Foto: (1) Soeharto bersama managemen PT HM Sampoerna, (2) Petani tembakau nampak bahagia saat panen Perdana. (Hamzah)
Trenggalek, Memo
Siapa bilang Trenggalek tidak bisa ditanami tembakau. Bupati Soeharto melakukan panen perdana di Desa Kedungsigit, Kecamatan Karangan, kemarin. Bahkan, dipastikan panen daun bahan utama rokok tersebut, tidak hanya di Desa Kedungsigit, tapi beberapa desa di Kecamatan Tugu, Karangan, Durenan, Panggul, Munjungan dan Pogalan.
Diawali tahun ini, Pemkab Trenggalek khususnya Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan (Disperhutbun) mulai mengenalkan masyarakat terhadap tanaman tembakau. Alasannya, menurut Kepala Disperhutbun Surya Atmaja, tanaman tembakau merupakan tanaman jenis perkebunan yang sebenarnya mudah ditanam. Sebab tanaman ini tidak memerlukan air. Jika melihat kondisi tersebut, ternyata di enam kecamatan di Trenggalek sangat cocok ditanami tembakau. “Lahan yang dibutuhkan adalah lahan tadah hujan, artinya lahan yang memang tidak banyak air. Dan enam kecamatan tersebut cocok jika dijadikan sentra tembakau,” jelasnya.
Alasan lain, adalah saat ini harga tembakau sangat tinggi. Sehingga, ketika petani berbondong-bondong mau menanam tembakau, dipastikan mereka bakal untung besar.
Untuk pemasarannya, pemkab telah menandatangani semacam MOU dengan PT HM Sampoerna produsen rokok terbesar setelah PT Gudang Garam. Sehingga hasil panen petani langsung ditampung di salah satu pabrik rokok tersebut. “Kalau kita hanya mengandalkan cengkeh, hasilnya tak maksimal. Sebab, saat ini banyak tanaman cengkeh yang terserang penyakit,” ujarnya.
Berdasar informasi yang diterima, harga daun tembaku dibagi menjadi tiga. Harga paling murah mulai Rp 7 ribu sampai Rp 12 ribu per kilogram untuk daun bawah. Daun tengah harganya berkisar Rp 12 ribu sampai Rp 18 ribu per kilogram. Sedangkan daun atas mulai Rp 18 ribu sampai Rp 25 ribu. Surya merasa optimis, daun tembakau asal Trenggalek bisa mencapai harga maksimal. Sebab, varietas tembakau yang ditanam petani merupakan varietas unggul yakni Ranjangan Amaild (RAM). “Varietas ini adalah varietas yang dicari pabrik rokok,” katanya.
Surya menyatakan, tujuan lain disperhutbun mengajak petani menanam tambakau tak lain ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebab, berdasar hasil study banding ke beberapa daerah rata-rata petani tembakau cukup sukses. “Ini lah yang memacu kami untuk menggalakkan tanaman tembakau di Trenggalek,” ujarnya sembari menambahkan, untuk bisa mencapai kesejahteraan, idealnya lahan yang disiapkan sekitar 75 hektar. Saat ini di Trenggalek masih sekitar 50 hektar. Untuk kekurangan lahan tersebut, pihaknya bakal melakukan secara bertahap.(Haz).
Trenggalek, Memo
Siapa bilang Trenggalek tidak bisa ditanami tembakau. Bupati Soeharto melakukan panen perdana di Desa Kedungsigit, Kecamatan Karangan, kemarin. Bahkan, dipastikan panen daun bahan utama rokok tersebut, tidak hanya di Desa Kedungsigit, tapi beberapa desa di Kecamatan Tugu, Karangan, Durenan, Panggul, Munjungan dan Pogalan.
Diawali tahun ini, Pemkab Trenggalek khususnya Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan (Disperhutbun) mulai mengenalkan masyarakat terhadap tanaman tembakau. Alasannya, menurut Kepala Disperhutbun Surya Atmaja, tanaman tembakau merupakan tanaman jenis perkebunan yang sebenarnya mudah ditanam. Sebab tanaman ini tidak memerlukan air. Jika melihat kondisi tersebut, ternyata di enam kecamatan di Trenggalek sangat cocok ditanami tembakau. “Lahan yang dibutuhkan adalah lahan tadah hujan, artinya lahan yang memang tidak banyak air. Dan enam kecamatan tersebut cocok jika dijadikan sentra tembakau,” jelasnya.
Alasan lain, adalah saat ini harga tembakau sangat tinggi. Sehingga, ketika petani berbondong-bondong mau menanam tembakau, dipastikan mereka bakal untung besar.
Untuk pemasarannya, pemkab telah menandatangani semacam MOU dengan PT HM Sampoerna produsen rokok terbesar setelah PT Gudang Garam. Sehingga hasil panen petani langsung ditampung di salah satu pabrik rokok tersebut. “Kalau kita hanya mengandalkan cengkeh, hasilnya tak maksimal. Sebab, saat ini banyak tanaman cengkeh yang terserang penyakit,” ujarnya.
Berdasar informasi yang diterima, harga daun tembaku dibagi menjadi tiga. Harga paling murah mulai Rp 7 ribu sampai Rp 12 ribu per kilogram untuk daun bawah. Daun tengah harganya berkisar Rp 12 ribu sampai Rp 18 ribu per kilogram. Sedangkan daun atas mulai Rp 18 ribu sampai Rp 25 ribu. Surya merasa optimis, daun tembakau asal Trenggalek bisa mencapai harga maksimal. Sebab, varietas tembakau yang ditanam petani merupakan varietas unggul yakni Ranjangan Amaild (RAM). “Varietas ini adalah varietas yang dicari pabrik rokok,” katanya.
Surya menyatakan, tujuan lain disperhutbun mengajak petani menanam tambakau tak lain ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebab, berdasar hasil study banding ke beberapa daerah rata-rata petani tembakau cukup sukses. “Ini lah yang memacu kami untuk menggalakkan tanaman tembakau di Trenggalek,” ujarnya sembari menambahkan, untuk bisa mencapai kesejahteraan, idealnya lahan yang disiapkan sekitar 75 hektar. Saat ini di Trenggalek masih sekitar 50 hektar. Untuk kekurangan lahan tersebut, pihaknya bakal melakukan secara bertahap.(Haz).
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".