Rabu, 02 Desember 2009

Pemilihan Bupati 2010, Tantangan Sebuah Demokrasi


Pemilu
Tahun 2004 merupakan langkah Reformasi yang mengawali bangkitnya demokrasi yang bebas dari tekanan penguasa. Setiap warga yang sudah memenuhi persyaratan, memiliki hak satu suara untuk secara langsung menentukan anggota legeslatif dan pemimpin negeri ini untuk lima tahun ke depan. Setelah Pilpres, menyusul kemudian, Pilkada (pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota) secara langsung, hingga Pemilihan Legeslatif baik dari tingkat Kabupaten/Kota hingga Pusat.

Praktik demokrasi di Indonesia dinilai pihak asing sebagai semakin berjalan baik dan kuat. Namun di satu sisi, demokrasi sejak Reformasi digulirkan sebenarnya berjalan dalam sistem kepartaian yang lemah. Dalam setiap pemilu, baik pileg, pilpres dan pilkada, yang menang adalah "golput".


Golput, bukan berarti hanya mereka yang tidak ikut serta memberikan hak suaranya dalam pesta demokrasi, tapi juga mereka yang telah menggunakan haknya untuk menentukan pilihan. Golongan putih yang kedua ini sebagian besar adalah mereka yang memberikan suaranya bukan berdasarkan aspirasi yang mereka yakini. Namun karena "figur, talenta dan kepiawaian" dari tim sukses para calon legeslatif dan para kandidat calon pemimpinnya. Sebagian besar rakyat yang berhak memilih, memberikan suaranya kepada para calon tanpa memandang partai dan ideologi. Dengan kata lain, dalam proses tersebut sistem kepartaian sangat lemah. Padahal, untuk membangun demokrasi dibutuhkan sistem kepartaian yang kuat karena partai adalah salah satu pilar demokrasi.


Lihatlah, selama dekade ini, rakyat antusias mengikuti pemilu - selain golongan putih - tetapi, mereka memilih seseorang dari parpol yang berbeda dengan yang diikutinya. Dalam pemilihan presiden ia memilih calon presiden yang didukung parpol lain yang tidak dipilihnya dalam pemilu legislatif. Begitu juga dalam pemilihan kepala daerah, mereka memilih Bupati/Walikota yang bukan dari parpolnya. Itu adalah bukti mereka tidak loyal kepada parpolnya.


Sistem kepartaian ini semakin melemah setelah munculnya keputusan Mahkamah Konstitusi terkait penetapan calon anggota legislatif terpilih berdasarkan suara terbanyak. Keputusan tersebut memang positif, namun bagi masyarakat awam dan para kandidat yang ambisius, justru memicu makin lemahnya sistem kepartaian menjurus pada perilaku yang individualistis.


Terlebih lagi, dengan sudah mentradisinya "pamer" kekuatan oleh para calon Kepala Desa dan Kepala Dusun (dahulu perangkat desa) dalam pemilih Kades atau Kasun. Di mana, kebiasaaan tebar "angpao" oleh para calon seakan menjadi fenomena yang diharuskan. Dan perilaku itu sendiri oleh aparat berwenang selama ini seakan dibiarkan. Bahkan yang berwajib bersikap menutup mata, dan cenderung menghalalkannya.


Dalam pemilihan kepala desa atau kepala dusun, hingga kepala daerah (bupati/walikota) faktor penentu kemenangan bukan kekuatan parpol dan ideologi parpol maupun pengaruh tokoh-tokoh masyarakat, melainkan lebih ditentukan figur di dalam parpol maupun figur calon. Dan yang lebih menyedihkan, fakta bahwa kemampuan para calon untuk "mendistribusikan" sesuatu yang instan, glamour dan bermanfaat sesaat kepada para konstituen, merupakan syarat yang menentukan dipilih tidaknya sang kandidat.


Fenomena tarnsisi demokrasi yang mungkin tidak sesuai dengan teori tersebut bukan saja menggejala, tapi mengemuka dalam setiap pemilu di era reformasi ini. Sebuah kondisi yang menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi partai-parta di daerah ini yang mengusung calonnya untuk Pilkada 2010. Perolehan suara partai dalam pileg, niscaya tidak akan mutlak mencerminkan calon yang diusung suatu partai bisa meraih kemenangan. Sebab, masyarakat sedang mengalami degradasi psikologi untuk menentukan arah perjuangan mereka dalam kancah politik maupun demokrasi.


