04.01
Lina CahNdeso
SARIAN ISMAIL, Sastrawati penulis novel, roman, puisi, dan sajak yang produktif. Ia menulis di sela-sela kesibukannya sebagai guru dan kepala sekolah. Tulisan-tulisannya belum pernah ditolak majalah, koran ataupun penerbit. Sarian Ismail juga dikenal dengan nama Sariamin.
Sariamin Ismail , lahir di Talu, Pasaman, Sumatra Barat, 9 Juli 1909, anak kedua dari lima bersaudara. Dikenal sebagai Pengarang pertama Indonesia dari kaum perempuan. Dalam menulis novelnya ataupun menulis di surat kabar, ia lebih suka memakai nama samaran Selasih, ataupun Seleguri atau gabungan dari kedua nama samaran tersebut, Selasih Seleguri. Menulis untuk beberapa surat kabar termasuk Pujangga Baru, Panji Pustaka, Asyara, Sunting Melayu, dan Bintang Hindia. Pernah menjabat sebagai ketua dari Jong Islamieten Bond, Bukit Tinggi (1928-1930). Pada 1934, ia adalah editor dari Suara Kaum Ibu sebuah surat kabar dari Sumatera di Padang Panjang. Pada 1947, ia terpilih sebagai anggota parlemen daerah untuk provinsi Riau.
Ayahnya bekerja sebagai pemborong bangunan. Pada waktu memborong sebuah bangunan sekolah, Sariamin selalu mengikuti ayahnya mengawasi pekerjaan para tukang. Suatu ketika ayahnya mendapatkan pekerjaan borongan di sebuah sekolah, ia selalu mengintip murid-murid di kelas satu. Kepala sekolah paham atas keinginan Sariamin untuk ikut belajar, lantas ia menyuruh Sariamin masuk kelas satu. Sariamin mendapatkan sebuah batu tulis. Kendati pekerjaan ayahnya memborong bangunan telah selesai, Sariamin tetap datang untuk belajar di sekolah tersebut.
Pada tahun 1915 Sariamin naik ke kelas dua dan pada tahun 1920-1921 ia berhasil menamatkan sekolahnya. Pendidikan Sariamin berlanjut ke Meiyes Normaal School di Padang Panjang dan lulus tahun 1923. Pada tahun 1925 Sariamin bekerja sebagai guru di Kota Bengkuli. Selang dua bulan kemudian, diluar dugaannya, ia diangkat menjadi kepala sekolah Meisyes Vervolkschool Bengkulu. Sariamin menjadi figur kepala sekolah yang berprestasi dalam memajukan pendidikan. Karena itu agar sekolah-sekolah yang lain pun mengalami kemajuan, Sariamin diangkat menjadi kepala sekolah di banyak tempat.
Pada tahun 1926 ia dipindahkan ke Matur, tahun 1927 ke Lubuk Sikaping, tahun 1928 ke Bukittinggi Padang Panjang, dan pada tahun 1941 ia menjadi kepala sekolah di Teluk Kuatan. Pengalaman menjadi guru berpindah-pindah terus dijalankan Sariamin hingga memasuki masa pensiun pada tahun 1968.
Sementara itu Sariamin menekuni bidang tulis menulis sejak masih menempuh pendidikan di Normaal School Padang Panjang. Kala itu ia sudah menulis sajak, pantun, novel, puisi, maupun naskah sandiwara. Bakat menulis yang diyakini turunan dari neneknya itu mulai mekar ketika ia menjadi guru.
Pada tahun 1932 ia menulis sebuah roman, lantas ia kirimkan ke Balai Pustaka (BP), judulnya “Kalau Tak Untung” diterbitkan tahun 1933. Tahun 1937 menyusul bukunya yang kedua berjudul “Pengaruh Keadaan”. Hasil tulisannya yang ia kirimkan ke surat kabar, penerbit maupun majalah selalu lolos sensor. Dalam banyak karya sastranya Sariamin selalu mengangkat tema-tema kedudukan kaum wanita dalam hukum perkawinan (Islam), dan ia juga mengemukakan nasib kaum wanita Minangkabau akibat uang jemputan serta poligami. Bidang kesehatan juga mendapat perhatian Sariamin. Dalam tulisannya yang berjudul “Dukun Beranak yang Terpelajar”, Sariamin berkisah tentang pentingnya kaum ibu memperhatikan urusan kesehatan.
