Tekad pasangan Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek, Jawa Timur, Mulyadi WR dan Kholiq untuk mewujudkan visi misi mereka saat berkampanye dalam Pilkada, terlihat sangat serius. Pada hari pertama kerja, 5 Oktober 2010, Mulyadi WR langsung mengkoordinir jajaran pimpinan daerah, hingga para camat. Menginstruksikan kepada seluruh kepala SKPD untuk memberikan pelayanan publik yang maksimal dan murah, atau bila memungkinkan tanpa ada biaya "neko=neko", terutama yang menyangkut kepentingan rakyat bawah dan hajat seluruh warga Trenggalek,
Dalam rapat koordinasi tersebut ada beberapa poin penting yang sebaiknya diketahui oleh khalayak ramai, karena media massa cetak kurang mem-blowup strategi dan tujuan yang hendak dicapai oleh pasangan Mulyadi WR dan Kholiq.
1. Memberdayakan staf ahli Bupati antara lain dengan mengusahakan alokasi APBD untuk staf ahli yang nantinya diharapkan bisa dimanfaatkan untuk mengadakan penelitian. Selain itu, Bupati juga berjanji akan memperkuat fungsi Asisten untuk mengkoordinir semua SKPD sehingga sistemnya mampu dimaksimalkan dibawah komando Asisten.
Dalam hal staf ahli, selama periode pemerintahan H. Soeharto, jabatan ini mirip hukuman terhadap mantan pejabat. Bagi publik, seorang staf ahli tidak lebih dari staf Bupati yang harus selalu hadir di ruang kerjanya dan siap menerima panggilan bila Bupati memerlukan.
Demikian pula dengan para Asisten, posisinya hanyalah mewakili Bupati dalam berbagai acara seremonial, untuk memberikan ceramah birokrasi dan tata pemerintahan. Tanpa ada kewenangan apapun dalam pengendalian kebijakan.
2. Memaksimalkan pelayanan publik, antara lain Bupati menginstruksikan pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Akta kelahiran bisa dilakukan di Kecamatan masing-masing. Mengevaluasi proses perijinan oleh KPPM selanjutnya akan lebih disederhanakan birokrasinya dibawah pembinaan Asisten Ekonomi Pembangunan.
3. Membuka pintu seluas-luasnya kepada seluruh warga Trenggalek untuk memberikan masukan dan partisipasi aktif dalam rangka percepatan pembangunan fisik maupun moriil di daerah ini. Utamanya kepada para tokoh masyarakat yang berdomisili di daerah maupun yang ada di rantau orang seperti mereka yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Asal Trenggalek (IKAT), dll.
Kemarin, Rabu 13 Oktober 2010, prigibeach.com berhasil menemui Mulyadi WR di ruang kerja sementara. Mulyadi WR memaparkan sebagian kebijakan pemerintahannya yang harus segera digarap, sebagaimana copas-an berikut tanpa editing sama sekali.
Warga Trenggalek, merasa sangat antusias bahwa kebijakan pasangan Mulyadi-Kholiq dalam lima tahun ke depan bisa lebih memberi peluang bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun tanpa mengurangi apresiasi terhadap Mulyadi WR yang pernah juga menjabat Bupati dalam masa transisi reformasi dan otonomi daerah tersebut, sebaiknya peningkatan kesejahteraan ekonomi serta pembangunan fisik dan penyederhanaan birokrasi, diimbangi masalah kesehatan dan pendidikan utamanya untuk warga tak mampu, dengan memberikan perhatian lebih dari selama ini sudah diterapkan.
Masalahan kesehatan dan pendidikan sangatlah rentan terhadap eksistensi daerah ini di masa depan. Buruknya pelayanan dan salahnya penerapan kebijakan dalam dua sektor ini akan berdampak jangka panjang. Dua sektor ini bukan sumber pemasukan (income) daerah, namun menjadi luapan (grojogan) yang menelan anggaran. Sementara manipulasinya selalu terbuka dan rawan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Banyak sekali kasus Jamkesmas yang mengalir pada warga yang tidak layak terima, sebaliknya warga yang betul-betul pantas terima justru terlalaikan, bahkan hingga harus kehilangan nyawanya. Di samping masih terbatasnya pelayanan oleh instansi terkait hingga di pedesaan, juga terindikasi penyelewengan anggaran dan penggelapan obat-obatan.
Program-progam yang memicu pada pembangunan pendidikan, moriil dan religi sangat perlu dievaluasi dan lebih ditertibkan penanganannya. Penggelontoran bantuan langsung masyarakat ke rumah-rumah ibadah harus diimbangi dengan gerakan moral yang melibatkan berbagai lembaga pendidikan dan agama, swasta maupun pemerintah serta lembaga swadaya masyarakat yang potensial, produktif dan dinamis.
Penempatan tenaga pendidikan di sekolah-sekolah hendaknya sungguh-sungguh ditata sesuai dengan kebutuhan dan target akhir dalam setiap unit satuannya. Jangan biarkan arogansi mengalahkan efektivitas dan integritas kinerja, seperti selama ini terjadi; sehingga banyak tenaga guru yang menumpuk dengan keahlian yang sama, bahkan ada yang sudah tidak lagi dibutuhkan di sebuah sekolah. Rekomendasi dari SKPD seharusnya menjadi acuan penugasan seorang guru/kepala sekolah.
Last but not least, pembangunan fisik bukan sekedar adanya sebuah sarana dan prasarana publik sesuai dengan target kebutuhan dan nampak mentereng, namun ketahanan atau kualitas bangunan pun harus memenuhi standar. Misalnya jangan sampai terjadi kasus jembatan runtuh atau jalan raya yang kembali berlubang-lubang hanya dalam beberapa bulan usai masa pertanggungan rekanan habis. Padahal seharusnya menurut nilai annggaran dan spesifikasi bangunan bisa bertahan hingga 50 tahun!
Last but not least, pembangunan fisik bukan sekedar adanya sebuah sarana dan prasarana publik sesuai dengan target kebutuhan dan nampak mentereng, namun ketahanan atau kualitas bangunan pun harus memenuhi standar. Misalnya jangan sampai terjadi kasus jembatan runtuh atau jalan raya yang kembali berlubang-lubang hanya dalam beberapa bulan usai masa pertanggungan rekanan habis. Padahal seharusnya menurut nilai annggaran dan spesifikasi bangunan bisa bertahan hingga 50 tahun!
(Kupersembahkan bagi Karmiyati, isteriku tersayang, dengan ucapan: Kangmas pinter iya, bisa nulis ginian?! Makanya, jangan minta Kangmas masak nasi Geghok. Ora saguh, Sayaaa..ang!)
Postingan terkait :
2 Komentar:
apalah artinya pembangunan fisik, bila iman kosong? di jakarta banyak dibangun mall, apartemen, perkantoran, tapi pengembang "lupa" membangun masjid
bagaimana warga, pekerja, pengunjung dapat sholat kalau ga ada masjid? apalagi waktu sholat jumat
@ r10: Setuju sekali, Sahabatku. Kecerdasan Intelektual (IQ) sering tidak diimbangi dengan kecerdasan Spriritual (SQ) ataupun kecerdasan emosional (EQ). Sebenarnya di beberapa mall yang terbilang megah di Jakarta, ada yang menyediakan ruang ibadah, namun biasanya yang tahu hanya penghuni (pengontrak) Mall tersebut. Okay, salam sahabat..keep in touch by blog walking.
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".