Para kandidat Calon Bupati Trenggalek 2010-2014 dan Tim Sukses (TS)-nya, seharusnyalah mewapadai kondisi tersebut, namun sebaiknya tetap bersikap bijak. Mendahulukan kepentingan rakyat untuk masa lima tahun ke depan, dan senantiasa menjadikan hukum sebagai panglimanya dalam meraih kursi kekuasaan.

Kutulis Buat : Keluargaku Tercinta. Tiada Harta yang bisa kuwariskan. Maafkan Abah.

0 Komentar:

Posting Komentar

"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".

Please Read This For Peace
(Mohon Baca Ini, Demi Persahabatan)




Disclaimer

I don't and never claim ownership or rights over images published on my blog unless specified.
All images are copyright of their respected creators. If any images that appear on my blog are in violation of copyright law, please contact me on my Chat Box/Guest Book or via my e-mail (maksumhamid [at] trenggalekjelita [dot] web [dot] id) and I will remove the offending pics as soon as possible.

Thank You So Much All Guests and Blogger Friends

I greatly appreciate your kindness to visit my blog and,
in return, I promise I will pay my own visit to your blogs or your sites as soon as possible.; Insyaallah, through this sort of social amiability and solidarity, we could find out a great
deal of thing which will be useful for advancing our human values.
For the sake of friendship and togetherness, please leave a sign of your presence on myChat Box/Guest Book or on comment, so that I can know it precisely and instantly.


Yours sincerely and best regard.
[Lina CahNdeso]

Categories

Senandung Kawula Alit (280) PNS dan Birokrasi (255) Artikel (223) Info (212) Pendidikan (163) Lowongan Kerja (161) Sains-Teknologi Informasi (151) Sejarah Trenggalek (145) Pembangunan (90) Politik (86) Bagi Pahlawan Kemerdekaan (83) Islam (70) Pra-Anggapan (70) Agamaku (69) Kriminal (69) UU-Peraturan (63) Anti Korupsi (60) Catatan Budaya (58) Antik dan Klasik (57) Olahraga (56) Numpang Niwul (54) Cinta dan Kasih Sayang (42) BisnisOnline (37) Tanggung Jawab dan Profesionalisme (37) Software (36) Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia (35) Sains-Teknologi (32) Biografi Tokoh Peraih Nobel (31) PTC (31) Legeslatif (30) Mesum (27) Palestina (27) Kesehatan (25) Info Beasiswa (24) Thiwul-Manco-Rengginang (22) Zionist (22) Artikel-Copas (21) Flora/Fauna (21) Trik dan Tips Blogging (21) Bencana Alam (20) Langka (20) Selebritis/Tokoh (19) Pariwisata (18) Piala Dunia 2010 (18) Kasus Korupsi (16) Sejarah Dunia (16) English Version (13) Antik dan Klasik. Dongeng (11) Fakta Unik (11) Berita CPNS (9) Fauna (8) Idul Fitri (8) Bencana (6) Bonsai (6) Film (6) Office (6) Poetry (6) Eksekutif (5) My Award (5) Antivirus (4) Biografi Tokoh Lokal (4) Kabinet (4) Puisiku (4) Guest Book (3) Lomba (3) Musibah (3) Polisi (3) Affiliasi Bisnis (2) Bank (2) Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia (English) (2) Ekonomi/Keuangan (2) Iklan/Pariwara (2) KIB Jilid 2 (2) Mbah Surip (2) Merapi (2) Musik (2) Pelantikan Presiden (2) Taxi (2) lebaran (2) Adipura (1) Alexa (1) Banner Sahabat (1) Biografi Tokoh Seni/Sastra Lokal (1) Catur (1) Cerpen (1) Daftar Posts (1) Dewa Ruci (1) Forex-JSS-JBP (1) GTT (1) Game (1) Google Sandbox (1) Hari Jadi (1) Irshad Manji (1) Jamu Tradisional (1) Jelajah Sepeda-Kompas (1) Jimat Trenggalek (1) Judi/Togel (1) Kuliner (1) Malaysia (1) Maria Verchenova: Russian golferMaria Verchenova: Russian golfer (1) Moammar Khadafi (1) Parcel (1) Perempuan (1) Pers (1) Pramuka (1) Psikologi (1) Resensi Buku (1) Sepak Bola (1) Sumpah Pemuda (1) TNI (1) Tradisional (1)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes

Back To Top