J. GEORG BEDNORZ, Ahli fisika Jerman. Dikenal sebagai periset kelas dunia mengenai fenomena superkonduktivitas. Temuannya yang paling penting bertautan dengan fenomena superkonduktivitas dalam bahan keramik. Atas capaian ilmiah yang fenomenal ini ia berbagi Hadiah Nobel Fisika di tahun 1987 bersama fisikawan Swiss, Alex Muller, yang sukses mencapai terobosan ilmiah serupa.
J. Georg Bednorz lahir pada tahun 1950 di kota Neuenkirchen, Jerman. Ia anak keempat dari pasangan Anton dan Elisabeth Bednorz yang berasal dari wilayah Silesia. Saat ia bocah, ayahnya, seorang guru SD dan ibunya, seorang guru piano, berusaha mati-matian mengajarinya musik klasik dan menanamkan kecintaannya pada jalur musik itu. Tetapi bakat dan pikiran Georg jauh lebih praktis ketimbang dugaan kedua orang tuanya. Ia lebih senang membantu kakak-kakak lelakinya memperbaiki mobil atau motor daripada memainkan lagu-lagu klasik di atas tuts-tuts piano.
Di sekolah, guru seninya merupakan sumber pesona terbesar bagi Georg. Dari sosok ini, ia memperoleh kesempatan memupuk sikap praktisnya dan menyerap semangat tim bersama teman-teman kelasnya. Ia terlibat dalam pelatihan seni dan teater di luar jam-jam sekolah. Musik klasik baru mengetuk hatinya tatkala ia sudah berumur 13 dan dengan perkembangan ini ia pun mulai memainkan piano dan terompet di konser-konser tingkat sekolah.
Di bidang sains, ketertarikannya pada kimia jauh melebihi kelengketannya pada fisika. Permasalahannya sederhana: fisikanya di masa itu hanya menjejalinya dengan teori dan rumus sementara kimia mengijinkannya berkiprah dalam percobaan-percobaan di laboratorium. Hasil uji coba sering tidak diharapkan dan menimbulkan dampak samping yang bisa sangat mengejutkan tetapi justru lantaran itu ia menjadi ketagihan dengan suasana dalam lab.
Tahun 1968, ia memulai kuliahnya di Jurusan Kimia Universitas Munster tetapi segera saja ia merasa tidak nyaman dengan jumlah rekan mahasiswanya yang seabreg. Akhirnya ia memilih kristalografi, sebuah cabang mineralogi yang berada di antara fisika dan kimia. Pada tahun 1972, dua dosennya, Wolfgang Hoffmann dan Horst Bohm, memberi kesempatan pada Georg untuk bekerja di Laboratorium Penelitian IBM di Ruschlikon, Zurich, selama tiga bulan. Bagi dirinya ini kali pertama ia memperoleh peluang menerapkan pendidikan ilmiahnya ke dalam dunia nyata. Ia pun menjadi sangat tertantang.
Terbukti kemudian keputusannya berangkat ke Swiss menentukan karir masa depannya. Ia bekerja di bawah bimbingan Hans Jorg Scheel, mempelajari perbedaan metode penumbuhan kristal, karakteristik bahan-bahan serta sifat-sifat kimia zat padat. Ia terkesan dengan kebebasannya selama meneliti di lab tersebut. Keberaniannya untuk melakukan riset mandiri menjadi terpupuk, demikian pula kepekaannya mendeteksi berbagai bentuk kesalahan dan mencari pemecahannya melalui upaya dan caranya sendiri. Kunjungan keduanya ke laboratorium yang canggih itu berlangsung pada tahun 1973. Sekitar 10 bulan kemudian ia balik ke sana dan bekerja selama enam bulan dalam rangka menyelesaikan tugas sarjananya. Obyek eksperimennya adalah sifat pertumbuhan kristal serta karakteristik SrTiO3. Ia melakukan riset lagi-lagi di bawah bimbingan Scheel. Namun, tak lama kemudian, atas dorongan ketua Jurusan Fisikanya saat itu, Alex Muller, yang jago meriset bahan-bahan Perovskit, ia membelokkan penelitiannya ke jalur bahan-bahan itu. Di tahun 1977, Bednorz bergabung dengan Laboratorium Fisika Padat di Institut Teknologi Federasi Swiss (ETH) dan mulai mengerjakan disertasi doktoralnya di bawah arahan Prof. Heini Granicher dan K. Alex Muller. Ia mengingat masa-masa di ETH itu sebagai kurun yang penuh kerjasama dan penuh kreativitas.
