Senin, 15 Agustus 2011

Menjaga Kemerdekaan dan Keragaman


Oleh: Nurani Soyomukti*)

Usia 66 Tahun NKRI bukanlah waktu yang pendek bagi kematangan karakter bangsa. Nyatanya karakter kedewasaan yang harus ditandai dengan kemajuan  dalam memenuhi kebutuhan material dan mental rakyat serta kedewasaan dalam memaknai perbedaan hingga kini masih belum kita miliki. Lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya menegaskan, “..Bangunlah jiwanya, bangunlah badanya, untuk Indonesia Raya”. Pembangunan jiwa tak dapat dipisahkan dari pemenuhan kebutuhan badan secara mencukupi dan merata. Oleh Bung Karno, dan belakangan juga ditegaskan berkali-kali oleh almarhum sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer, konsepsi itu disimpulkan sebagai jalan melakukan character building.

Yang terjadi hingga saat ini, kemiskinan material dan eksploitasi badan terhadap mayoritas rakyat oleh segelintir pemodal mengakibatkan bangsa ini sama sekali tidak punya karakter. Proses kebudayaan pasti dihadapkan dengan suatu kontradiksi pokok yang sifatnya tidak lagi relatif, tetapi universal karena berkaitan dengan bagaimana globalisasi kapitalis (sebagai kontradiksi besar) telah membagi-bagi dan mendisintegrasi masyarakat dalam ketimpangan ekonomi.

Jumlah rakyat miskin terus bertambah. Krisis kesejahteraan rakyat  yang belum juga dapat diatasi  jelas merupakan sebab-sebab terjadinya kemunduran kualitas kehidupan masyarakat.  Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang mengikutinya juga sangat menyulitkan rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari. Kemunduran kesejahteraan ini juga dibarengi dengan sulitnya meraih pendidikan dan kesehatan. Dipastikan akan terjadi lost generation karena mutu pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak keluarga miskin akan menurun drastis. Kurangnya akses pendidikan akan mengakibatkan tuna-pengetahuan (knowledgeless); sedangkan kekurangan gizi dan sulitnya menjaga kesehatan akan menyebabkan keburukan kualitas fisik manusia dan juga kualitas mentalnya (mental illness). Kesehatan fisik dan mental adalah sumber tenaga produktif bangsa yang mendasar. Dengan menghilangkan sumber-sumber tersebut bisa diramalkan bahwa kualitas bangsa Indonesia untuk beberapa tahun ke depan akan ketinggalan jauh dengan negara-negara lain, akan tetap terbelakang dan tergantung pada negara-negara maju.

Banyak “cobaan” yang dialami bangsa ini mulai dari kontradiksi alam (Tsunami, banjir, tanah longsor, kecelakaan transportasi, dan lain-lain) hingga kontradiksi ekonomi, sosial, dan politik yang berupa kebijakan elit-elitnya yang jauh dari memberi kesejahteraan rakyat. Kondisi kemiskinan yang telah diwariskan sejak Orde Baru telah menimbulkan kebuntuan berpikir masyarakat yang manifes dalam bentuk apatisme dan dinamika emosi yang memuncak pada ketidaksehatan mental masyarakat.

Kita melihat bahwa bencana alam yang sering menimpa telah menimbulkan trauma mental. Hal yang sama juga terjadi pada rakyat sebagai korban bencana kebijakan yang menekan eksistensi dirinya. Setiap kondisi material-ekonomi yang dialami individu adalah ancaman yang membuat frustasi dan ketidaksehatan mental. Reaksi dari kondisi ini adalah terjadinya berbagai macam kekerasan, deviasi budaya, tindakan kriminal sebagai manifestasi dari penyimpangan yang didorong oleh kondisi mental yang ‘sakit’.

Pada tahun 2010, sebagaimana ditulis Strategic Plan for Health Development, rasio gangguan  kesehatan mental dalam jumlah penduduk nasional diperkirakan 140:1000 bagi orang yang berumur  lebih dari 15 tahun. Artinya, dalam setiap 1000 penduduk Indonesia, terdapat 140 orang yang mentalnya tidak sehat. Jumlah ini jauh lebih besar dari pada rasio  penyakit fisik, seperti diabetes (16:1000), penyakit kardiak pulmonaris (4,8:1000) atau stokes (5,2:1000). Bagaimanapun, menteri kesehatan memperkirakan bahwa pasien gangguan mental hanya berjumlah 1,5 persen yang saat ini dirawat di rumah-rumah sakit (Jakarta Post, Sabtu 22 Oktober 2005).

