SAID EFFENDI, Dikenal sebagai penyanyi dan pencipta lagu. Pada dasawarsa 50-an suaranya berkumandang lewat radio, dan ia menjadi sosok penyanyi kondang yang amat dikagumi pendengarnya. Ia pernah dipercaya sutradara Asrul Sani menjadi pemeran utama sebuah film.
Said Effendi lahir tanggal 6 Agustus 1923 di Besuki, Jawa Timur, berdarah Madura. Masa kecilnya terbilang suram. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga miskin. Saat usianya meginjak tahun ke-enam, ibunya wafat. Ayahnya bekerja sebagai pedagang asongan keliling dari desa ke desa. Sang ayah terpaksa meninggalkan Said Effendi berhari-hari di rumah jika sedang berjualan.
Di tengah situasi serba kekurangan, Said Effendi masih mampu menamatkan pendidikan di sekolah dasar dan langsung masuk Sekolah Menengah (SM) hingga lulus. Setamat SM, Said Effendi tak lagi meneruskan sekolah melainkan mencari pekerjaan. Ia bekerja apa saja. Pada awalnya ia bekerja sebagai makelar yang menjadi perantara jual beli apa saja. Lantas ia mengikuti seorang nelayan yang memberinya modal dagangan untuk dijajakan keliling kampung. Saat berkeliling kampung itulah ia bertemu dengan orang yang kemudian mengajaknya untuk dididik menjadi penyanyi dan juga mencipta lagu.
Pada tahun 1936, pada usianya yang ke-13 ia menjadi penyanyi orkes keroncong. Penghasilannya waktu itu satu gulden per-malam atau setara dengan 25 liter beras. Satu tahun kemudian, pamannya membawa Said Effendi ke Bondowoso Jawa Timur. Di tempat itu ia masuk ke Madrasah Al-Irsyad. Bersama rekan-rekannya Said Effendi mendirikan klub musik stambul. Klub musik yang kemudian ditutup oleh pemerintah Jepang ini pernah memenangkan medali emas seberat 15 gram dalam sebuah kontes musik.
Said Effendi bergabung dengan kelompok sandiwara Dewi Mada pimpinan Said Kelana. Pada tahun 1947, grup sandiwara ini melawat ke Cirebon, mengemban tugas dari Kementrian Pertahanan. Di sini Said dan kawan-kawan ditangkap Belanda kemudian dibawa ke Batavia. Di Jakarta Said Effendi hidup tanpa pekerjaan.
Ia sempat memimpin sebuah grup musik melawat ke Kalimantan, namun kemudian kembali lagi ke Jakarta. Tak lama kemudian RRI Pusat Jakarta mencari penyanyi untuk Orkes Studio Jakarta. Bersama 36 kontestan, Said mengajukan lamaran. Hanya dua orang yang diterima, Said Effendi dan Sal Sarilius. Sal inilah yang kemudian membimbing Said Effendi untuk mengenal not, dan kemudian Said Effendi mulai belajar mencipta lagu.
Pada tahun 1948 Said menciptakan lagu pertamanya berjudul “Asmara Dewi”. Selama berkarir sejumlah 40 judul lagu berhasil diciptakannya. Ia merekam suaranya dengan iringan Orkes Melayu Irama Agung yang dipimpinnya. Tahun 1950-an namanya sebagai pencipta lagu dan penyanyi mulai terkenal. Suaranya mengudara di radio-radio dan juga direkam dalam bentuk piringan hitam.
Tiap hari ia menerima berkarung-karung surat dari penggemarnya. Para pendengarnya langsung tertegun mendengarkan suara Said Kelana yang tinggi melengking, padat, tetapi tak kehilangan kelenturannya. Saat membawakan lagu “Seroja” karya Husein Bawafie penghayatannya begitu sempurna. Para pendengar dibuatnya terkesima, tertegun dan manggut-manggut saat lagu “Seroja” mengudara lewat radio.
Nama Said Effendi kian melambung hingga ia dipercaya sutradara Asrul Sani menjadi pemeran utama dalam film “Titian Serambut Dibelah Tujuh”. Sampai dengan tahun 1979, suara Said Effendi masih terdengar berkumandang melalui siaran radio. Namun kemampuan nafasnya sedikit menurun. Menurut pengakuannya, itu terjadi lantaran dirinya kekurangan gizi. Pada tahun 1979 muncul kaset dengan label Flower Sound berisi 14 lagu gubahan Said Effendi, diantaranya Rindu dan Timan-timang.
Pada tahun 1980 ia bekerja di Kine Klub Taman Mini Indonesia Indah (TMII), disamping membuka usaha dagang. Said Effendi menikahi Zalecha mantan bintang kelompok Fifi Young Toneelkunst. Ia dikaruniai 9 putra-putri, tiga diantaranya meninggal dunia.
