Sebuah kelalaian yang kelihatannya sepele ternyata dampaknya bisa luar biasa. Romulus Marjoko menyimpan mesin pembangkit listrik di gudang karena takut benda itu dicuri jika diletakkan di luar. Siapa nyana benda itu malah "mencabut" nyawa salah satu pembantu rumah tangga (PRT)-nya.
Jumat (9/4) pagi, keluarga Romulus heran karena ketiga PRT mereka belum ada yang bangun. Parsipah (18), Rita (17) dan Yana (18) masih meringkuk di kamar mereka, yang terletak di samping gudang belakang rumah yang terletak di Kampung Cilungkup 2 RT 02/02, Kelurahan Durensawit, Jakarta Timur.
Nyonya rumah pun bergegas ke belakang hendak membangunkan para asistennya. Namun yang ditemukannya bukan lah para asisten yang malas, melainkan ketiganya tak sadarkan diri nyaris tak bernapas. Keluarga Romulus panik. Mereka segera melarikan ketiganya ke Rumah Sakit (RS) St Carolus di Salemba, Jakarta Pusat.
Namun di sana nyawa Parsipah tak bisa diselamatkan. PRT asal Kudus, Jawa Tengah itu meninggal dunia karena keracunan asap karbon monoksida (CO). Untungnya Rita dan Yana masih tertolong. Romulus pun harus berurusan dengan polisi.
Dari mana CO yang "membunuh" Parsipah itu? Gas yang tak berbau, tak berwarna, serta tak memiliki rasa namun mematikan itu berasal dari alat pembangkit listrik, alias genset, yang berada di gudang. Pada Kamis (8/4) malam wilayah RT 02/02 Kampung Cilungkup itu mengalami pemadaman listrik dari PLN. Keluarga Romulus pun mengaktifkan gensetnya untuk menyuplai listrik bagi rumah mereka.
Pembunuh yang efektif
Sayangnya mereka lupa membuat saluran pembuangan gas CO yang dihasilkan alat pembangkit listrik itu. Gas buangan itu akhirnya liar merayap masuk ke kamar PRT yang ada di sebelahnya, dan menjadi "pembunuh" yang efektif tanpa disadari kehadirannya oleh para calon korbannya. Keefektifan ini yang membuat CO dipakai sebagai alat eksekusi di masa Yunani dan Romawi kuno. Bahkan beberapa kamp konsentrasi Nazi menggunakannya untuk menghabisi nyawa tahanan Yahudi.
Di dalam tubuh CO ini bertemu dengan hemoglobin dan mengubahnya menjadi carboxyhemoglobin, yang menghambat perjalanan oksigen ke jaringan tisyu tubuh. Kemasukan CO sebanyak 667 parts per million (ppm) saja sudah membuat 50 persen hemoglobin berubah menjadi carboxyhemoglobin.
Tanda-tanda seseorang keracunan CO sama dengan gejala kekurangan oksigen, yakni sakit kepala, mual, muntah-muntah, pusing, lelah, disorientasi, dan gangguan penglihatan. Gejala fisik yang tampak adalah pembuluh darah pada retina pecah dan muncul bercak-bercak merah di kulit.
Dalam kasus di Kampung Cilungkup, ketiga PRT itu sedang tidur saat menghirup CO sehingga mereka tidak merasakan gejala-gejala tersebut. Dalam waktu beberapa jam saja mereka sudah kekurangan oksigen karena konsentrasi CO pada gas buangan genset itu mencapai 7.000 ppm.
Dalam beraksi gas CO tak pilah-pilih korbannya. Jika di Durensawit korbannya PRT, maka dalam kasus keracunan gas CO di Pantai Karnaval, Ancol, Jakarta Utara, pada Februari 2008 korbannya adalah pejabat sebuah instansi. Mereka keracunan CO dari gas buang kendaraan, karena berada dalam kabin mobil yang sedang berhenti dengan AC terpasang, sehingga pintu dan jendela tertutup rapat. Gas buangan dari knalpot menyusup masuk ke kabin dan meracuni orang yang berada di dalamnya.
(Sumber : wartakota)
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".