Foto : pondok (illustrasi)
Dewasa ini banyak sekali aliran kebathinan yang dianggap oleh ummat Islam sebagai anutan yang sesat. Pada tahun 2001 lalu, di Desa Jatiprahu, Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, juga pernah terjadi sebuah padepokan yang dipimpin oleh Kiyai Muyakin, pensiunan PNS Depag, diserbu warga bahkan dibakar.
Kecurigaan warga terhadap kesesatan ajaran yang disebarkan oleh Muyakin sudah lama dipendam. Dan puncak kemarahan masyarakat terjadi tatkala serombongan santri K. Muyakin melakukan gerak jalan di siang hari bolong dengan tanpa busana alias bugil. Akhirnya K. Muyakin harus berurusan dengan yangb berwajib, namun padepokannya sudah terlanjur dibakar massa.
Kemarin Rabu, 4 Agustus 2010, sebuah padepokan yang berlokasi di hutan Gunung Kemukus Desa Bendoroto, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Indonesia, telah diluluhlantakkan oleh masyarakat. Aksi tersebut dipicu lantaran ajaran padepokan mereka nilai menyimpang dari akidah agama.
Massa memulai aksinya sekitar pukul 08.00. Mengunakan alat seadaanya, hanya dalam waktu hanya kurang dari tiga jam padepokan yang atapnya dari ijuk dengan dinding dan lantai kayu tersebut luluh lantak rata dengan tanah. Beberapa pengikut padepokanpun tak bisa berbuat banyak ketika ratusan orang dari beberapa desa di Kecamatan Munjungan menghancurkan tempat mencari ilmu. Mereka hanya bisa termangu melihat padepokan yang baru sekitar enam bulan lalu mereka bangun itu luluh lantak.
Dalam aksi itu, seorang pengikut Thariqoh Fathoriyah nyaris tewas dihakimi massa. Pasalnya, pengikut bernama Sadjuri (34 tahun) ini nekat menghalang-halangi massa yang akan merobohkan padepokan. Karena mengalami luka cukup parah, Sadjuri harus mendapat perawatan medis di Puskesmas Munjungan. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, petugas akhirnya mengamankannya ke Polres Trenggalek.
Sarpin(56) warga Bangun, mengaku sebenarnya keberadaan padepokan Thariqoh Fathoriyah di Kecamatan Munjungan sudah lama ditentang masyarakat. Persisnya sejak padepokan tersebut didirikan. Alasannya, warga menilai ajaran thoriqoh yang dipimpin Gus Alif Fudin ini menyimpang. Bahkan, terkesan tertutup.
"Itu yang membuat kami tidak bisa menerima keberadaan mereka," ujarnya.
Tidak hanya itu, ada beberapa hal yang janggal. Diantaranya, pemimpin thoriqoh mengaku keluarga besar Ponpes Langitan Tuban. Namun, setelah dicek langsung, ternyata nama tersebut tidak masuk dalam keluarga besar Ponpes Langitan.
"Katanya sih begitu. Tapi, setelah kami tanyakan ternyata tidak ada," aku Sarpin.
Untung saat kejadian, sang pemimpin yang diketahui berasal dari Tulungagung tidak ada ditempat. Yang ada saat itu hanya sembilan muridnya saja. Beberapa saksi lain di lokasi kejadian mengaku, sebenarnya sebelumnya kejadian tersebut, pihak Muspika sudah memediasi untuk membahas masalah tersebut. Hasilnya, para pengikut padepokan bersedia untuk merobohkan sendiri. Namun, kesediaan tersebut tak kunjung dilaksanakan. Kesal dengan sikap tersebut masyarakat nekat mendatangi padepokan dan merobohkannya dengan paksa.
Kapolres Trenggalek AKBP Eddy Hermanto sempat mendatangi lokasi kejadiaan saat ratusan massa merobohkan paksa komplek padepokan Thariqoh Fathoriyah.
Dalam aksi itu, seorang pengikut Thariqoh Fathoriyah nyaris tewas dihakimi massa. Pasalnya, pengikut bernama Sadjuri (34 tahun) ini nekat menghalang-halangi massa yang akan merobohkan padepokan. Karena mengalami luka cukup parah, Sadjuri harus mendapat perawatan medis di Puskesmas Munjungan. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, petugas akhirnya mengamankannya ke Polres Trenggalek.
Sarpin(56) warga Bangun, mengaku sebenarnya keberadaan padepokan Thariqoh Fathoriyah di Kecamatan Munjungan sudah lama ditentang masyarakat. Persisnya sejak padepokan tersebut didirikan. Alasannya, warga menilai ajaran thoriqoh yang dipimpin Gus Alif Fudin ini menyimpang. Bahkan, terkesan tertutup.
"Itu yang membuat kami tidak bisa menerima keberadaan mereka," ujarnya.
Tidak hanya itu, ada beberapa hal yang janggal. Diantaranya, pemimpin thoriqoh mengaku keluarga besar Ponpes Langitan Tuban. Namun, setelah dicek langsung, ternyata nama tersebut tidak masuk dalam keluarga besar Ponpes Langitan.
"Katanya sih begitu. Tapi, setelah kami tanyakan ternyata tidak ada," aku Sarpin.
Untung saat kejadian, sang pemimpin yang diketahui berasal dari Tulungagung tidak ada ditempat. Yang ada saat itu hanya sembilan muridnya saja. Beberapa saksi lain di lokasi kejadian mengaku, sebenarnya sebelumnya kejadian tersebut, pihak Muspika sudah memediasi untuk membahas masalah tersebut. Hasilnya, para pengikut padepokan bersedia untuk merobohkan sendiri. Namun, kesediaan tersebut tak kunjung dilaksanakan. Kesal dengan sikap tersebut masyarakat nekat mendatangi padepokan dan merobohkannya dengan paksa.
Kapolres Trenggalek AKBP Eddy Hermanto sempat mendatangi lokasi kejadiaan saat ratusan massa merobohkan paksa komplek padepokan Thariqoh Fathoriyah.
Waladalah.... mbok ra sah macem-macem ta, Gus.... Yen rumangsa Islam, ya manut wae tuntunan sing wis eneng, ugemono al Qur'an lan al-Hadits. Aman ta?! (see original news)
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".