Alquran bagaikan samudra ilmu yang tak akan pernah habis isinya bila ditulis, kendati semua ilmuwan bersatu padu untuk menjelaskan kandungannya.
Alquran adalah firman Allah SWT yang diturunkan secara mutawatir kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril dan merupakan ibadah bagi yang membacanya. Demikianlah definisi Alquran menurut Subhi Al-Saleh dalam kitabnya, Mabahits fi Ulumi Al-Quran (Membahas Ilmu-ilmu Alquran).
Inilah salah satu kelebihan (mukjizat) Alquran dibandingkan kitab lain yang diturunkan kepada nabi-nabi lainnya, seperti Taurat (Musa), Zabur (Daud), dan Injil (Isa). Kitab ataupun buku lainnya tidak disebut ibadah bila membacanya ataupun bagi orang yang mengamalkannya. Selain menjadi ibadah bagi yang membacanya, Alquran juga mempunyai mukjizat (ijaz). Ia merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan bagi umat manusia di dunia, karena Alquran akan abadi hingga akhir zaman nanti. Bahkan, Allah berjanji, akan senantiasa menjaga dan memeliharanya dari pemalsuan.
Kemukjizatan Alquran sangat banyak. Bahkan, para ulama pun berbeda pendapat mengenai jumlahnya. Al-Rummani dalam Al-Nukat fi Ijaz Al-Quran menyebutkan sedikitnya tujuh kemukjizatan yang dimiliki Alquran. Yaitu, menghindarkan penentangan terhadapnya dengan kuatnya motivasi dan kebutuhan terhadapnya; tantangannya kepada seluruh manusia; sharfah (dipalingkannya pemikiran manusia untuk membuat yang semisal Alquran); balaghah (retorika); berita-berita yang benar mengenai masa depan; melampaui atau di luar kebiasaan; dan keunggula nnya dari semua mukjizat yang lain.
Sementara itu, al-Baqillani dalam jaz al-Quran menolak paham sharfah dan ia menyebutkan hanya tiga segi kemukjizatan Alquran yang meliputi pemberitaan tentang perkaraperkara gaib; penuturan kisah-kisah umat atau orang terdahulu padahal ia disampaikan oleh seorang yang ummi (tak mahir membaca dan menulis); dan keunggulan dalam susunan redaksinya yang indah dan keserasiannya yang menakjubkan. Namun, Al-Baqillani sendiri lebih cenderung memilih segi ketiga ini sebagai kemukjizatan Alquran yang sebenarnya, dan memerinci lagi segi ini ke dalam banyak poin.
Berbeda dengan yang lainnya, Al-Qurthubi (w 671 H) dalam mukadimah Al-Jamili Ahkam al-Quran, menyebutkan 10 segi kemukjizatan Alquran. Yakni, susunan redaksi yang begitu indah dan lain dari yang lain; gaya bahasa (uslub) yang lain dari yang lain; jazalah (kefasih- an) yang mustahil berasal dari makhluk; penga ruhnya yang besar terhadap bahasa Arab; pemberitaan peristiwa-peristiwa yang telah berlalu sejak bermulanya dunia ini hingga waktu turunnya Alquran; dan terbuktikannya janji-janji yang ada di dalamnya. Kemudian, pemberitaan peristiwa-peristiwa gaib pada masa mendatang; pengetahuan yang terkandung di dalamnya; hikmah-hikmahnya yang matang; serta keselarasan kandungannya lahir dan batin.
Pada zaman modern sekarang ini, para pemikir dan ilmuwan Islam terus menggali berbagai kemukjizatan yang dimiliki Alquran. Bahkan, berkembang segi kemukjizatan yang baru. Seperti kemukjizatan dari segi isyarat atau kandungan saintifik Alquran dan keajaiban matematis yang ada di dalamnya. Karenanya, rumusan mengenai cakupan kemukjizatan Alquran pada masa modern ini, umumnya sangat berbeda dari kemukjizatan Alquran yang pernah dirumuskan oleh para ulama di zaman klasik.
