa halusnya nafsu menelikung dari belakang.
Terimakasih telah menhadirkan tulisan yang menyejukkan jiwa.
@ Farixsantips: Nafsu bukan untuk dihilangkan, sebab dengan nafsu itulah kita justru bisa lebih bersemangat untuk mencapai sesuatu; Namun pengendalian dengan akal sehat akan mengarahkan aktivitas kita pada prestasi yang bermartabat dan maslahah.
@ Yogabama: Semoga bermanfaat, namun jujur saja ini adalah demi melestarikan persahabatan kita, maka saya posting. Tengkiyu, salam manis penuh madu kasih
makasih pencerahanya sobat, inspiring banget...
perang yang paling besar adalah memerangi hawa napsu, dan senjata yang ampuh ada pada artikel sobat...
syukron :)
@ tasbih cantik: Semoga bermanfaat; salam sahabat, semoga kita termasuk orang-orang yang bertawakkal dan tawaddhu.. amin
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".