Gunung "Kambe" yang merupakan anak gunung "Sepikul" terletak di desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, Jawa Timur. Gunung ini sebenarnya hanyalah sebuah bukit yang memiliki ketinggian lebih kurang 370 meter dari permukaan laut. Dalam beberapa tahun ini, bukit "Sepikul" menjadi obyek yang cukup menantang dan bisa menjadi obat untuk memacu adrenalin bagi para penggemar olahraga panjat tebing, karena ketinggiannya yang menjulang hampir tegak lurus.
Bila Anda meliwati jalur arah Bandung, Tulungagung menuju ke pesisir Selatan - sebelum mencapai Pantai Prigi, bukit "Kambe" akan nampak gagah laksana tonggak yang memancang agar bumi di sekitarnya tidak goyang tatkala gempa menerjang. Nah, di sisi puncak tebing itu akan Anda lihat Sang Saka Dwi Warna menempel di sana. Itu adalah buah kreatif dari para penggemar olahraga panjat tebing.
Tradisi mengibarkan bendera di sana setahu saya sudah berlangsung sejak lama, barangkali sudah sejak lima tahunan yang lalu. Kali ini, kemarin pagi Selasa (17/08) sekira pukul 10.00 WIB saat seluruh masyarakat Indonesia melaksanakan upacara merayakan Hari Kemerdekaan RI yang ke-65, di puncak Gunung Kambe anak "Gunung Spikul" yang berjarak kurang lebih 15 Km dari pantai Prigi juga dijadikan ajang pengibaran Sang Saka Merah Putih oleh Pecinta Alam (PALA) Jawa Timur beserta beberapa personil Kostrad TNI AD sebagai pendamping sekaligus pembina.
Upacara berlangsung sebagaimana biasa, dengan susunan acara yang hampir sama dengan yang dilaksanakan di tempat-tempat upacara lain. Sementara para peserta upacara yang jumlahnya ratusan mengikuti setiap acara dengan khidmat, sejak prosesi awal yakni menjelajahi gunung sampai pada ketinggian puncak Gunung Kambe, dan satu lagi anak Gunung Sepikul yakni Gunung Siwur. Mereka mengibarkan dua bendera Merah Putih masing-masing berukuran 25X25 meter di bukit Kambe dan Bukit Siwur.
Menurut Dana (27) yang bertugas sebagai Irup upacara pagi itu, kegiatan pengibaran Bendera Merah Putih sudah dilakukan bertahun -tahun di tempat tersebut. Mereka berharap kegiatan ini mampu menumbuhkan dan memperkokoh jiwa patriotisme dan nasionalisme, sekaligus mempertebal rasa cinta terhadap Alam.
"Ada perasaan syukur yang mendalam ketika kami melakukan upacara peringatan kemerdekaan di ketinggian seperti ini, serta terasa sangat dekat dengan alam" ujar Dana.
Febriyani (16) salah satu peserta PALA yang berasal dari Kabupaten Ngawi membenarkan adanya sesuatu yang berbeda dengan Upacara di bukit ini dibanding dengan di lokasi-lokasi biasa yang penuh dengan formalitas. "Pokoknya ndak bisa diungkapkan dengan kata-kata, ini sejarah yang tak mungkin terlupakan selama hidup saya " ucap siswi SMU itu sambil mengusap sedikit linangan air mata haru dan bahagia yang terlihat mengembang di antara bola matanya yang jernih.
Sebuah kreativitas yang dinamis dan romantis untuk menikmati kilas balik perjuangan para Pahlawan tatkala mengusir penjajah. Merdeka, sekali Merdeka tetap Merdeka!
Baca juga :
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".