Misalnya, yang dilakukan oleh Abdullah al-Darraz dalam Al-Naba’ al-’Azhim (1933), menyebutkan tiga sisi kemukjizatan Alquran (yang juga diikuti oleh Manna’ al-Qaththan dalam Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an). Ketiga segi kemukjizatan itu adalah kemukjizatan dalam aspek kebahasaan (Al-I’jaz Al-Lughawi), kemukjizatan ilmiah (Al-I’jaz al-Ilmi), dan kemukjizatan dari sisi hukum syara (tasyri’).
Pun demikian pula dengan pemikir dan ilmuwan Islam masa kini, seperti Hisham Thalbah, Abdul Majid Zindani, Abd Al-Basith Muhammad Sayyid dan kawan-kawan, dalam Al-I’jaz Al-Ilmi fi Al-Qur’an wa al-Sunnah (2009) yang diterjemahkan menjadi Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis, menyebutkan berbagai segi kemukjizatan Alquran. Baik dari segi bahasa dan sastra, kandungannya, kisah umat terdahulu, kelebihan hewan, keajaiban buah-buahan, keagungan air laut, keajaiban penciptaan alam semesta, dan keistimewaan angkaangka. Bahkan, kemukjizatan Alquran dari segi bahasa dan sastra yang dibahas Hisham Thalbah dan kawan-kawan, mencakup sebanyak 24 kemukjizatan. Di antaranya, kemukjizatan fonetik Alquran, teks, uslub (gaya bahasa), rahasia bahasa, semantik Alquran, dan makna huruf-hurufnya.
Sedangkan, Musthafa Muslim dalam Mabahits fi I’jaz Al-Qur’an menyebutkan empat segi kemukjizatan Alquran. Lalu, Muhammad ‘Abd al-’Azhim al-Zarqani dalam Manahil al-’Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an menyebutkan 14 segi kemukjizatan Alquran.
Sementara itu, Khalid Abdurrahman. al-’Akk dalam Ushul al-Tafsir wa Qawa’iduh menyebutkan 12 sisi kemukjizatan Alquran. Dan, salah seorang pakar Alquran di Indonesia, Quraish Shihab dalam Mukjizat Al-Qur’an dan Sejarah Ulum Al-Qur’an menyebutkan ada tiga aspek besar kemukjizatan Alquran. Ketiga aspek itu, menurut Quraish Shihab, adalah keindahan dan ketelitian bahasanya; isyarat-isyarat ilmiah yang terkandung di dalamnya, dan pemberitaan gaibnya.
Beragam rumusan para ulama mengenai sisi kemukjizatan Alquran itu justru menunjukkan betapa banyaknya sisi Alquran yang menakjubkan. Alih-alih saling memberi penegasan, perbedaan pendapat mereka itu justru tampak saling menguatkan satu sama lain. Sebenarnya dalam Alquran terdapat beribu mukjizat, kata Al-Zarqani. Dan, keragaman pandangan para ahli Alquran tersebut merupakan petunjuk bahwa Alquran adalah kitab yang dari mana saja manusia memandangnya, maka akan tampak kilauan cahayanya.
Samudra ilmu
Ini menunjukkan bahwa Alquran memiliki berbagai mukjizat yang sangat banyak dan memiliki pengaruh yang besar bagi umat manusia. Karenanya, para ulama sepakat untuk menempatkannya sebagai sumber pertama dari segala sumber hukum Islam. Karena itu, dari segi isi, makna, dan kandungan yang ada di dalamnya, tak akan ada seorang pun makhluk Allah yang mampu menandinginya. Bahkan, Allah SWT menantang seluruh umat manusia untuk membuat yang lebih baik atau serupa dengan Alquran.
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan Alquran itu, dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orangorang yang benar.(Al-Baqarah: 23) Dalam ayat lain, Allah menantang para ilmuwan untuk terus menggali ilmu-ilmunya Allah. Dan Allah memastikan, manusia tak akan mampu menuliskan seluruhnya. Sebab, ia bagaikan samudra ilmu yang tak akan pernah habis.
Katakanlah; Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).(Al-Kahfi: 109). Karena itu, Alquran akan senantiasa abadi hingga akhir zaman nanti, karena Allah-lah yang akan memeliharanya. Sesungguhnya Kami yang menurunkan Alquran, dan Kami pula yang akan menjaganya. (Al-Hijr: 9). syahruddin el-fikri
Sumber: Republika
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".