Jumat, 30 Desember 2011

Karamnya Sebuah Perahu, Merenggut Nyawa Ratusan Imigran (2)

Bangkai kapal yang karam
Gelepar Tumpukan Manusia Dikira Jin Laut

Sabtu, 17 Desember 2011, antara pukul 19.00 - 21.00 (WIB), beberapa teman dari LSM dan kontributor media mengajakku untuk ikut ke Prigi, namun dengan sangat berat aku tolak. Meskipun hasratku untuk ikut menggebu-gebu, terpaksa aku harus tinggal; Ada sesuatu yang harus aku selesaikan. Berita dari Prigi aku terima melalui telepon dan sms dari teman-teman di sana.

Diperkirakan kapal imigran gelap yang tertimpa musibah tersebut mengangkut 257 orang, lelaki, perempuan dan anak-anak. Mereka adalah kaum imigran dari negara Afghanistan, Pakistan, Iran dan Turki. Kapal tersebut berlayar menuju ke pulau Christmas, Australia, namun musibah badai dan gelombang Laut Kidul menyebabkan kapal karam. Selain itu, kelebihan muatan juga menjadi penyebab utama kecelakaan terjadi dan menelan ratusan nyawa.

Kardono Setyorakhmadi, kontributor berbagai media cetak dan elektronik, menuliskan laporannya di Pontianak Post, dengan gaya yang khas, bersumber dari penuturan Ahmad Jambenur dan kawan-kawannya, nelayan Prigi, Trenggalek, Jatim. Para nelayan ini tidak pernah menyangka hidup mereka menjadi penuh warna ketika melaut Sabtu (17/12) lalu. Mereka menemukan perahu terbalik dengan tumpukan manusia yang berusaha menyelamatkan diri dari ganasnya Laut Selatan. Tetapi, hanya sebagian kecil yang dapat mereka tolong.
Korban selamat di penampungan
Firasat Jambe –panggilan Ahmad Jambenur– ketika melaut Sabtu siang (17/12) sudah agak aneh. Ketika mau berangkat merumpon (memancing ikan tuna dan tongkol selama 4–5 hari di laut), baling-baling kapalnya ngadat karena sebuah tas kresek nyangkut. Selain itu, ketika melaju ke arah 'rumpon' (tempat tinggal buatan untuk ikan) yang dituju, kapalnya tidak bisa melaju sesuai dengan garis yang terpantau lewat GPS-nya.

’’Tidak tahu kok selalu melenceng. Seolah-olah kapalnya hendak ke arah barat saja,’’ kata pria kelahiran Pulau Raas, Madura, tersebut. Setelah sampai pada 23 Nautica Mile (sekitar 50 km dari pantai), tiba-tiba di kejauhan terlihat benda seperti tumpukan sampah laut.

Setelah didekati, benda tersebut nampak bergerak-gerak. Melihat itu, Safari dan Asep, dua teman Jambe, menjadi was-was dan takut. ’’Itu jin, itu jin,’’ kata Safari yang dibenarkan Asep, seraya meminta Jambe yang sedang memegang kemudi untuk segera berbalik arah. Apalagi saat itu cuaca tengah buruk. Ombak sedang tinggi-tingginya, langit gelap, suara petir bersahutan, dan hujan turun deras. Meski deg-degan, Jambe memutuskan terus mendekat. Ternyata, tumpukan yang dikira jin laut tersebut adalah sebuah kapal yang sudah terbalik dan dipenuhi orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri. Rupanya, itu adalah kapal karam imigran gelap yang ingin pergi ke Christmas Island, Australia. Tanpa pikir panjang, Jambe memutuskan untuk menolong mereka.

Namun, begitu kapalnya mendekat dari sisi utara, para korban kapal karam itu langsung terjun dan berenang ke arah kapalnya. Khawatir kapalnya ikut tenggelam, Jambe langsung memundurkan kapal dan memutuskan untuk mengitari kapal penuh tumpukan manusia tersebut. Tujuannya, berkomunikasi dan memutuskan menolong dengan cara yang terbaik.

