NYI TJONDROLUKITO, pesinden atau waranggono ternama. Suaranya dikenal publik melalui radio maupun kaset rekaman. Berbagai penghargaan bergengsi di bidang seni banyak dia peroleh.
Nyi Tjondrolukito lahir hari Minggu, 25 April 1920 di desa Pogung, Sleman, Yogyakarta. Nama aslinya Turah, putri sulung dari tujuh bersaudara anak Prawirodimedjo.
Setamat Sekolah Rakyat pada tahun 1932, ia terpaksa harus putus sekolah lantaran orang tuanya tak lagi mampu membiayai pendidikan lanjutannya. Turah cemberut, ngambek, tak sudi sedikitpun melepas senyum. Sikap itu sebagai bentuk protes karena keinginannya melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi kandas.
Untuk mengembalikan senyum anaknya, Prawirodimedjo yang sehari-harinya bekerja sebagai petani mengajarinya melagukan tembang Jawa. Turah dibujuk dan dihibur dengan tembang-tembang Jawa antara lain mocopat. Senyum Turah kembali cerah. Ia girang bukan kepalang. Mocopat dan tembang-tembang lain ia lagukan tanpa iringan. Tugas pertama yang dibebankan sang ayah adalah agar Turah menghibur adik-adiknya yang sedang rewel dengan tembang-tembang Jawa.
Turah melagukan tembang Kinanti, Telulak, Dandanggula, Kidung dan lain-lainnya untuk menghibur adiknya yang rewel dan ternyata benar. Si adik langsung terdiam dan larut dalam kegembiraan bersamanya. Suatu hari lurah Laras Sembogo sedang berburu burung dan lewat di pelataran rumah Turah. Sayup-sayup ia mendengarkan Turah membawakan tembang Jawa. Sang lurah tertegun dan tertarik. Kepada orang tua Turah ia menyarankan agar bakat anaknya dikembangkan.
Sejak itu mulailah Turah berlatih di Joyodipuran. Hanya tiga hari berselang Turah diboyong ke Kepatihan oleh Kanjeng Pangeran Haryo Danurejo. Di tempat itu Turah diberi nama baru “Penilaras”. Peni berarti bagus dan laras artinya pas. Dari situ nama Penilaras mulai dikenal publik.
Selanjutnya berbagai perkumpulan dan kejuaraan ia ikuti dan hasilnya, Penilaras selalu tampil sebagai juara. Saat usianya menginjak 18 tahun Penilaras memulai hidup di lingkungan kraton Yogyakarta mengikuti Kanjeng Sultan Hamengkubuwono VIII. Di sini Penilaras kembali berganti nama menjadi “Pedasih”.
Di lingkungan kraton itu ia bertemu dengan Tjondrolukito yang kelak menjadi suaminya. Setelah perkawinannya, Pedasih lagi-lagi berganti nama menjadi Nyonya Tjondrolukito atau Nyi Tjondrolukito . Pasangan itu lantas hijrah ke Jakarta. Tjondrolukito mengajar di Pusat Gabungan Kebudayaan Jakarta, sedangkan Nyi Tjondrolukito , sejak kepindahannya tahun 1955, rutin mengisi acara kesenian Jawa di RRI Stasiun Pusat Jakarta.
Suara Nyi Tjondrolukito sebagai waranggono menjadi favorit dan dikagumi para pendengar radio. Ia juga melantunkan tembang-tembang Jawa mengiringi pagelaran wayang kulit. Alunan suaranya tidak saja digemari oleh mereka yang berasal dari Jawa. Para penikmatnya banyak yang berasal dari luar Jawa, salah satunya Mohammad Hatta, wakil presiden pertama RI. Saat menggelar perhelatan pernikahan anaknya, Hatta khusus mengundang Nyi Tjondrolukito agar melantunkan tembang Jawa dalam pagelaran wayang kulit. Hatta sangat menikmati alunan suara Nyi Codrolukito yang memiliki cengkok dan ledan yang khas.
Pascapensiun dari RRI Stasiun Pusat Jakarta tahun 1951 Nyi Tjondrolukito menyibukkan diri dengan membuka tempat latihan seni di rumahnya Jalan Setiabudi I nomor 14 Jakarta. Anak didiknya beragam mulai dari anak-anak sampai remaja, para tetangga, warga Jakarta maupun orang asing salah satunya Leslie asal Amerika Serikat (AS).
Selama berkarya Nyi Tjondrolukito telah menghasilkan 200 kaset rekaman, dua diantaranya piringan hitam. Berkat prestasi dan jasanya mengembangkan seni budaya, ia mendapatkan berbagai penghargaan, yakni: penghargaan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, anugerah Bintang Seni dari Presiden Soeharto pada tanggal 12 Maret 1987. Nyi Tjondrolukito bertemu mantan Presiden Soeharto bersama 40 seniwan seniwati dari seluruh Indonesia. Pada kesempatan itu ia melantunkan tembang Supersemar.
Dari berbagai sumber. Foto : langitperempuan

0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".