Pulang skull, saya baca berita online satu-satunya situs berita lokal di kotaku -prigibeach.com- headline news-nya berjudul: Untuk Hidup Sehat Catur Wulandari, Menunggu Uluran Pemerintah Daerah; Saya baca sampai tuntas, dan (karena saya baca sambil makan)...selera makan saya tiba-tiba hilang. Ibuk tanya saya "Kenapa kok gak dihabiskan? Masakan Ibuk gak sedap, iya?" Aku menggeleng. Kasihan juga Ibuku ini, sebab beliau selalu sedih kalau makanku sedikit, barangkali "egois" nih Ibuk. Maunya dipuji aja, seperti Abahku sering ucapkan, "masakan Ibuk sedaaaap..lezaaat.." (tapi aku enggak berani nggrundel) dan tak pernah nggrundel, sebab masakan ibuku memang selalu layak kunikmati. Kubenahi, piring makanku, lalu kembali menghadap laptop.
Tidak semua keberuntungan berpihak pada orang yang berprestasi. Ini terbukti pada nasib yang dialami seorang mantan mahasiswi asal Trenggalek, Jawa Timur, yang telah 3 tiga tahun ini tidak dapat meninggalkan tempat tidurnya karena kelumpuhan menahun yand dideritanya.
Tak banyak orang yang tahu, kalau dirumah sederhana yang terletak di desa Sambirejo, Kecamatan Trenggalek ini , terdapat pemandangan yang membuat siapa saja miris melihatnya. Beginilah keadaan Catur Wulandari seorang mahasiswi pendidikan biologi Universitas Negeri Surabaya yang tergolek lemas karena sakit yang dideritannya. Keadaannya semakin memburuk sejak dua tahun , membuatnya tidak berdaya dan harus tetap terbaring di tempat tidur. Sesekali Catur meringgis menahan sakit dari sekujur tubuhnya, dan sudah dua tahun ini ia tidak makan nasi karena saat melakukan aktivitas makan dan minum ia sering mengeluh sakit dari sekitar mulut dan tenggorokannya. Saat rasa sakit itu muncul yang bisa ia lakukan hannya memegangi janggutnya karena terkendala pada biaya. Untari ibu kandung Catur hanya bisa memberi tahu mentah yang dihaluskan dan air putih saja. Akibatnya tubuh Catur kurus kering hanya tulang yang menempel di kulit
Kedua orang tua Catur mengaku tidak mengetahui tanda-tanda yang aneh dari buah hatinnya, namun sebelum Catur benar-benar jatuh sakit sering mengeluh pusing dan lemas disertai sesak nafas. Keluarga telah berusaha mengupayakan proses kesembuhan anak semata wayangnya keberbagai tempat mulai dari pengobatan alternatif hingga kedokter namun tetap tidak ada perubahan. Hingga sekitar dua tahun yang lalu keluarga sempat membawa Catur kerumah sakit umum dr.soedomo namun menurut Untari orang tua Catur, pihak rumah sakit tidak segera melakukan upaya medis.
Sebelum jatuh sakit Catur Wulandari memiliki banyak prestasi akademik maupun non akademik. Pada tahun 2002 saat Catur masih duduk dibangku sekolah menegah atas, Catur pernah menyandang gelar sebagai juara dua pertandingan pencak silat antar pelajar se-Jawa Bali, saat Catur masuk keperguruan tinggi Catur mendapatkan beberapa beasiswa prestasi dari Universitas Negeri Surabaya karena indek prestasi Catur tertinggi di fakultasnya.
Catur sempat menjalani perawatan di rumah sakit umum dr. Soetomo surabaya. Menurut Saijo, ayah Catur, dokter memfonis Catur mengidap penyakit lumpuh otot meskipun Catur dan keluargannya memegang kartu jaminan kesehatan masyarakat ayah Catur mengaku tetap merasa kesulitan mengupayakan kesembuhan anaknnya.
Menurut dokter spesialis saraf RSUD dr. Soedomo trenggalek, Catur mengidap penyakit "severe myasthenia gravis" atau kelumpuhan pada otot secara cepat. "Myasthenia gravis" adalah penyakit kronis dengan remisi dan relaps, yang ditandai oleh kelemahan dan cepatnya otot-otot utama.