Karyanya antara lain :
Said Effendi lahir tanggal 6 Agustus 1923 di Besuki, Jawa Timur, berdarah Madura. Masa kecilnya terbilang suram. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga miskin. Saat usianya meginjak tahun ke-enam, ibunya wafat. Ayahnya bekerja sebagai pedagang asongan keliling dari desa ke desa. Sang ayah terpaksa meninggalkan Said Effendi berhari-hari di rumah jika sedang berjualan.
Di tengah situasi serba kekurangan, Said Effendi masih mampu menamatkan pendidikan di sekolah dasar dan langsung masuk Sekolah Menengah (SM) hingga lulus. Setamat SM, Said Effendi tak lagi meneruskan sekolah melainkan mencari pekerjaan. Ia bekerja apa saja. Pada awalnya ia bekerja sebagai makelar yang menjadi perantara jual beli apa saja. Lantas ia mengikuti seorang nelayan yang memberinya modal dagangan untuk dijajakan keliling kampung. Saat berkeliling kampung itulah ia bertemu dengan orang yang kemudian mengajaknya untuk dididik menjadi penyanyi dan juga mencipta lagu.
Pada tahun 1936, pada usianya yang ke-13 ia menjadi penyanyi orkes keroncong. Penghasilannya waktu itu satu gulden per-malam atau setara dengan 25 liter beras. Satu tahun kemudian, pamannya membawa Said Effendi ke Bondowoso Jawa Timur. Di tempat itu ia masuk ke Madrasah Al-Irsyad. Bersama rekan-rekannya Said Effendi mendirikan klub musik stambul. Klub musik yang kemudian ditutup oleh pemerintah Jepang ini pernah memenangkan medali emas seberat 15 gram dalam sebuah kontes musik.
Said Effendi bergabung dengan kelompok sandiwara Dewi Mada pimpinan Said Kelana. Pada tahun 1947, grup sandiwara ini melawat ke Cirebon, mengemban tugas dari Kementrian Pertahanan. Di sini Said dan kawan-kawan ditangkap Belanda kemudian dibawa ke Batavia. Di Jakarta Said Effendi hidup tanpa pekerjaan.
Ia sempat memimpin sebuah grup musik melawat ke Kalimantan, namun kemudian kembali lagi ke Jakarta. Tak lama kemudian RRI Pusat Jakarta mencari penyanyi untuk Orkes Studio Jakarta. Bersama 36 kontestan, Said mengajukan lamaran. Hanya dua orang yang diterima, Said Effendi dan Sal Sarilius. Sal inilah yang kemudian membimbing Said Effendi untuk mengenal not, dan kemudian Said Effendi mulai belajar mencipta lagu.
Pada tahun 1948 Said menciptakan lagu pertamanya berjudul “Asmara Dewi”. Selama berkarir sejumlah 40 judul lagu berhasil diciptakannya. Ia merekam suaranya dengan iringan Orkes Melayu Irama Agung yang dipimpinnya. Tahun 1950-an namanya sebagai pencipta lagu dan penyanyi mulai terkenal. Suaranya mengudara di radio-radio dan juga direkam dalam bentuk piringan hitam.
Tiap hari ia menerima berkarung-karung surat dari penggemarnya. Para pendengarnya langsung tertegun mendengarkan suara Said Kelana yang tinggi melengking, padat, tetapi tak kehilangan kelenturannya. Saat membawakan lagu “Seroja” karya Husein Bawafie penghayatannya begitu sempurna. Para pendengar dibuatnya terkesima, tertegun dan manggut-manggut saat lagu “Seroja” mengudara lewat radio.
Nama Said Effendi kian melambung hingga ia dipercaya sutradara Asrul Sani menjadi pemeran utama dalam film “Titian Serambut Dibelah Tujuh”. Sampai dengan tahun 1979, suara Said Effendi masih terdengar berkumandang melalui siaran radio. Namun kemampuan nafasnya sedikit menurun. Menurut pengakuannya, itu terjadi lantaran dirinya kekurangan gizi. Pada tahun 1979 muncul kaset dengan label Flower Sound berisi 14 lagu gubahan Said Effendi, diantaranya Rindu dan Timan-timang.
Pada tahun 1980 ia bekerja di Kine Klub Taman Mini Indonesia Indah (TMII), disamping membuka usaha dagang. Said Effendi menikahi Zalecha mantan bintang kelompok Fifi Young Toneelkunst. Ia dikaruniai 9 putra-putri, tiga diantaranya meninggal dunia.
Karyanya antara lain :
- Asmara Dewi (1948)
- Bahtera Laju
- Asmara Dewi.
- Potong Padi.
- Hanya Nyanyian.
- Lagu Rindu,
- Timang-timang,
(Dari berbagai sumber. Foto: tamanismailmarzuki)
Mungkin Anda tertarik, bacalah :
2 Komentar:
"Titian Rambut Dibelah Tujuh" seperti tertulis di atas penulis skenario adalah Asrul Sani dan Sutradaranya Chaerul Umam
@ Anonim : Anda benar. Terimakasih atas koreksinya. Salam hangat, penuh kasih...! God bless you, guys!
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".