Diera kapitalisme merajai dunia, ternyata masih banyak juga ilmuwan dan budayawan yang dengan ksatria menolak hadiah bernilai milyaran rupiah. Bila hanya ratusan juta rupiah, barangkali di Indonesia dicontohkan oleh Goenawan Muhammad, budayawan kita, yang telah mengembalikan Bakrie Award. Padahal, hadiah yang mereka terima itu bukan grativikasi atau semacamnya, melainkan penghargaan atas kerja keras mereka sebagai seorang pakar!
Andai yang menolak hadiah adalah seorang yang sudah hidup berkecukupan, mungkin tidak terlalu mengherankan. Tapi, bagaimana bila dia hanya seorang yang seperti Dr Grigory Perelman, ahli Matematika Rusia, berusia 44 tahun, yang miskin? Alangkah indahnya dunia (maksudku negeri kita) kalau para penguasa negeri ini bersikap sebijaksana, searif dia, se-ksatria dia...?! (Kalau aku, sih.... sudah tentu tidak masuk dalam kategori : penolak hadiah.... sebab, aku serakah lagi tamak-temahak!)
Dr Grigory Perelman, ahli Matematika Rusia, dengan tegas telah menolak pemberian hadiah senilai satu juta dollar AS (kira-kira Rp. 10 M); . Menurutnya dia bukanlah orang yang pantas untuk menerima penghargaan yang rencananya akan diberikan oleh Clay Mathematics Institute, sebuah lembaga asal Amerika Serikat.
Grigory, disebut-sebut sebagai matematika tercerdas sedunia ini, bukan orang kaya. Pria paruh baya ini hanya tinggal di flat sederhana di St Petersburg. Perelman dianuegerahi duwit sebanyak itu, karena kemampuannya memecahkan Konjektur Poincare, yang sudah satu abad memusingkan matematikawan. Solusi itu dia posting lewat internet.
Atas penghargaan dari lembaga yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, itu, Perelman menyatakan menolak hadiah. Alasannya, seperti dikutip oleh Interfax, ia menilai kontribusinya dalam membuktikan dugaan Poincare tidak lebih hebat daripada ahli Matematika Amerika Serikat, Richard Hamilton, yang pertama kali mengusulkan program untuk solusi tersebut. Konjektur Poincare adalah rumusan yang berkaitan dengan bentuk-bentuk yang ada di empat dimensi atau lebih.
"Aku sudah memiliki semua yang kuinginkan," kata Perelman tak lama setelah penghargaan itu diumumkan, Maret lalu.
Padahal, menurut tetangganya, Vera Petrovna, yang pernah berkunjung ke flatnya, Perelman hanya memiliki satu meja, bangku, dan tempat tidur dengan kasur kotor yang ditinggalkan oleh pemilik sebelumnya. "Kami berusaha untuk menyingkirkan kecoa di blok kami, tetapi serangga-serangga itu bersarang di apartemennya," kata Vera.
Sebelumnya -empat tahun lalu- jenius Matematika itu juga tak muncul untuk menerima penghargaan bergengsi Fields Medal dari Uni Matematika Internasional karena memecahkan Konjektur Poincare. Pada waktu itu ia mengatakan, "Aku tidak tertarik pada uang atau ketenaran. Aku tidak ingin dipamerkan seperti hewan di kebun binatang."
"Aku bukan pahlawan Matematika. Aku juga tidak terlalu berhasil. Itu sebabnya aku tidak ingin semua orang menatapku," katanya ketika itu.
Pada tahun 2002, Perelman, saat itu peneliti di Institut Matematika Steklov di St Petersburg, mulai mem-posting karya ilmiahnya untuk memecahkan konjektur Poincare, salah satu dari tujuh teka-teki Matematika yang masing-masing pemecahannya berhadiah 1 juta dollar AS dari Institut Clay. Berbagai tes yang ketat membuktikan bahwa dia benar.
Teka-teki topologi ini pada dasarnya menyatakan bahwa setiap ruang tiga dimensi tanpa lubang di dalamnya adalah setara dengan sebuah wilayah yang membentang. Teka-teki itu sudah lebih dari 100 tahun ketika Perelman memecahkannya, dan dapat membantu menentukan bentuk alam semesta.
Atas penghargaan dari lembaga yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, itu, Perelman menyatakan menolak hadiah. Alasannya, seperti dikutip oleh Interfax, ia menilai kontribusinya dalam membuktikan dugaan Poincare tidak lebih hebat daripada ahli Matematika Amerika Serikat, Richard Hamilton, yang pertama kali mengusulkan program untuk solusi tersebut. Konjektur Poincare adalah rumusan yang berkaitan dengan bentuk-bentuk yang ada di empat dimensi atau lebih.
"Aku sudah memiliki semua yang kuinginkan," kata Perelman tak lama setelah penghargaan itu diumumkan, Maret lalu.
Padahal, menurut tetangganya, Vera Petrovna, yang pernah berkunjung ke flatnya, Perelman hanya memiliki satu meja, bangku, dan tempat tidur dengan kasur kotor yang ditinggalkan oleh pemilik sebelumnya. "Kami berusaha untuk menyingkirkan kecoa di blok kami, tetapi serangga-serangga itu bersarang di apartemennya," kata Vera.
Sebelumnya -empat tahun lalu- jenius Matematika itu juga tak muncul untuk menerima penghargaan bergengsi Fields Medal dari Uni Matematika Internasional karena memecahkan Konjektur Poincare. Pada waktu itu ia mengatakan, "Aku tidak tertarik pada uang atau ketenaran. Aku tidak ingin dipamerkan seperti hewan di kebun binatang."
"Aku bukan pahlawan Matematika. Aku juga tidak terlalu berhasil. Itu sebabnya aku tidak ingin semua orang menatapku," katanya ketika itu.
Pada tahun 2002, Perelman, saat itu peneliti di Institut Matematika Steklov di St Petersburg, mulai mem-posting karya ilmiahnya untuk memecahkan konjektur Poincare, salah satu dari tujuh teka-teki Matematika yang masing-masing pemecahannya berhadiah 1 juta dollar AS dari Institut Clay. Berbagai tes yang ketat membuktikan bahwa dia benar.
Teka-teki topologi ini pada dasarnya menyatakan bahwa setiap ruang tiga dimensi tanpa lubang di dalamnya adalah setara dengan sebuah wilayah yang membentang. Teka-teki itu sudah lebih dari 100 tahun ketika Perelman memecahkannya, dan dapat membantu menentukan bentuk alam semesta.
Tahun 2003 Perelman berhenti dari Institut Steklov. Teman-temannya mengatakan bahwa dia sama sekali mengundurkan diri dari Matematika karena subyek itu terlalu menyakitkan untuk dibicarakan.
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".