Malang - Dihadapan ratusan wali santri dan para Kyai, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II mengatakan jika Ujian Nasional (Unas) diperlukan untuk memetakan kemampuan akademik siswa dalam sekolah. "Jangan takut pada unas. Seharusnya, umat islam dan warga negara Indonesia pada umumnya, menganggap unas adalah hal biasa. Karena itu, adalah bagian dari sistem pembelajaran yang normal," ungkap Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional saat berkunjung di Pondok Pesantren Al Munawwariyyah, Desa Sudimoro, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Minggu (10/01/10) siang Menurut Nuh, gonjang-ganjing isu adanya Ujian Nasional yang kurang kompeten, dirasanya sebagai tindakan yang berlebihan. Kenapa, karena Unas sendiri bukanlah momok yang menakutkan untuk dihadapi. Ia pun mengaku, jika apa yang sudah disediakan dalam materi Unas sendiri, adalah pelajaran yang sudah diberikan pada saat proses pembelajaran dalam sekolah. "Nggak mungkinlah materi pada Unas belum diajarkan. Itu namanya nggak bener. Masak siswa harus disuruh mengerjakan soal yang tidak mereka ketahui sebelumnya,"urai Nuh yang juga mantan Menkominfo pada tahun lalu itu. Masih menurut Nuh, patokan unas sendiri bukan pada kriteria meluluskan dan tidaknya seorang siswa. Tapi lebih pada bagaimana proses belajar mengajar pada sekolah itu berhasil memberikan materi saat unas digelar. Itu sebabnya, ia pun menghimbau agar adanya unas tidak dijadikan tolok ukur yang saklek dalam memahami karakter dan potensi akademi siswa. "Kenapa kita sebut unas untuk memetakan kemampuan akademik siswa, jika pada unas didaerah tertentu mata pelajaran matematika misalnya lemah, hal itu akan segera dapat evaluasi dan membantu siswa serta para guru untuk menambah jam pelajaran pada matematika. Begitu seterusnya," papar Nuh. Disisi lain, Nuh pun menjelaskan jika seharusnya unas yang bersifat nasional itu, tidak perlu ditakuti. Sebagai bangsa dan umat muslim terbesar di dunia, Nuh juga menyimpulkan kalau perlu tidak hanya ujian nasional. Tapi ujian internasional pun kita harus bisa menghadapinya. Karena bangsa ini adalah bangsa yang besar. Tak perlu takut pada ujian nasional ataupun ujian internasional sekalipun. Sementara itu, kedatangan Nuh yang juga mantan Rektor Perguruan Tinggi Negeri ITS 10 November Surabaya itu, untuk menyaksikan wisudawan dan wisudawati santri Pondok Pesantren Al Munawwariyyah, Sudimoro, Malang. Pada kesempatan itu, Nuh melepas sedikitnya 24 siswi Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang mempu menghapal Al Qur'An. "Ada 24 santri pondok yang sudah lulus sekolah dengan predikat Hafid dan Hafidoh. Mereka menghapal Al-Qur'an diluar kepala. Dari 24 itu, yang terkecil adalah masih duduk dibangku SMP," ungkap KH. Maftuh Said, Pengasuh Pondok Al Munawwariyyah, Sudimoro, Malang. Selain melepas 24 santri Hafid dan Hafidoh, pihak pesantren juga melepas 201 santri yang khatam Al-Qur'an dengan metode membaca cepat. Rencananya, para satri dan santriwati yang lulus tersebut akan ditampung pada Perguruan Tinggi Islam Negeri yang ada di Kota Malang.[yog/ted/brt] |
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".