’’Karena kapal saya tidak mungkin mampu menyelamatkan semuanya,’’ ujar Jambe. Namun tekad untuk menolong mereka sudah bulat; Apalagi, saat itu Jambe juga melihat ada anak-anak dan perempuan yang menjadi korban. Dia melihat seorang perempuan dan seorang anak yang mengenakan pelampung sedang terombang-ambing dipermainkan ombak. Tetapi, mereka sudah tewas. ’’Tidak bergerak dan kulitnya sudah memucat,’’ terangnya.

Mereka bersiap pindah tempat
Akhirnya, Jambe memutuskan untuk mendekat dari arah timur karena angin dan arus mengarah ke Timur. Sampai di sisi timur kapal korban, mendadak mesin kapal Jambe mati. Oleh sebab itulah, ketika puluhan orang yang tengah menanti nasib di laut tersebut berebut terjun dan naik kapalnya, Jambe tidak bisa berbuat apa-apa.

’’Sampai nyaris kapal saya mau tenggelam karena mereka berebut naik,’’ tuturnya. Padahal, sebelumnya dia berniat hendak mengatur bantuan, bahwa yang lebih dulu diselamatkan adalah perempuan dan anak-anak. Tetapi, karena berebut, Jambe tidak bisa lagi mengontrol siapa yang harus diselamatkan lebih dulu. Lebih-lebih karena mesin kapalnya mati. Jadi, dia lebih sibuk untuk mengatur korban yang naik untuk berdiri di sisi timur supaya kapalnya tidak ikut tenggelam. ’’Sudah miring sekali ketika rombongan pertama datang dan berebut naik perahu,’’ katanya.

Ketika total penumpang tambahan sudah mencapai 34 orang, Jambe memutuskan tidak menambahnya lagi. ’’Padahal, es yang saya siapkan untuk ikan sudah saya buang semua ke laut. Termasuk sebagian solar biar dapat memuat lebih banyak orang,’’ terangnya.

Jambe memutar haluan dan langsung mengarah ke pantai, dalam suasana yang mendadak penuh kepiluan dan isak tangis. Di dalam kapal, seorang ayah dan anak berangkulan sambil menangis keras-keras. Juga ada seorang imigran, yang belakangan diketahui bernama Esmad, menangis sambil membentur-benturkan kepalanya ke tiang kapal. Rupanya, 20 orang keluarganya termasuk yang tidak terselamatkan. Saat sampai di darat, sepanjang Sabtu malam hingga Minggu pagi, Esmad akan langsung berlari bila ada kapal nelayan yang datang ke pantai. Dia mengira serta berharap, nelayan-nelayan Prigi itu menyelamatkan sebagian keluarganya yang lain.

Dalam pada itu, ketika perahu sudah mengarah ke Pantai Prigi, tragedi menyayat hati Jambe dan teman-temannya terjadi. Dua orang Indonesia yang diduga Juru Mudi kapal nahas tersebut berusaha naik. Karena kapalnya sudah tidak mampu lagi memuat orang, Jambe terpaksa menepiskan tangan dua orang yang berusaha memanjat naik itu. Mereka tidak menyerah, ditepis dari sisi ini, kemudian mencoba naik ke sisi lain perahu. Kembali Jambe harus menepis tangan mereka supaya tidak bisa naik.

Akhirnya, setelah sekitar setengah jam berusaha, dua orang tersebut menyerah. Mereka kemudian berenang kembali ke arah kapal yang sudah terbalik, bergabung bersama orang-orang yang gagal naik ke perahu. Dua orang tersebut menatap Jambe. Menurut Jambe, mereka tidak terlihat marah. Sinar mata mereka memang memendap kekecewaan, tetapi mereka mungkin mengerti.

