Senin, 22 Februari 2010

Guru Profesional dan Plagiarisme

Guru Profesional dan Plagiarisme


Membaca kompas cetak hari ini, Senin, 22 Februari 2010 tentang judul di atas yang dituliskan oleh bapak Mochtar Buchori membuat hati saya serasa galau.


Sebagai seorang guru yang sudah lebih dari 15 tahun mengabdi di dunia pendidikan, saya merasakan benar kalau banyak teman-teman seprofesi yang belum memahami profesinya sebagai guru. Belum merasakan betapa mulianya menjadi seorang guru. Namun sangat disayangkan, bila kemuliaan itu menjadi hina karena banyak teman-teman guru yang tak segera meng-update ilmunya. Tak pernah puas dengan apa yang telah dikuasainya. Terus belajar sepanjang hayat.


Saya baca kembali tulisan pak Moctar Buchori yang sangat bagus itu,

Belajar dari guru yang terus membaca, rasanya seperti minum air segar. Namun, belajar dari guru yang tak lagi membaca, seperti minum air comberan.


Buat saya, tulisan ini serasa menohok ke ulu hati. Membuat saya harus senantiasa membaca dan tidak dihujat sebagai guru yang meminum air comberan. Saya harus memberikan minuman segar kepada peserta didik saya dengan banyak membaca. Membaca hal-hal yang terus berkembang baik lewat buku, maupun media lainnya.


Buat saya secara pribadi, memegang amanah menjadi guru profesional serasa berat. Sebab guru dituntut untuk terus menerus melakukan kreasi dan inovasi dalam pembelajarannya. Membuat para peserta didik senang dengan apa yang dipelajarinya sehingga bermakna dalam kehidupan nyata.


Saya harus akui, telah terjadi kesalahan pengelolaan pembelajaran dari beberapa teman guru yang masih memiliki paradigma lama. Selalu menganggap lebih super daripada peserta didiknya. tak mengenal kata dialog, yang ada hanyalah monolog. Guru mengajar, murid diajar. Tak lebih dari proses kegiatan itu. Padahal, di dalam pembelajaran yang benar, guru dan murid sama-sama belajar, sama-sama melakukan proses interaksi dalam pembelajaran yang menantang. Pembelajatan yang mengundang para peserta didiknya untuk aktif dalam memahami materi pelajaran.


Saya baca kembali tulisan pak Mochar Buchori,

Seorang guru baru dapat disebut ”guru profesional” kalau dia memiliki learning capability, yaitu kemampuan mempelajari hal-hal yang harus dipelajarinya, hal-hal yang perlu dipelajarinya, dan hal-hal yang tidak perlu dan tidak dapat dipelajarinya. Kemampuan-kemampuan tumbuh dari pengetahuan tentang dirinya sendiri, siapa dirinya sebenarnya, dan mengetahui pula pribadi-pribadi bagaimana yang tidak mungkin dicapainya. Ditirunya, ya, tetapi dicapainya (verpersoonlijkt), tidak! Singkatnya, guru profesional adalah orang yang tahu diri. Orang yang tahu diri tidak akan melakukan plagiat.

Saya mendapatkan kesan bahwa esensi profesionalitas guru ini tidak pernah dijelaskan kepada guru-guru yang ingin maju, guru-guru yang benar-benar ingin memahami tugasnya dan memperbaiki kinerjanya. Kesan saya lagi, yang ditekankan dalam usaha-usaha peningkatan kemampuan (upgrading) adalah pengetahuan tentang kementerengan guru profesional. Hal-hal yang berhubungan dengan kosmetik keguruan profesional. Guru-guru muda yang baru selesai ditatar jadi guru profesional tampak ganteng (handsome) atau cantik, tetapi tidak memancarkan kesan keprofesionalan yang mengandung wibawa.


