Catatan : Besok, Selasa 31 Agustus 2010 adalah hari Jadi Kota Trenggalek, yang ke-816. Sebagai blogger asal Trenggalek, CahNdeso turut serta menyampaikan "Dirgahayu Trenggalek Tercinta, Semoga Tetap Jaya dan Rakyatmu Cepat Sejahtera" . Dalam momen yang berbahagia ini saya postingkan ringkasan Sejarah Trenggalek, yang saya terjemahkan dari bahasa Jawa, naskah yang dibuat oleh Panitia Hari Jadi Trenggalek Tahun 2006, yang lalu.
Ringkasan Sejarah Trenggalek ini diambil dari buku Induk “Sejarah Trenggalek” yang dihimpun dan diterbitkan oleh Panitia Sejarah Trenggalek bersama para sarjana sejarah Institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang. Dalam ringkasan ini hanya akan disebutkan bab-bab yang penting saja, yakni :
A. Zaman Pra Perdikan
B. Zaman Perdikan :
1. Perdikan Hindu.
2. Perdikan Islam.
C. Zaman Trenggalek Awal.
D. Zaman Trenggalek Gemilang.
E. Zaman Trenggalek Wibawa.
A. Zaman Pra Perdikan
Pada jaman Pra Perdikan atau jaman Pra Sejarah, di kawasan Trenggalek sudah ada manusia yang bertempat tinggal, kendati dengan kebudayaan yang masih sangat sederhana, sebagaimana biasa terjadi di kawasan lainnya.Banyak benda-benda peninggalan sejarah yang ditemukan di daerah ini yang menunjukkan hasil budayan zaman Nirleka, seperti : Watu Saji, Watu Dakon, Lumpang Watu, Watu Palinggih, dan sebagainya. Benda-benda ini ditemukan di tempat-tempat yang merupakan lokasi lalu-lintas dan tempat tinggal manusia kala itu, di antara Pacitan-Panggul-Wajak-Tulungagung. Ini adalah zaman Megalitikum atau zaman Neolitikum.
B. Jaman Perdikan
Zaman Pra-Sejarah diakhiri oleh zaman Sejarah atau zaman Perdikan, yakni masa di mana manusia sudah mengenal sastra-tulis kendati dengan wujud yang masih sangat sederhana. Pada zaman ini kawasan Trenggalek termasuk dalam kekuasaan mPu Sindhok. Ini dibuktikan banyaknya ditemukan prasasti buatan mPu Sindhok, yang menjadi bukti sejarah ialah Prasasti Kampak. Mpu Sindhok berkuasan di Jawa Timur antara tahun 851 Saka bertepatan dengan 929 Masehi.
Dari Prasasti Kampak bisa diketahui bahwa Trenggalek pernah menerima anugerah berupa kemerdekaan yang diberikan pada daerah Perdikan Kampak. Prasasti ini juga menunjukkan seberap luas kekuasaan Raja Mpu Sindhok, yakni ke selatan sampai ke Samudera Indonesia - termasuk daerah Panggul, Munjungan dan Prigi. Di bagian utara kekuasaan Mpu Sindhok mencapai daerah Dawuhan yang sekarang merupakan kawasan utara kota Trenggalek.
Dalam Prasasti Kampak menunjukkan bahwa bumi kawasan ini memang diistimewakan, karena kawasan ini merupakan hadiah dari Bathara I Sang Hyang Prasadha Kabhaktian I Pangurumbigyan I Kampak.
Kerajaan Kahuripan runtuh dan selanjutnya menjadi wilayah Kerajaan Kediri, yang dikuasai oleh Trah Airlangga. Dinasti kerajaan Kediri yang menjadi raja terakhir adalah Prabu Kertajaya dengan julukan Sri Sarweswara Triwikramamawatara Ninditya Srenggalancana Digwijayatunggadewa yang dikenal pula dengan Prabu Dhandhanggendhis.
Pada zaman Prabu Kertajaya, Trenggalek sudah muncul di panggung sejarah dan masuk dalam masa Perdikan. Sebagai bukti kesungguhan perhatian Prabu Kertajaya terhadap Trenggalek, bisa dilihat pada prasasti Kamulan yang dibuat pada Tahun 1116 Saka atau 1194 Masehi.
Prasasti Kamulan ditemukan di desa Kamulan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Bagian depan prasasti memuat 31 baris kalimat dan bagian belakang mencantumkan 33 baris. Sebagian dari prasasti menceritakan bahwa kala itu Prabu Kertajaya terpaksa harus hengkang dari Keraton Kediri sampai di Kamulan, akibat serbuan musuh kerajaan. Berkat bantuan dan perlindungan dari seluruh rakyat di Kamulan, Prabu Kertajaya berhasil memenangkan peperangan dan mengusir musuh, lalu kembali ke Keraton kediri. Selanjutnya atas jasa-jasanya ini, rakyat Kamulan dianugerahi Tanah Perdikan di Kamulan, Trenggalek. Berdasarkan Prasasti Kamulan tersebut menunjukkan bahwa sejak kala itu Trenggalek sudah menjadi daerah Swatantra.