J. Georg Bednorz pengagum berat sosok Hanns Arend yang tak pernah berhenti mencetuskan gagasan-gagasan baru. Hubungannya dengan Muller menjadi lebih rapat dan dari tokoh ini ia memperoleh pelajaran berharga mengenai cara berpikir intuitif dan sintetik untuk melahirkan konsep-konsep fisika yang baru. Bednorz kemudian berhasil meraih gelar Ph.D-nya dengan predikat summa cum laude. Setelah itu ia terus melanjutkan riset ilmiahnya mengenai pertumbuhan kristal cairan padat jenis Perovskit dan berusaha menyingkap proses ini dari sisi struktural, dialektrik dan feroelektriknya.
Ia bergabung dengan IBM pada tahun 1982. Kerjasamanya dengan Alex Muller di bawah bendera perusahaan ini bergulir mulai tahun 1983. Mereka berdua berusaha memahami superkonduksi oksida TC tinggi. Ikhtiar ini sangat pelik dan memakan waktu lama namun Bednorz dan Muller membuktikan diri sebagai ilmuwan-ilmuwan yang brilian dan tahan banting ketika tujuan mereka akhirnya tercapai juga di akhir 1985. Temuan mereka begitu pentingnya bagi kemajuan fisika teoritis maupun fisika terapan sehingga berbagai penghargaan bergengsi pun datang menghampiri mereka: Hadiah Fritz London ke-13, Hadiah Dannie Heineman, Hadiah Robert Wichard Pohl, Hadiah Eurofisika Hewlett-Packard, Hadiah Marcel Benoist, Hadiah Nobel Fisika, Hadiah Internasional APS, Hadian Minnie Rosen, Hadiah Viktor Mortiz Goldschmidt dan Hadiah Otto Klung. Bednorz menikah dengan Mechthild Wennemer pada tahun 1978. Keduanya sama-sama fisikawan kelas satu dan sebagai suami-istri mereka bisa saling mengisi dengan sangat baik. Bagi Bednorz, Mechthild merupakan penumbuh keseimbangan hidup yang layak disyukuri sekaligus penasehat terbaik dalam pengambilan keputusan penting dalam karir dan kehidupan akademisnya.
Dari berbagai sumber / ponijoputera. Foto : inventors
J. Georg Bednorz lahir pada tahun 1950 di kota Neuenkirchen, Jerman. Ia anak keempat dari pasangan Anton dan Elisabeth Bednorz yang berasal dari wilayah Silesia. Saat ia bocah, ayahnya, seorang guru SD dan ibunya, seorang guru piano, berusaha mati-matian mengajarinya musik klasik dan menanamkan kecintaannya pada jalur musik itu. Tetapi bakat dan pikiran Georg jauh lebih praktis ketimbang dugaan kedua orang tuanya. Ia lebih senang membantu kakak-kakak lelakinya memperbaiki mobil atau motor daripada memainkan lagu-lagu klasik di atas tuts-tuts piano.
Di sekolah, guru seninya merupakan sumber pesona terbesar bagi Georg. Dari sosok ini, ia memperoleh kesempatan memupuk sikap praktisnya dan menyerap semangat tim bersama teman-teman kelasnya. Ia terlibat dalam pelatihan seni dan teater di luar jam-jam sekolah. Musik klasik baru mengetuk hatinya tatkala ia sudah berumur 13 dan dengan perkembangan ini ia pun mulai memainkan piano dan terompet di konser-konser tingkat sekolah.
Di bidang sains, ketertarikannya pada kimia jauh melebihi kelengketannya pada fisika. Permasalahannya sederhana: fisikanya di masa itu hanya menjejalinya dengan teori dan rumus sementara kimia mengijinkannya berkiprah dalam percobaan-percobaan di laboratorium. Hasil uji coba sering tidak diharapkan dan menimbulkan dampak samping yang bisa sangat mengejutkan tetapi justru lantaran itu ia menjadi ketagihan dengan suasana dalam lab.