Malu rasanya mendapatkan kritikan tajam seperti ini, tetapi ini real terjadi dalam dunia pendidikan kita. Sedikit sekali guru yang tahu diri. Guru yang senantiasa memperbaiki kinerjanya sebagai guru dengan melakukan penelitian Tindakan kelas (PTK). Berusaha memperbaikinya dengan berbagai tindakan perbaikan, yang dimulai dari sebuah perencanaan yang matang melalui RPP (Rencana pelaksanaan pembelajaran) yang dibuat sendiri, melakukan tindakan yang menantang melalui berbagai metode pembelajaran lalu mengamati prosesnya dengan melakukan kolaborasi dengan teman sejawat. Dari kolaborasi itulah guru melakukan refleksi diri dan mengatakan kepada dirinya sendiri, “benarkah apa yang telah saya lakukan?”. Bila itu terus dilakukan oleh guru, dan berujung kepada keberhasilan guru menemukan potensi unik anak didiknya, maka didapatkanlah keberhasilan guru dalam pembelajaran.


Sayangnya, masih sangat jarang guru yang melakukan PTK ini, sehingga terjadi plagiat di sana-sini. “Copas” dari satu guru ke guru lain tanpa melakukan penelitian langsung dan tak melalui proses membaca dan meneliti. Padahal proses yang benar dari sebuah penelitian adalah dimulai dari melihat, membaca, meneliti, menulis, dan melaporkan.


Sayangnya, banyak guru yang melakukan plagiarisme. Di sanalah pada akhirnya, penelitian guru yang dilakukan hanya masuk almari perpustakaan, tak berkembang dan tak tersebarluaskan karena budaya meneliti belum terjadi. Khasanah ilmu pendidikan baru seperti mati suri karena miskinnya inovasi.


Diskusi ilmiah guru masih sangat jarang dilakukan. Padahal ini adalah pintu gerbang kesuksesan guru dalam melaporkan hasil penelitiannya. Berusaha saling bersinergi antara guru satu dengan yang lainnya. Saling melengkapi dan tidak merasa bahwa pelajarannyalah yang paling penting dipelajari. Maklum pelajaranya itu selalu masuk dalam ujian nasional. Pelajaran primadona yang membuat siswa menghabiskan waktunya hanya untuk pelajaran primadona itu. Pendidikan karakter terlupakan, apalagi pendidikan kewirausahaan.


Membaca judul artikel Guru profesional dan Plagiarisme di koran kompas hari ini, membuat saya tersadarkan akan pentingnya inovasi guru di dalam pembelajaran. Melakukan penelitian di kelasnya sendiri dan melaporkannya dalam bentuk PTK. Bila itu dilakukan dengan jalan yang benar, maka tak akan mungkin plagiarsme terjadi dalam karya tulis guru. Sebab apa yang melatar belakangi penelitian dan masalah penelitian yang dihadapinya akan terpecahkan bila guru banyak membaca. Lalu mencobanya dengan melakukan PTK.


Guru profesional memang enak terdengar di telinga, tetapi serasa berat untuk dijalankan karena beban moral yang harus dijaga. Mohon doa dari para pembaca agar saya bisa menjadi guru profesional sesuai harapan masyarakat, dan pemerintah.


Akhirnya, tak akan saya biasakan diri ini untuk mencontek hasil karya orang lain yang bukan tulisan sendiri. Kejujuran harus senantiasa dijunjung tinggi dan menjadi panglima dalam kehidupan kita. Sejumlah prestasi guru harus diraih, kenapa guru tak memulainya dengan budaya membaca dan meneliti di sekolah-sekolah kita? Bila itu terjadi, maka ibu pertiwipun akan tersenyum lebar menyaksikan generasi penerusnya adalah hasil didikan para guru hebat yang bermartabat.


Salam Blogger Persahabatan


Omjay

Guru TIK SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, dan oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Jadi kalau tulisannya agak amburadul, mohon dimaafkan ya! Pesan Omjay, "Menulislah di Kompasiana Sebelum Tidur".


2 Komentar:

prasbudi mengatakan...

ibarat software banyak murid yang pemikirannya versi 2.0 tetapi gurunya masih versi 1.0 alhasil banyak fitur yang dimiliki murid tak bisa berjalan semestinya karena versi software sang guru tak mendukung..capeek dech!!

Lina CahNdeso mengatakan...