Menurut para budayawan dan hasil penelitian para ahli sejarah, Prasasti Kamulan peninggalan Prabu Kertajaya inilah yang terkuat untuk dijadikan patokan untuk membedah Sejarah Trenggalek. Prasasti Kamulan ditulis pada bulan "Bhadrawaulan da perangan Suklapaksa, dinten Budha Kaliwuan tahun Saka 1116". Dengan demikian, berpedoman pada Prasasti Kamulan ini, lahir dan berdirinya Trenggalek bisa dipastikan jatuh pada hari Rabu Kliwon, tanggal 31 Agustus 1194 Masehi.
Zaman Perdikan terbagi dalam dua pase, yakni pase Perdikan Hindu dan pase Perdikan Islam. Di pasa Hindu banyak ditemukan bukti kebudayaan yang berwujud candi, patung, lingga, yoni dan sejenisnya. Peninggalan tersebut sampai kini masih dapat dilihat di desa Dombyong, Kecamatan Bendungan, Ngreco di Sukorame, Kecamatan Gandusari, juga di Watulimo dan lain-lain.
Sesudah pase Perdikan Hindu, disusul pase Perdikan Islam, yakni di mana Agama Islam berkembang sangat pesat di wilayah Trenggalek, sehingga perdikan-perdikan Hindu tersebut menyatakan diri sebagai bagian dari perdikan Islam. Kendati demikian, yang berhasil dicatat ahli sejarah hanya ada dua bukti, yakni:
1. Pondok Pesantren Sumbergayam yang terhitung paling tua.
2. Makam Menak Sopal, di batu nisan isterinya tertulis "Candra Sengkala Memet" yang berbunyi “Sirnaning Puspita Cinatur Wulan” yang berarti tahun 1490 Saka, atau tahun 1568 Masehi.
A. Zaman Pra Perdikan
B. Zaman Perdikan :
1. Perdikan Hindu.
2. Perdikan Islam.
C. Zaman Trenggalek Awal.
D. Zaman Trenggalek Gemilang.
E. Zaman Trenggalek Wibawa.
A. Zaman Pra Perdikan
Pada jaman Pra Perdikan atau jaman Pra Sejarah, di kawasan Trenggalek sudah ada manusia yang bertempat tinggal, kendati dengan kebudayaan yang masih sangat sederhana, sebagaimana biasa terjadi di kawasan lainnya.Banyak benda-benda peninggalan sejarah yang ditemukan di daerah ini yang menunjukkan hasil budayan zaman Nirleka, seperti : Watu Saji, Watu Dakon, Lumpang Watu, Watu Palinggih, dan sebagainya. Benda-benda ini ditemukan di tempat-tempat yang merupakan lokasi lalu-lintas dan tempat tinggal manusia kala itu, di antara Pacitan-Panggul-Wajak-Tulungagung. Ini adalah zaman Megalitikum atau zaman Neolitikum.
B. Jaman Perdikan
Zaman Pra-Sejarah diakhiri oleh zaman Sejarah atau zaman Perdikan, yakni masa di mana manusia sudah mengenal sastra-tulis kendati dengan wujud yang masih sangat sederhana. Pada zaman ini kawasan Trenggalek termasuk dalam kekuasaan mPu Sindhok. Ini dibuktikan banyaknya ditemukan prasasti buatan mPu Sindhok, yang menjadi bukti sejarah ialah Prasasti Kampak. Mpu Sindhok berkuasan di Jawa Timur antara tahun 851 Saka bertepatan dengan 929 Masehi.
Dari Prasasti Kampak bisa diketahui bahwa Trenggalek pernah menerima anugerah berupa kemerdekaan yang diberikan pada daerah Perdikan Kampak. Prasasti ini juga menunjukkan seberap luas kekuasaan Raja Mpu Sindhok, yakni ke selatan sampai ke Samudera Indonesia - termasuk daerah Panggul, Munjungan dan Prigi. Di bagian utara kekuasaan Mpu Sindhok mencapai daerah Dawuhan yang sekarang merupakan kawasan utara kota Trenggalek.
Dalam Prasasti Kampak menunjukkan bahwa bumi kawasan ini memang diistimewakan, karena kawasan ini merupakan hadiah dari Bathara I Sang Hyang Prasadha Kabhaktian I Pangurumbigyan I Kampak.