Tahun 1968, ia memulai kuliahnya di Jurusan Kimia Universitas Munster tetapi segera saja ia merasa tidak nyaman dengan jumlah rekan mahasiswanya yang seabreg. Akhirnya ia memilih kristalografi, sebuah cabang mineralogi yang berada di antara fisika dan kimia. Pada tahun 1972, dua dosennya, Wolfgang Hoffmann dan Horst Bohm, memberi kesempatan pada Georg untuk bekerja di Laboratorium Penelitian IBM di Ruschlikon, Zurich, selama tiga bulan. Bagi dirinya ini kali pertama ia memperoleh peluang menerapkan pendidikan ilmiahnya ke dalam dunia nyata. Ia pun menjadi sangat tertantang.
Terbukti kemudian keputusannya berangkat ke Swiss menentukan karir masa depannya. Ia bekerja di bawah bimbingan Hans Jorg Scheel, mempelajari perbedaan metode penumbuhan kristal, karakteristik bahan-bahan serta sifat-sifat kimia zat padat. Ia terkesan dengan kebebasannya selama meneliti di lab tersebut. Keberaniannya untuk melakukan riset mandiri menjadi terpupuk, demikian pula kepekaannya mendeteksi berbagai bentuk kesalahan dan mencari pemecahannya melalui upaya dan caranya sendiri. Kunjungan keduanya ke laboratorium yang canggih itu berlangsung pada tahun 1973. Sekitar 10 bulan kemudian ia balik ke sana dan bekerja selama enam bulan dalam rangka menyelesaikan tugas sarjananya. Obyek eksperimennya adalah sifat pertumbuhan kristal serta karakteristik SrTiO3. Ia melakukan riset lagi-lagi di bawah bimbingan Scheel. Namun, tak lama kemudian, atas dorongan ketua Jurusan Fisikanya saat itu, Alex Muller, yang jago meriset bahan-bahan Perovskit, ia membelokkan penelitiannya ke jalur bahan-bahan itu. Di tahun 1977, Bednorz bergabung dengan Laboratorium Fisika Padat di Institut Teknologi Federasi Swiss (ETH) dan mulai mengerjakan disertasi doktoralnya di bawah arahan Prof. Heini Granicher dan K. Alex Muller. Ia mengingat masa-masa di ETH itu sebagai kurun yang penuh kerjasama dan penuh kreativitas.
J. Georg Bednorz pengagum berat sosok Hanns Arend yang tak pernah berhenti mencetuskan gagasan-gagasan baru. Hubungannya dengan Muller menjadi lebih rapat dan dari tokoh ini ia memperoleh pelajaran berharga mengenai cara berpikir intuitif dan sintetik untuk melahirkan konsep-konsep fisika yang baru. Bednorz kemudian berhasil meraih gelar Ph.D-nya dengan predikat summa cum laude. Setelah itu ia terus melanjutkan riset ilmiahnya mengenai pertumbuhan kristal cairan padat jenis Perovskit dan berusaha menyingkap proses ini dari sisi struktural, dialektrik dan feroelektriknya.
Ia bergabung dengan IBM pada tahun 1982. Kerjasamanya dengan Alex Muller di bawah bendera perusahaan ini bergulir mulai tahun 1983. Mereka berdua berusaha memahami superkonduksi oksida TC tinggi. Ikhtiar ini sangat pelik dan memakan waktu lama namun Bednorz dan Muller membuktikan diri sebagai ilmuwan-ilmuwan yang brilian dan tahan banting ketika tujuan mereka akhirnya tercapai juga di akhir 1985. Temuan mereka begitu pentingnya bagi kemajuan fisika teoritis maupun fisika terapan sehingga berbagai penghargaan bergengsi pun datang menghampiri mereka: Hadiah Fritz London ke-13, Hadiah Dannie Heineman, Hadiah Robert Wichard Pohl, Hadiah Eurofisika Hewlett-Packard, Hadiah Marcel Benoist, Hadiah Nobel Fisika, Hadiah Internasional APS, Hadian Minnie Rosen, Hadiah Viktor Mortiz Goldschmidt dan Hadiah Otto Klung. Bednorz menikah dengan Mechthild Wennemer pada tahun 1978. Keduanya sama-sama fisikawan kelas satu dan sebagai suami-istri mereka bisa saling mengisi dengan sangat baik. Bagi Bednorz, Mechthild merupakan penumbuh keseimbangan hidup yang layak disyukuri sekaligus penasehat terbaik dalam pengambilan keputusan penting dalam karir dan kehidupan akademisnya.
Dari berbagai sumber / ponijoputera. Foto : inventors
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".