#prasbudi: CahNdeso, punya teman guru di salah satu SMK di kota Malang, dia guru IT. Sering dalam diskusi dia bilang, kemampuan profesionalismenya harus selalu ditingkatkan. Salah satu sebabnya adalah seperti yang Anda katakan.
Ilmu peserta didik justru selangkah lebih maju dibanding sang guru.
Namun... tentunya tidak semua guru ketinggalan, barangkali pepatah "guru kencing berdiri murid kencing berlari", justru bisa sebaliknya : guru kencing berlari, murid gak bisa kencing sebab malu".... just fun, okay?!

Posting Komentar

"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".

Please Read This For Peace
(Mohon Baca Ini, Demi Persahabatan)




Disclaimer

I don't and never claim ownership or rights over images published on my blog unless specified.
All images are copyright of their respected creators. If any images that appear on my blog are in violation of copyright law, please contact me on my Chat Box/Guest Book or via my e-mail (maksumhamid [at] trenggalekjelita [dot] web [dot] id) and I will remove the offending pics as soon as possible.

Thank You So Much All Guests and Blogger Friends

I greatly appreciate your kindness to visit my blog and,
in return, I promise I will pay my own visit to your blogs or your sites as soon as possible.; Insyaallah, through this sort of social amiability and solidarity, we could find out a great
deal of thing which will be useful for advancing our human values.
For the sake of friendship and togetherness, please leave a sign of your presence on myChat Box/Guest Book or on comment, so that I can know it precisely and instantly.


Yours sincerely and best regard.
[Lina CahNdeso]

Categories

Senandung Kawula Alit (280) PNS dan Birokrasi (255) Artikel (223) Info (212) Pendidikan (163) Lowongan Kerja (161) Sains-Teknologi Informasi (151) Sejarah Trenggalek (145) Pembangunan (90) Politik (86) Bagi Pahlawan Kemerdekaan (83) Islam (70) Pra-Anggapan (70) Agamaku (69) Kriminal (69) UU-Peraturan (63) Anti Korupsi (60) Catatan Budaya (58) Antik dan Klasik (57) Olahraga (56) Numpang Niwul (54) Cinta dan Kasih Sayang (42) BisnisOnline (37) Tanggung Jawab dan Profesionalisme (37) Software (36) Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia (35) Sains-Teknologi (32) Biografi Tokoh Peraih Nobel (31) PTC (31) Legeslatif (30) Mesum (27) Palestina (27) Kesehatan (25) Info Beasiswa (24) Thiwul-Manco-Rengginang (22) Zionist (22) Artikel-Copas (21) Flora/Fauna (21) Trik dan Tips Blogging (21) Bencana Alam (20) Langka (20) Selebritis/Tokoh (19) Pariwisata (18) Piala Dunia 2010 (18) Kasus Korupsi (16) Sejarah Dunia (16) English Version (13) Antik dan Klasik. Dongeng (11) Fakta Unik (11) Berita CPNS (9) Fauna (8) Idul Fitri (8) Bencana (6) Bonsai (6) Film (6) Office (6) Poetry (6) Eksekutif (5) My Award (5) Antivirus (4) Biografi Tokoh Lokal (4) Kabinet (4) Puisiku (4) Guest Book (3) Lomba (3) Musibah (3) Polisi (3) Affiliasi Bisnis (2) Bank (2) Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia (English) (2) Ekonomi/Keuangan (2) Iklan/Pariwara (2) KIB Jilid 2 (2) Mbah Surip (2) Merapi (2) Musik (2) Pelantikan Presiden (2) Taxi (2) lebaran (2) Adipura (1) Alexa (1) Banner Sahabat (1) Biografi Tokoh Seni/Sastra Lokal (1) Catur (1) Cerpen (1) Daftar Posts (1) Dewa Ruci (1) Forex-JSS-JBP (1) GTT (1) Game (1) Google Sandbox (1) Hari Jadi (1) Irshad Manji (1) Jamu Tradisional (1) Jelajah Sepeda-Kompas (1) Jimat Trenggalek (1) Judi/Togel (1) Kuliner (1) Malaysia (1) Maria Verchenova: Russian golferMaria Verchenova: Russian golfer (1) Moammar Khadafi (1) Parcel (1) Perempuan (1) Pers (1) Pramuka (1) Psikologi (1) Resensi Buku (1) Sepak Bola (1) Sumpah Pemuda (1) TNI (1) Tradisional (1)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes

Back To Top