Saat ini keluarga Catur menunggu uluran tangan dari siapa saja yang terketuk hatinya untuk membantu.
"Kami adalah pemegang Kartu Kuning (Kartu Jamkesmas/red), Mas, namun selama ini pelayanan pengobatan yang kami terima sangat minim dan tidak sesuai dengan kebutuhan penyakit anak kami, Catur," ujar Saijo dengan mata berkaca-kaca.
Selanjutnya, suami isteri yang hanya memiliki anak sematang wayang, yakni Catur Wulandari ini, menyatakan keluhannya panjang lebar. Keduan ya berusaha melanjutkan pendidikan anaknya hingga perguruan tinggi, karena mengingat prestasi Catur tatkala masih di sekolah menengah atas. Mereka lakukan semua itu, tanpa peduli kemampuan ekonomi yang sangat tidak mendukung.
"Kami berharap, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, dapat membantu kami menyembuhkan anak kami. Kami sungguh-sungguh tidak mampu, tidak memiliki kemampuan," ungkap Saijo, lelaki yang hanya berprofesi sebagai buruh serabutan dengan pendapatan rata-rata Rp. 15.000,- setiap harinnya.
Adakah rasa kepedulian dari pihak pemerintah daerah terhadap nasib warganya yang menderita sedemikian parah ini? (See original post : Suara Rakyat Jelata)
Artikel lain yang mungkin perlu Anda baca:
Tidak semua keberuntungan berpihak pada orang yang berprestasi. Ini terbukti pada nasib yang dialami seorang mantan mahasiswi asal Trenggalek, Jawa Timur, yang telah 3 tiga tahun ini tidak dapat meninggalkan tempat tidurnya karena kelumpuhan menahun yand dideritanya.
Tak banyak orang yang tahu, kalau dirumah sederhana yang terletak di desa Sambirejo, Kecamatan Trenggalek ini , terdapat pemandangan yang membuat siapa saja miris melihatnya. Beginilah keadaan Catur Wulandari seorang mahasiswi pendidikan biologi Universitas Negeri Surabaya yang tergolek lemas karena sakit yang dideritannya. Keadaannya semakin memburuk sejak dua tahun , membuatnya tidak berdaya dan harus tetap terbaring di tempat tidur. Sesekali Catur meringgis menahan sakit dari sekujur tubuhnya, dan sudah dua tahun ini ia tidak makan nasi karena saat melakukan aktivitas makan dan minum ia sering mengeluh sakit dari sekitar mulut dan tenggorokannya. Saat rasa sakit itu muncul yang bisa ia lakukan hannya memegangi janggutnya karena terkendala pada biaya. Untari ibu kandung Catur hanya bisa memberi tahu mentah yang dihaluskan dan air putih saja. Akibatnya tubuh Catur kurus kering hanya tulang yang menempel di kulit
Kedua orang tua Catur mengaku tidak mengetahui tanda-tanda yang aneh dari buah hatinnya, namun sebelum Catur benar-benar jatuh sakit sering mengeluh pusing dan lemas disertai sesak nafas. Keluarga telah berusaha mengupayakan proses kesembuhan anak semata wayangnya keberbagai tempat mulai dari pengobatan alternatif hingga kedokter namun tetap tidak ada perubahan. Hingga sekitar dua tahun yang lalu keluarga sempat membawa Catur kerumah sakit umum dr.soedomo namun menurut Untari orang tua Catur, pihak rumah sakit tidak segera melakukan upaya medis.
Sebelum jatuh sakit Catur Wulandari memiliki banyak prestasi akademik maupun non akademik. Pada tahun 2002 saat Catur masih duduk dibangku sekolah menegah atas, Catur pernah menyandang gelar sebagai juara dua pertandingan pencak silat antar pelajar se-Jawa Bali, saat Catur masuk keperguruan tinggi Catur mendapatkan beberapa beasiswa prestasi dari Universitas Negeri Surabaya karena indek prestasi Catur tertinggi di fakultasnya.
