Menlu Marty Natalegawa (kiri-kanan), Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu, dan Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arif Rachman.(ANTARA/Ujang Zaelani)
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyerahkan sertifikat pengakuan UNESCO tersebut kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dalam sebuah seremoni di kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Jakarta, Jumat. Usai menerima sertifikat itu, Agung menyerahkannya kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang selanjutnya akan memegang tanggung jawab pelestarian warisan-warisan budaya tersebut. "Selain sertifikat pengakuan terhadap tiga mata budaya takbenda, pemerintah juga menerima sertifikat `best practices` pelestarian batik," kata Agung. Ia mengatakan, sebagai negara yang mata budaya tak bendanya masuk ke dalam daftar warisan budaya tak benda dunia Indonesia terikat dengan kewajiban untuk melestarikan mata budaya tersebut. "Kita semua punya tanggung jawab untuk melestarikan warisan budaya ini, misalnya dengan sering memakai batik. Hanya untuk wayang dan keris yang agak berat," kata Jero. Ia mengajak seluruh komponen masyarakat berpartisipasi dalam upaya pelestarian warisan budaya tersebut dengan mempelajarinya. "Saya mengajak semua untuk sering menonton wayang, supaya mata budaya ini bisa terus ada," katanya. Jero mengatakan, pemerintah akan mengalokasikan anggaran khusus untuk mendukung upaya pelestarian warisan budaya. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menambahkan, pemerintah juga mendukung pengembangan produk budaya yang dikategorikan sebagai produk ekonomi kreatif tersebut. Selain itu, kata Agung, pemerintah akan mendapat bantuan teknis dan dana konservasi dari UNESCO untuk mendukung upaya pelestarian produk budaya nasional yang sudah masuk ke dalam daftar warisan budaya dunia. Terus Memasukkan Ketua Pelaksana Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Arief Rachman mengatakan tahun ini pemerintah menyusun proposal untuk memasukkan angklung dan tari saman ke dalam daftar representatif UNESCO. "Tahun depan kita akan berusaha menyusun proposal untuk memasukkan tenun ikat dan gamelan," katanya. Ia menjelaskan, selama ini upaya untuk menyiapkan proposal pemasukkan mata budaya ke dalam daftar representatif badan dunia itu sering terkendala minimnya akademisi yang memiliki pengetahuan mendalam tentang suatu mata budaya. "Seperti batik misalnya, praktisinya banyak. Tapi cari profesor yang ahli tentang batik susahnya setengah mati," demikian Arief Rachman.(M035/A038/ant) |
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".