Beberapa karya Sariamin ialah :
1. Rangkaian Sastra (judul buku, diterbitkan Sri Dharma Padang, 1952). 2. Harapan Ibu (novel, diterbitkan BP, 1942). 3. Panca Juara (novel, diterbitkan BP, 1981).
Naskah sandiwara gubahan Sariamin antara lain: 1. Cermin Perbandingan (1929); 2. Dahulu dan Sekarang (1929); 3. Jalan Mana Yang Harus Diturut; 4. Adikku Misrani; 5. Nasehat Kaka; 6. Kasih Ibu; 7.. Darah Timur. 8. Semangat yang Membawa Bahagia; 9. Pemuda Revolusioner; 10. Malin Kundang; 11. Hang Tuah; 12. Fragmen Bundo Kandung.
Judul-judul puisi Sariamin antara lain: Orang Laut, Oh Melati, Cinta Yang Suci, Ratap Ibu, Lapar Rancak Dilabuah.
(Dari berbagai sumber. Foto : Repro in-docs.org)
NB. Info Khusus : Bagi Sobat-sobat blogger pemula seperti saya, yang ingin ikutan kontes Menjadi Blogger Yang Bahagia, segera saja lihat persyaratan lengkapnya di Info Kontes: Menjadi Blogger Yang Bahagia. Daftarkan diri Anda, ikut serta jangan ragu-ragu lagi. Hadiah dan kejuaraan bukan tujuan, namun persahabatan dan nilai-nilai silaturrakhmi antar blogger merupakan kekayaan putera-puteri Ibu Pertiwi yang tiada ternilai mulianya.
Jangan lupa, baca juga :
Sariamin Ismail , lahir di Talu, Pasaman, Sumatra Barat, 9 Juli 1909, anak kedua dari lima bersaudara. Dikenal sebagai Pengarang pertama Indonesia dari kaum perempuan. Dalam menulis novelnya ataupun menulis di surat kabar, ia lebih suka memakai nama samaran Selasih, ataupun Seleguri atau gabungan dari kedua nama samaran tersebut, Selasih Seleguri. Menulis untuk beberapa surat kabar termasuk Pujangga Baru, Panji Pustaka, Asyara, Sunting Melayu, dan Bintang Hindia. Pernah menjabat sebagai ketua dari Jong Islamieten Bond, Bukit Tinggi (1928-1930). Pada 1934, ia adalah editor dari Suara Kaum Ibu sebuah surat kabar dari Sumatera di Padang Panjang. Pada 1947, ia terpilih sebagai anggota parlemen daerah untuk provinsi Riau.
Ayahnya bekerja sebagai pemborong bangunan. Pada waktu memborong sebuah bangunan sekolah, Sariamin selalu mengikuti ayahnya mengawasi pekerjaan para tukang. Suatu ketika ayahnya mendapatkan pekerjaan borongan di sebuah sekolah, ia selalu mengintip murid-murid di kelas satu. Kepala sekolah paham atas keinginan Sariamin untuk ikut belajar, lantas ia menyuruh Sariamin masuk kelas satu. Sariamin mendapatkan sebuah batu tulis. Kendati pekerjaan ayahnya memborong bangunan telah selesai, Sariamin tetap datang untuk belajar di sekolah tersebut.
Pada tahun 1915 Sariamin naik ke kelas dua dan pada tahun 1920-1921 ia berhasil menamatkan sekolahnya. Pendidikan Sariamin berlanjut ke Meiyes Normaal School di Padang Panjang dan lulus tahun 1923. Pada tahun 1925 Sariamin bekerja sebagai guru di Kota Bengkuli. Selang dua bulan kemudian, diluar dugaannya, ia diangkat menjadi kepala sekolah Meisyes Vervolkschool Bengkulu. Sariamin menjadi figur kepala sekolah yang berprestasi dalam memajukan pendidikan. Karena itu agar sekolah-sekolah yang lain pun mengalami kemajuan, Sariamin diangkat menjadi kepala sekolah di banyak tempat.
