Bila padi berbuah tikus,
rusa beranak serigala,
Bukan misteri bagi para penyemai benih
atas ladang-ladang yang melacur pada kematian yang semanis arak dari bejana-bejana besi tua,
dan bagi pemburu-pemburu di padang-padang arena adu untung dan kekuasaan
Menjelang dan saat musim panen,
dengan kereta berkuda seribu,
mereka berlomba,
menuju sorga tanpa misteri,
dibalik gumpalan asap mesiu,
temahak melahap bahan-bahan ketawa,
diiringi musik kutukan darahbeku-darahbeku dan
ratap tangis dari perahu-perahu mainan samudera,
jauh dari bumi warisan yang kian memerah tua dan selalu basah dilanda embun kemarau cinta tak tentu batasnya
Tanpa Wajah Allah,
tanpa Ridlo Allah,
Hanya wajah-wajah manusia bermuka pangkat dua,
Yang ketawa bangga menjadi kakek sekaligus ayah dari bayi-bayi yang mencelat lewat rahim putri kandungnya
O, Malapetaka
Mungkinkah lembing-lembing batu pada zamannya
Telah turun menembus jantung mata kota-kota?!
(semoga Mentari belum bosan pada tugasnya)
Pentingnya Ilmu Farmasi dalam Kehidupan Manusia
3 bulan yang lalu
3 Komentar:
Wah ngeri sekali gambaran rasa kemanusian yang dibawa puisi ini. Tapi, mungkin bener juga... Alias bisa dibuktikan.
nice post....
@Syamsuddin: Thanks, this is my best poetry, and be my favorite.
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".