Kerajaan Kahuripan runtuh dan selanjutnya menjadi wilayah Kerajaan Kediri, yang dikuasai oleh Trah Airlangga. Dinasti kerajaan Kediri yang menjadi raja terakhir adalah Prabu Kertajaya dengan julukan Sri Sarweswara Triwikramamawatara Ninditya Srenggalancana Digwijayatunggadewa yang dikenal pula dengan Prabu Dhandhanggendhis.
Pada zaman Prabu Kertajaya, Trenggalek sudah muncul di panggung sejarah dan masuk dalam masa Perdikan. Sebagai bukti kesungguhan perhatian Prabu Kertajaya terhadap Trenggalek, bisa dilihat pada prasasti Kamulan yang dibuat pada Tahun 1116 Saka atau 1194 Masehi.
Prasasti Kamulan ditemukan di desa Kamulan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Bagian depan prasasti memuat 31 baris kalimat dan bagian belakang mencantumkan 33 baris. Sebagian dari prasasti menceritakan bahwa kala itu Prabu Kertajaya terpaksa harus hengkang dari Keraton Kediri sampai di Kamulan, akibat serbuan musuh kerajaan. Berkat bantuan dan perlindungan dari seluruh rakyat di Kamulan, Prabu Kertajaya berhasil memenangkan peperangan dan mengusir musuh, lalu kembali ke Keraton kediri. Selanjutnya atas jasa-jasanya ini, rakyat Kamulan dianugerahi Tanah Perdikan di Kamulan, Trenggalek. Berdasarkan Prasasti Kamulan tersebut menunjukkan bahwa sejak kala itu Trenggalek sudah menjadi daerah Swatantra.
Menurut para budayawan dan hasil penelitian para ahli sejarah, Prasasti Kamulan peninggalan Prabu Kertajaya inilah yang terkuat untuk dijadikan patokan untuk membedah Sejarah Trenggalek. Prasasti Kamulan ditulis pada bulan "Bhadrawaulan da perangan Suklapaksa, dinten Budha Kaliwuan tahun Saka 1116". Dengan demikian, berpedoman pada Prasasti Kamulan ini, lahir dan berdirinya Trenggalek bisa dipastikan jatuh pada hari Rabu Kliwon, tanggal 31 Agustus 1194 Masehi.
Zaman Perdikan terbagi dalam dua pase, yakni pase Perdikan Hindu dan pase Perdikan Islam. Di pasa Hindu banyak ditemukan bukti kebudayaan yang berwujud candi, patung, lingga, yoni dan sejenisnya. Peninggalan tersebut sampai kini masih dapat dilihat di desa Dombyong, Kecamatan Bendungan, Ngreco di Sukorame, Kecamatan Gandusari, juga di Watulimo dan lain-lain.
Sesudah pase Perdikan Hindu, disusul pase Perdikan Islam, yakni di mana Agama Islam berkembang sangat pesat di wilayah Trenggalek, sehingga perdikan-perdikan Hindu tersebut menyatakan diri sebagai bagian dari perdikan Islam. Kendati demikian, yang berhasil dicatat ahli sejarah hanya ada dua bukti, yakni:
1. Pondok Pesantren Sumbergayam yang terhitung paling tua.
2. Makam Menak Sopal, di batu nisan isterinya tertulis "Candra Sengkala Memet" yang berbunyi “Sirnaning Puspita Cinatur Wulan” yang berarti tahun 1490 Saka, atau tahun 1568 Masehi.
NB. Info Khusus : Bagi Sobat-sobat blogger pemula seperti saya, yang ingin ikutan kontes Menjadi Blogger Yang Bahagia, segera saja lihat persyaratan lengkapnya di Info Kontes: Menjadi Blogger Yang Bahagia. Daftarkan diri Anda, ikut serta jangan ragu-ragu lagi. Hadiah dan kejuaraan bukan tujuan, namun persahabatan dan nilai-nilai silaturrakhmi antar blogger merupakan kekayaan putera-puteri Ibu Pertiwi yang tiada ternilai mulianya.
5 Komentar:
salam sahabat
lhoh kok lebih tua dari indonesia jadi lebih dalam hal sejarah yo mas????nguantuk tempatku dah larut izin numpang zzzz..zzz...zzz *_"
@Rahasia Belajar SEO >>> Terimkasih Sobatku, salam kenal kupererat dengan salam bersahabatan. Sukses selalu menyertai Anda
@Dhana/戴安娜 >>> Benar sekali, sejarah Trenggalek lebih tua dari Kemerdekaan RI. Lebih "dalam"? Wuih... kalau ngantuk, tidur aja dulu, ya Jenk.... wis, gik ndang sare (bobok)....
ijin kopas gan....
@ paksawhisnu : Okay, Bro... maaf, jawabnya bila ijin copasnya terlambat terbit. Please... xaxaxaxa....
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".