Jumlah masyarakat tidak sehat secara fisik seperti pertumbuhannya terganggu, cacat, menderita sakit, di Indonesia sangat besar. Setiap orang di Indonesia dihinggapi rasa takut kalau sewaktu-waktu  menderita sakit. Hal ini dihadapkan pada fakta bahwa biaya kesehatan sangat tinggi. Kesehatan fisik masih sangat sulit diakses ketika harga-harga mahal akan membuat  orangtua miskin mengurangi anggaran konsumsi nutrisi berkualitas (bergizi) bagi anak-anaknya. Sedangkan kesehatan mental juga jelas-jelas tergantung pada kesehatan fisik. Pertumbuhan tubuh yang jelek akan menghasilkan kualitas pemikiran dan kreatifitas yang jelek. Adagium mensana in korporesano (dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat) masih tidak dapat terbantahkan.

Pluralisme dan Kesejahteraan

Itulah tantangan kehidupan plural kita.  Yang kita hadapi adalah perbedaan ekonomi (ketimpangan kelas), dan ini menimbulkan kecemburuan sosial. Sumber konflik dalam masyarakat adalah kontradiksi material-ekonomis, dan kontradiksi ini mudah sekali dimutasikan menjadi kontradiksi ideologis pada saat masyarakat memang masih terbelakang dalam kesadaran (politik). Keterbelakangan ini juga diakibatkan  oleh para elit yang, pada saat mereka hanya menipu rakyat dan tidak memberi pendidikan (penderahan), justru menjauhkan pendidikan dari masyarakatnya.

Di tengah kebuntuan kehidupan keberagaman sekarang ini nampaknya perlu ditegaskan berkali-kali, dengan slogan yang mirip ungkapan Cak Nur (Nurcholis Madjid, alm.): perbedaan budaya (pluralisme) yes, perbedaan (ketimpangan) ekonomi no!

Berkaitan dengan itu, Diana L. Eck dalam bukunya A New Religious America (2001:  69-70) menyatakan bahwa, bahasa pluralisme adalah bukan hanya bahasa tentang perbedaan, tapi juga tentang keterikatan, keterlibatan, dan partisipasi. Ini juga bahasa untuk jalan, pertukaran, dialog, dan debat. Menurutnya, itu juga bahasa atas sebuah simfoni orkestra dan komposisi jazz. Banyaknya anggapan bahwa pluralisme adalah kebolehan melakukan apa saja, itu merupakan sebuah relativisme yang tidak berprinsip dan sebuah kebusukan moral. Hal itu sama negatifnya dengan klaim kebenaran dalam kebaikan yang tidak meyakinkan terhadap “kebenaran agama”. Pluralisme bukanlah sebuah ideologi, bukan rencana kelompok kiri, dan juga bukan bentuk bebas relativisme. Namun, pluralisme adalah sebuah proses dinamis yang kita lalui ketika terlibat dengan yang lainnya dan melalui perbedaan kita yang sangat dalam.

Kebutuhan akan kesejahteraan adalah muthlak, tidak relatif. Karenanya, masalah kesejahteraan adalah yang harus dijawab. Penghormatan akan keberagamaan tidak akan memiliki landasan sejarahnya jika tidak dibangun berdasarkan keadilan dalam memenuhi penghidupan yang layak, apalagi pendidikan sebagai aktivitas pencerahan akan memperluas wawasan manusia sehingga batas-batas semu kelompok  dapat dihilangkan.

*)Nurani Soyomukti adalah pekerja sosial-budaya, pendidik dan penulis; dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Sospol UIB (Universitas Islam Blitar); penulis 23 buku berbagai tema (sosial-politik, pendidikan, psikologi populer). Ketua Quantum Litera Centre (QLC). Asli Trenggalek, beralamat di Perum Asabri No.10, Desa Karangsoko, Trenggalek.



Niadesain.com

5 Komentar:

lina@women's perspectives mengatakan...

Kita harus tetap optimis dan yakin bahwa negara ini bisa maju dan sejahtera...

Lina CahNdeso mengatakan...

@ lina@women's perspectives : Keyakinan memang tidak boleh luntur, sekalipun banyak oknum pejabat dan politikus yang mengkhianati rakyat Indonesia.
Salam sahabat. Thanks sudah hadir di sini.

ismanpunggul mengatakan...