’’Tatapan mereka seolah berkata, bahwa lebih penting menyelamatkan yang sudah ada, ketimbang ikut tenggelam semua,’’ tutur Jambe.

Jambe kemudian menambah kecepatan mesin, mengunci koordinat lokasi kapal karam tersebut dan meluncur ke pantai. Terakhir, dia memandang ke arah orang-orang yang masih bertahan di kapal karam itu. Yang membuat terenyuh bukan hanya melihat kedua juru mudi yang gagal naik tersebut. Tetapi, juga melihat dua perempuan setengah baya dan dua anak yang masih tertinggal. ’’Perkiraan saya, ada sekitar 30 sampai 40-an orang yang bertahan di lunas kapal itu,’’ katanya.

Pria kurus namun bertohoh kokoh ini melajukan kapalnya kembali ke pantai. Sekitar sepuluh mil laut dari bibir pantai, dia mendapat sinyal. Dia segera menghubungi Musaim, pamannya, untuk segera meminta bantuan kapal lain. Musaim sendiri bergegas lapor ke pol air. Tetapi, karena keterbatasan alat (speedboat patroli mereka hanya mampu paling jauh ke jarak tujuh hingga delapan mil laut), pol air tidak bisa berbuat apa-apa.

Hingga Jambe tiba di pelabuhan, dan menurunkan korban yang diselamatkan untuk ditampung di Balai Pertemuan Nelayan Prigi, belum ada satu pun kapal yang berangkat menyusul melakukan evakuasi. Karena belum berpengalaman, upaya mencari kapal evakuasi untuk membantu para korban terhambat. Ini sungguh amat fatal. Sebab, jarak 23 mil laut itu ditempuh sekitar tiga hingga empat jam, sebuah rentang waktu yang sangat lama bagi para korban untuk bertahan. Kapal bantuan untuk mencari korban yang tersisa pun baru berangkat sekitar pukul 18.00 Sabtu petang. Yang naik tentu saja Jambe, dua petugas pol air, dan beberapa anggota tim SAR. Mereka tiba di lokasi kapal karam sekitar pukul 21.30 atau sekitar delapan jam sejak pertama Jambe menemukan mereka.

Kondisi alam yang masih tersisa sesudah badai dan hujan, serta gelapnya laut, membuat Tim SAR sudah tidak melihat apa-apa lagi. Orang yang tersisa berikut bangkai kapal sudah tidak ada. Seolah ditelan gelapnya malam Laut Selatan. Tim penyelamat tidak berhenti mencari. Mereka terus mencari, mengelilingi sekitar radius hingga 20 mil laut dari lokasi kecelakaan, tetapi tetap tidak menemukan apa-apa.

’’Arus laut yang kencang, dan ombak yang sedang tinggi-tingginya bulan ini, memang bisa menyeret mereka jauh,’’ kata Jambe sedih.

Mereka baru kembali ke pantai sekitar pukul 05.00 dini hari dengan tangan hampa. Di darat, seorang korban yang terus-menerus berzikir sempat meminta Jambe dan istrinya untuk kembali lagi mencari. ’’Tolonglah, masih ada sekitar lima puluh orang lagi yang tadi masih hidup,’’ kata imigran itu. Kendati berhasil menyelamatkan 34 nyawa, Jambe mengaku tetap tidak bisa melupakan tatapan sinar mata orang-orang yang tertinggal di laut lepas itu. ’’Seandainya saya bawa kapal yang lebih besar, mungkin selamat semua,’’ ucapnya, teramat sedih.

Minggu pagi, 18 Desember, penduduk desa sekitar tempat penampungan korban berdatangan. Mereka bukan sekedar ingin tahu, kebanyakan warga itu datang membawa kepedulian dan empati. Mereka secara swadaya memberikan bantuan makanan kepada korban, berupa roti, nasi lodho, nasi goreng dan minuman mineral. Bantuan tersebut mengalir sejak malam. (masih ada lanjutannya, Bro/Sis)

Artikel terkait :

0 Komentar:

Posting Komentar

"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".

