Foto : Para Sobat-sobitku saat mencari-cari "adakah namaku di papan pengumuman BKD?" pada seleksi CPNS 2009. CahNdeso punya firasat, yang lulus melalui jalur tol khusus "pasti gak akan lihat pengumuman, sebab sudah tahu sebelumnya".
Kasus penggunaan joki dalam membuat karya ilmiah oleh 1.820 guru di Riau bakal berbuntut panjang. Sebab pihak kepolisian juga berniat menyelidiki kasus tersebut.
"Mereka (para guru) juga akan berurusan dengan pihak kepolisian," kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Irwan Effendi dalam perbincangan dengan detikcom, di Pekanbaru, Selasa (2/2/2010).
Menurut Irwan, kasus manipulasi karya ilmiah ini tidak hanya soal tindakan interen selaku PNS. Lebih dari itu, kasus ini dianggap telah merugikan keuangan negara. Karenanya kasus manipulasi ini juga ditangani pihak kepolisian karena dianggap bagian dari tindak pidana.
"Polisi juga akan mengusut kasus ini, karena dianggap merugikan keuangan negara. Tapi sampai mana penyelidikan pihak kepolisian, kita kurang tahu. Tapi kami pastikan kasus ini ditangani pihak kepolisian," ujar Irwan.
Irwan menambahkan, kasus ini dilaporkan ke pihak kepolisian langsung oleh Departemen Pendidikan Nasional. Pengusutan itu diminta masing-masing Polda. Karena hampir di seluruh Indonesia, terjadi hal yang sama.
(cha/djo/detikNews)
Catatan CahNdeso:
Menyedihkan, tapi itu suatu kenyataan akibat dari sebuah sistem birokrasi yang "diselewengkan" oleh oknum bikrokrat yang berkuasa. Cah Ndeso meyakini hal ini. Banyak oknum PNS tidak terkecuali oknum guru yang menjalani rekruitmen CPNS melalui jalur "kilat-khusus", dengan wewenang dari segelintir oknum birokrat.
Seandainya sejak awal seleksi CPNS berlangsung prosedural, transparans dan bebas dari KKN, niscaya para guru yang masuk daftar CPNS akan memenuhi standar kualitas SDM untuk memenuhi tuntutan dunia pendidikan!
Walaupun demikian, tidak semua guru melakukan hal keji semacam itu. Membeli atau pun meminta tolong pada pihak lain untuk membuatkan karya ilmiah, baik berupa PTK, EHAB sampai pada RPP dan lain-lainnya. Namun, akibat ulah segelintir oknum guru itu, maka rusaklah nama baik komunitas ini.
CahNdeso berangan, banyak sekali para sarjana pendidikan yang berkualitas namun tidak lulus tes CPNS hanya karena tidak mau atau tidak mampu melalui jalan tol khusus. Atau, bisa saja mereka sebenarnya ketika seleksi sesungguhnya berhasil lulus murni, tetapi kemudian digeser oleh nama lain yang mampu ber-KKN-ria dengan para oknum birokrat yang berwenang. Siapa tahu?! Iya, kan???
Wooooalaaaaah....mesakke (kasian) sobat-sobitku sarjana pendidikan yang memiliki SDM unggul yang tersisih oleh sistem rekruitmen! Mau dikemanakan negeri ini ???
"Mereka (para guru) juga akan berurusan dengan pihak kepolisian," kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Irwan Effendi dalam perbincangan dengan detikcom, di Pekanbaru, Selasa (2/2/2010).
Menurut Irwan, kasus manipulasi karya ilmiah ini tidak hanya soal tindakan interen selaku PNS. Lebih dari itu, kasus ini dianggap telah merugikan keuangan negara. Karenanya kasus manipulasi ini juga ditangani pihak kepolisian karena dianggap bagian dari tindak pidana.
"Polisi juga akan mengusut kasus ini, karena dianggap merugikan keuangan negara. Tapi sampai mana penyelidikan pihak kepolisian, kita kurang tahu. Tapi kami pastikan kasus ini ditangani pihak kepolisian," ujar Irwan.
Irwan menambahkan, kasus ini dilaporkan ke pihak kepolisian langsung oleh Departemen Pendidikan Nasional. Pengusutan itu diminta masing-masing Polda. Karena hampir di seluruh Indonesia, terjadi hal yang sama.
(cha/djo/detikNews)
Catatan CahNdeso:
Menyedihkan, tapi itu suatu kenyataan akibat dari sebuah sistem birokrasi yang "diselewengkan" oleh oknum bikrokrat yang berkuasa. Cah Ndeso meyakini hal ini. Banyak oknum PNS tidak terkecuali oknum guru yang menjalani rekruitmen CPNS melalui jalur "kilat-khusus", dengan wewenang dari segelintir oknum birokrat.
Seandainya sejak awal seleksi CPNS berlangsung prosedural, transparans dan bebas dari KKN, niscaya para guru yang masuk daftar CPNS akan memenuhi standar kualitas SDM untuk memenuhi tuntutan dunia pendidikan!
Walaupun demikian, tidak semua guru melakukan hal keji semacam itu. Membeli atau pun meminta tolong pada pihak lain untuk membuatkan karya ilmiah, baik berupa PTK, EHAB sampai pada RPP dan lain-lainnya. Namun, akibat ulah segelintir oknum guru itu, maka rusaklah nama baik komunitas ini.
CahNdeso berangan, banyak sekali para sarjana pendidikan yang berkualitas namun tidak lulus tes CPNS hanya karena tidak mau atau tidak mampu melalui jalan tol khusus. Atau, bisa saja mereka sebenarnya ketika seleksi sesungguhnya berhasil lulus murni, tetapi kemudian digeser oleh nama lain yang mampu ber-KKN-ria dengan para oknum birokrat yang berwenang. Siapa tahu?! Iya, kan???
Wooooalaaaaah....mesakke (kasian) sobat-sobitku sarjana pendidikan yang memiliki SDM unggul yang tersisih oleh sistem rekruitmen! Mau dikemanakan negeri ini ???
2 Komentar:
Firasat saya karya tulis "Aspal" tidak terjadi hanya di Riau tapi juga di trenggalek. tapi beberapa waktu yang lalu saya pernah membaca newsticker di sebuah stasiun tv swasta katanya ada software khusus untuk membedakan karya tulis asli atau palsu. tapi setelah dipikir-pikir softwarenya semacam apa ya?? aneh juga !!
Menurut Mendiknas, disinyalir praktek semacam ini terjadi di seluruh Indonesia.
Software "pengendus karya ilmiah aspal"?! Mungkin saja ada, tapi kalau karya dalam bentuk softcopy, baru bisa dideteksi. Bila printout nya, masih harus ditelaah dengan metode sidik dan lidik. Maybe?!
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".