Catur sempat menjalani perawatan di rumah sakit umum dr. Soetomo surabaya. Menurut Saijo, ayah Catur, dokter memfonis Catur mengidap penyakit lumpuh otot meskipun Catur dan keluargannya memegang kartu jaminan kesehatan masyarakat ayah Catur mengaku tetap merasa kesulitan mengupayakan kesembuhan anaknnya.
Menurut dokter spesialis saraf RSUD dr. Soedomo trenggalek, Catur mengidap penyakit "severe myasthenia gravis" atau kelumpuhan pada otot secara cepat. "Myasthenia gravis" adalah penyakit kronis dengan remisi dan relaps, yang ditandai oleh kelemahan dan cepatnya otot-otot utama.
Saat ini keluarga Catur menunggu uluran tangan dari siapa saja yang terketuk hatinya untuk membantu.
"Kami adalah pemegang Kartu Kuning (Kartu Jamkesmas/red), Mas, namun selama ini pelayanan pengobatan yang kami terima sangat minim dan tidak sesuai dengan kebutuhan penyakit anak kami, Catur," ujar Saijo dengan mata berkaca-kaca.
Selanjutnya, suami isteri yang hanya memiliki anak sematang wayang, yakni Catur Wulandari ini, menyatakan keluhannya panjang lebar. Keduan ya berusaha melanjutkan pendidikan anaknya hingga perguruan tinggi, karena mengingat prestasi Catur tatkala masih di sekolah menengah atas. Mereka lakukan semua itu, tanpa peduli kemampuan ekonomi yang sangat tidak mendukung.
"Kami berharap, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, dapat membantu kami menyembuhkan anak kami. Kami sungguh-sungguh tidak mampu, tidak memiliki kemampuan," ungkap Saijo, lelaki yang hanya berprofesi sebagai buruh serabutan dengan pendapatan rata-rata Rp. 15.000,- setiap harinnya.
Adakah rasa kepedulian dari pihak pemerintah daerah terhadap nasib warganya yang menderita sedemikian parah ini? (See original post : Suara Rakyat Jelata)
Artikel lain yang mungkin perlu Anda baca:
- Pemilik Sepeda Motor dan HP Tidak Layak Dapat Jamkesmas
- Jamkesmas Belum Maksimal
- Masyarakat Sejahtera, Bukan Karena Pembangunan Fisik Saja!
- Ribuan Balita Trenggalek Menyandang Gizi Buruk!
- Pemerintah SBY: Prioritaskan Akselerasi Pengentasan Kemiskinan
- Masyaallah! Rekrutmen CPNS 2010 di Trenggalek Terancam Batal
- Keserakahan Membawa Banjir Bandang! (Trenggalek Bajir Lagi!)
- Anggota DPRD Trenggalek Study Banding Biaya KTP Ke Tenggarong?!
8 Komentar:
Bisa tau alamat lengkap/kontak Catur pak?
@Anonim : Anda bisa kirim e-mail pada format di bawah ini, entar saya kasih alamat lengkap saya. Kalau lewat PERCASI Trenggalek bisa-bisa di"band/blokir", sebab yang punya kantor (salah seorang Pengurus) tidak suka sama saya yang "ekstrim" dan "sok bersih"! Thanks....
Mudah2an ada yang bisa bantu...
Pernah coba lebih diekspos lewat facebook?
Alamatnya/kontaknya mbak Catur Wulandari bisa
kirim ke sini pak: daftrade[at]gmail.com
Makasi...
@lina@happy family : Trenggalek Jelita bisa diakses melalui akun FB saya. Insyaallah sudah ada. O, iya.. itu postingan (Suara Rakyat Jelata) blog anak lelaki saya yang duduk di kelas 2 SMA. Saya copas, sebab... hemmm biar lebih terekspos.
@Anonim: OOooohhh... saya pikir alamat saya, wkwkwkwk... Okay alamat mbak Catur Wulandari, Insyaallah secepatnya akan saya emailkan, setelah saya dapatkan; sebab itu postingan bersumber dari berita lokal online prigibeach, dan saya copas dari (Suara Rakyat Jelata). Thanks for your attention.
Baik, terimakasih pak, saya tunggu infonya.
@Anonim : Okay, saya baru saja hubungi redaksinya, dan akan segera diinformasikan, setelah ketemu wartawannya. Thanks.
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".