Please Read This For Peace
(Mohon Baca Ini, Demi Persahabatan)




Disclaimer

I don't and never claim ownership or rights over images published on my blog unless specified.
All images are copyright of their respected creators. If any images that appear on my blog are in violation of copyright law, please contact me on my Chat Box/Guest Book or via my e-mail (maksumhamid [at] trenggalekjelita [dot] web [dot] id) and I will remove the offending pics as soon as possible.

Thank You So Much All Guests and Blogger Friends

I greatly appreciate your kindness to visit my blog and,
in return, I promise I will pay my own visit to your blogs or your sites as soon as possible.; Insyaallah, through this sort of social amiability and solidarity, we could find out a great
deal of thing which will be useful for advancing our human values.
For the sake of friendship and togetherness, please leave a sign of your presence on myChat Box/Guest Book or on comment, so that I can know it precisely and instantly.


Yours sincerely and best regard.
[Lina CahNdeso]

Categories

Senandung Kawula Alit (280) PNS dan Birokrasi (255) Artikel (223) Info (212) Pendidikan (163) Lowongan Kerja (161) Sains-Teknologi Informasi (151) Sejarah Trenggalek (145) Pembangunan (90) Politik (86) Bagi Pahlawan Kemerdekaan (83) Islam (70) Pra-Anggapan (70) Agamaku (69) Kriminal (69) UU-Peraturan (63) Anti Korupsi (60) Catatan Budaya (58) Antik dan Klasik (57) Olahraga (56) Numpang Niwul (54) Cinta dan Kasih Sayang (42) BisnisOnline (37) Tanggung Jawab dan Profesionalisme (37) Software (36) Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia (35) Sains-Teknologi (32) Biografi Tokoh Peraih Nobel (31) PTC (31) Legeslatif (30) Mesum (27) Palestina (27) Kesehatan (25) Info Beasiswa (24) Thiwul-Manco-Rengginang (22) Zionist (22) Artikel-Copas (21) Flora/Fauna (21) Trik dan Tips Blogging (21) Bencana Alam (20) Langka (20) Selebritis/Tokoh (19) Pariwisata (18) Piala Dunia 2010 (18) Kasus Korupsi (16) Sejarah Dunia (16) English Version (13) Antik dan Klasik. Dongeng (11) Fakta Unik (11) Berita CPNS (9) Fauna (8) Idul Fitri (8) Bencana (6) Bonsai (6) Film (6) Office (6) Poetry (6) Eksekutif (5) My Award (5) Antivirus (4) Biografi Tokoh Lokal (4) Kabinet (4) Puisiku (4) Guest Book (3) Lomba (3) Musibah (3) Polisi (3) Affiliasi Bisnis (2) Bank (2) Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia (English) (2) Ekonomi/Keuangan (2) Iklan/Pariwara (2) KIB Jilid 2 (2) Mbah Surip (2) Merapi (2) Musik (2) Pelantikan Presiden (2) Taxi (2) lebaran (2) Adipura (1) Alexa (1) Banner Sahabat (1) Biografi Tokoh Seni/Sastra Lokal (1) Catur (1) Cerpen (1) Daftar Posts (1) Dewa Ruci (1) Forex-JSS-JBP (1) GTT (1) Game (1) Google Sandbox (1) Hari Jadi (1) Irshad Manji (1) Jamu Tradisional (1) Jelajah Sepeda-Kompas (1) Jimat Trenggalek (1) Judi/Togel (1) Kuliner (1) Malaysia (1) Maria Verchenova: Russian golferMaria Verchenova: Russian golfer (1) Moammar Khadafi (1) Parcel (1) Perempuan (1) Pers (1) Pramuka (1) Psikologi (1) Resensi Buku (1) Sepak Bola (1) Sumpah Pemuda (1) TNI (1) Tradisional (1)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes

Back To Top