Kesejahteraan sudah lama dirasakan rakyat Indonesia, sayangnya hanya diwakili oleh beberapa orang yang duduk sebagai Dewan Terhormat. Dan keadaan yang sudah bagai sebuah budayapun telah diwariskan secara turun temurun, Apa itu? Kemiskinan. Di zaman yang sudah bebas dari belenggu penjajah 66 tahun yang lalu masih ada rakyat Indonesia yang makan nasi akin! Di Ultah RI mendatang nanti slogan apa gerangan yang bakal dikoar-koarkan?

Lina CahNdeso mengatakan...

@ smanpunggul : Memang sangat memprihatinkan, namun apalah daya kita, kita hanya blogger. Namun, bagaimana jika kita buat komunitas blogger yang peduli rakyat kecil?
Ah..itu hanya apologis, barangkali. Okay guys, salam sahabat, and thanks for coming.

ac-elektrik mengatakan...

Bhinneka Tunggal Ika

Posting Komentar

"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".

Please Read This For Peace
(Mohon Baca Ini, Demi Persahabatan)




Disclaimer

I don't and never claim ownership or rights over images published on my blog unless specified.
All images are copyright of their respected creators. If any images that appear on my blog are in violation of copyright law, please contact me on my Chat Box/Guest Book or via my e-mail (maksumhamid [at] trenggalekjelita [dot] web [dot] id) and I will remove the offending pics as soon as possible.

Thank You So Much All Guests and Blogger Friends

I greatly appreciate your kindness to visit my blog and,
in return, I promise I will pay my own visit to your blogs or your sites as soon as possible.; Insyaallah, through this sort of social amiability and solidarity, we could find out a great
deal of thing which will be useful for advancing our human values.
For the sake of friendship and togetherness, please leave a sign of your presence on myChat Box/Guest Book or on comment, so that I can know it precisely and instantly.


Yours sincerely and best regard.
[Lina CahNdeso]

Categories

Senandung Kawula Alit (280) PNS dan Birokrasi (255) Artikel (223) Info (212) Pendidikan (163) Lowongan Kerja (161) Sains-Teknologi Informasi (151) Sejarah Trenggalek (145) Pembangunan (90) Politik (86) Bagi Pahlawan Kemerdekaan (83) Islam (70) Pra-Anggapan (70) Agamaku (69) Kriminal (69) UU-Peraturan (63) Anti Korupsi (60) Catatan Budaya (58) Antik dan Klasik (57) Olahraga (56) Numpang Niwul (54) Cinta dan Kasih Sayang (42) BisnisOnline (37) Tanggung Jawab dan Profesionalisme (37) Software (36) Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia (35) Sains-Teknologi (32) Biografi Tokoh Peraih Nobel (31) PTC (31) Legeslatif (30) Mesum (27) Palestina (27) Kesehatan (25) Info Beasiswa (24) Thiwul-Manco-Rengginang (22) Zionist (22) Artikel-Copas (21) Flora/Fauna (21) Trik dan Tips Blogging (21) Bencana Alam (20) Langka (20) Selebritis/Tokoh (19) Pariwisata (18) Piala Dunia 2010 (18) Kasus Korupsi (16) Sejarah Dunia (16) English Version (13) Antik dan Klasik. Dongeng (11) Fakta Unik (11) Berita CPNS (9) Fauna (8) Idul Fitri (8) Bencana (6) Bonsai (6) Film (6) Office (6) Poetry (6) Eksekutif (5) My Award (5) Antivirus (4) Biografi Tokoh Lokal (4) Kabinet (4) Puisiku (4) Guest Book (3) Lomba (3) Musibah (3) Polisi (3) Affiliasi Bisnis (2) Bank (2) Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia (English) (2) Ekonomi/Keuangan (2) Iklan/Pariwara (2) KIB Jilid 2 (2) Mbah Surip (2) Merapi (2) Musik (2) Pelantikan Presiden (2) Taxi (2) lebaran (2) Adipura (1) Alexa (1) Banner Sahabat (1) Biografi Tokoh Seni/Sastra Lokal (1) Catur (1) Cerpen (1) Daftar Posts (1) Dewa Ruci (1) Forex-JSS-JBP (1) GTT (1) Game (1) Google Sandbox (1) Hari Jadi (1) Irshad Manji (1) Jamu Tradisional (1) Jelajah Sepeda-Kompas (1) Jimat Trenggalek (1) Judi/Togel (1) Kuliner (1) Malaysia (1) Maria Verchenova: Russian golferMaria Verchenova: Russian golfer (1) Moammar Khadafi (1) Parcel (1) Perempuan (1) Pers (1) Pramuka (1) Psikologi (1) Resensi Buku (1) Sepak Bola (1) Sumpah Pemuda (1) TNI (1) Tradisional (1)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes

Back To Top