Pada tahun 1926 ia dipindahkan ke Matur, tahun 1927 ke Lubuk Sikaping, tahun 1928 ke Bukittinggi Padang Panjang, dan pada tahun 1941 ia menjadi kepala sekolah di Teluk Kuatan. Pengalaman menjadi guru berpindah-pindah terus dijalankan Sariamin hingga memasuki masa pensiun pada tahun 1968.
Sementara itu Sariamin menekuni bidang tulis menulis sejak masih menempuh pendidikan di Normaal School Padang Panjang. Kala itu ia sudah menulis sajak, pantun, novel, puisi, maupun naskah sandiwara. Bakat menulis yang diyakini turunan dari neneknya itu mulai mekar ketika ia menjadi guru.
Pada tahun 1932 ia menulis sebuah roman, lantas ia kirimkan ke Balai Pustaka (BP), judulnya “Kalau Tak Untung” diterbitkan tahun 1933. Tahun 1937 menyusul bukunya yang kedua berjudul “Pengaruh Keadaan”. Hasil tulisannya yang ia kirimkan ke surat kabar, penerbit maupun majalah selalu lolos sensor. Dalam banyak karya sastranya Sariamin selalu mengangkat tema-tema kedudukan kaum wanita dalam hukum perkawinan (Islam), dan ia juga mengemukakan nasib kaum wanita Minangkabau akibat uang jemputan serta poligami. Bidang kesehatan juga mendapat perhatian Sariamin. Dalam tulisannya yang berjudul “Dukun Beranak yang Terpelajar”, Sariamin berkisah tentang pentingnya kaum ibu memperhatikan urusan kesehatan.
Beberapa karya Sariamin ialah :
1. Rangkaian Sastra (judul buku, diterbitkan Sri Dharma Padang, 1952). 2. Harapan Ibu (novel, diterbitkan BP, 1942). 3. Panca Juara (novel, diterbitkan BP, 1981).
Naskah sandiwara gubahan Sariamin antara lain: 1. Cermin Perbandingan (1929); 2. Dahulu dan Sekarang (1929); 3. Jalan Mana Yang Harus Diturut; 4. Adikku Misrani; 5. Nasehat Kaka; 6. Kasih Ibu; 7.. Darah Timur. 8. Semangat yang Membawa Bahagia; 9. Pemuda Revolusioner; 10. Malin Kundang; 11. Hang Tuah; 12. Fragmen Bundo Kandung.
Judul-judul puisi Sariamin antara lain: Orang Laut, Oh Melati, Cinta Yang Suci, Ratap Ibu, Lapar Rancak Dilabuah.
(Dari berbagai sumber. Foto : Repro in-docs.org)
NB. Info Khusus : Bagi Sobat-sobat blogger pemula seperti saya, yang ingin ikutan kontes Menjadi Blogger Yang Bahagia, segera saja lihat persyaratan lengkapnya di Info Kontes: Menjadi Blogger Yang Bahagia. Daftarkan diri Anda, ikut serta jangan ragu-ragu lagi. Hadiah dan kejuaraan bukan tujuan, namun persahabatan dan nilai-nilai silaturrakhmi antar blogger merupakan kekayaan putera-puteri Ibu Pertiwi yang tiada ternilai mulianya.
Jangan lupa, baca juga :
- SOEWANDI, Pencetus Ejaan Suwandi
- Taufik Ismail, Sastrawan Pendobrak
- Nugroho Notosusanto, Cerpenis YangJadi Menteri
- Willem Iskandar : Bangsawan Merakyat
- WS Rendra, Sang Burung Merak
- Romo Mangun, Pendekar Rakyat Jelata
Posted in: Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia
![[Valid RSS]](valid-rss-rogers.png "Validate my RSS feed")
2 Komentar:
salam sahabat
pertamaxxxx
wah baru tahu mas kalo yang ini,perlu ditekadani ya,..zaman saiki tapi angel hehehe met weekend
Dhana/戴安娜 : Thanx to be the first commentator. Beliau lebih dikenal sebagai Selasih, pengarang seangkatannya dulu memang sering pakai anonim (samaran).
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".