Senin, 14 Maret 2011

Kontroversi Supersemar:
Bagian Sejarah Indonesia Yang Masih Samar-samar (3)



CIA dan Djas Merah
Menyimak buku Tim Weiner yang bikin geger bangsa Indonesia, berjudul "Membongkar  Kegagalan CIA". Barangkali perlu pula dikilas balik untuk memperhatikan pidato Presiden Soekarno  dengan  tajuk  "Djangan Sekali-kali Tinggalkan Sedjarah" (Djas Merah). Mengapa? Sebab, Tim Weiner menyebut Adam Malik agen CIA. Sementara dalam Djas Merah Soekarno menyebut trio "Soeharto, Sultan HB IX dan Adam Malik".
“CIA berusaha mengkonsolidasi sebuah pemerintah bayangan, sebuah kelompok tiga serangkai yang terdiri atas Adam Malik, Sultan yang memerintah di Jawa Tengah, dan perwira tinggi  angkatan darat berpangkat mayor jenderal bernama Suharto,” tulis Tim Weiner.
Buku "Legacy Of Ashes The History Of CIA" merupakan buku ketiga yang ditulis seorang wartawan The New York Times, Tim Weiner. Dalam buku tersebut, Adam Malik disebut-sebut merupakan agen CIA, badan intelijen AS. Tim Weiner bukanlah penulis murahan. Pria  berusia 52 tahun, peraih penghargaan bergengsi Pulitzer Prize. "Legacy of Ashes: The History of the CIA" menjadi pemenang non-fiksi penghargaan National Book Award 2007, dan menjadi salah satu buku terlaris di AS dan Inggris.
Dalam pidato terakhir Soekarno sebagai presiden di acara HUT RI pada 17 Agustus 1966, Soekarno juga mengungkit-ungkit nama 3 orang dimaksud. Pidato itu sendiri untuk  menegaskan bahwa Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) bukanlah penyerahan kekuasaan.
“Dikiranja SP 11 Maret itu suatu ‘transfer of authority’, padahal SP 11 Maret adalah satu perintah pengamanan,” demikian teks pidato "Djas Merah".
Pernyataan Soekarno itu merupakan hasil evaluasi terhadap langkah-langkah yang dilakukan Soeharto usai menerima Supersemar. Bahkan Soekarno sempat melontarkan pernyataan adanya upaya ‘coup’ atau kudeta atas dirinya.
“Apalagi kataku tadi, dalam tahun 1966 ini! Tahun 1966 ini, kata mereka.., eindelijk  (lama-lama), at long last, Presiden Soekarno telah didjambret oleh rakjatnya sendiri;  Presiden Soekarno telah di-coup; Presiden Soekarno telah dipreteli segala kekuatannja;  Presiden Soekarno telah ditelikung oleh satu ‘triumvirat’ jang terdiri dari Djenderal Suharto, Sultan Hamengku Buwono dan Adam Malik,” kata Soekarno.
“Seorang pemimpin berkata, one cannot escape history. Saja pun berkata seperti itu, tapi  saja tambahkan. Never leave history, djangan sekali-kali meninggalkan sedjarah, djangan  sekali-kali meninggalkan sedjarah,” kata Soekarno.
Dari 800 lebih halaman di buku "Membongkar Kegagalan CIA" yang ditulis Tim Weiner,  wartawan The New York Times yang pernah meraih Pulitzer, cerita soal Indonesia hanya  makan 5 halaman saja, dimulai pada halaman 329. Meski sekelumit, namun pengakuan perwira  CIA bahwa Adam Malik adalah agen CIA menggegerkan Tanah Air.
“Saya merekrut dan mengontrol Adam Malik,” ujar Clyde McAvoy, perwira CIA itu, dalam  sebuah wawancara pada tahun 2005. McAvoy bertemu dengan Adam Malik di sebuah tempat  rahasia dan aman di Jakarta pada 1964.
“Dia adalah pejabat Indonesia tertinggi yang pernah kami rekrut,” tambah McAvoy. Adam Malik dirinci lebih dalam lagi setelah itu. Disebutkan, dalam beberapa minggu yang  menegangkan pada bulan Oktober 1965, Negara Indonesia terpecah dua.
Tim Weiner menulis, “CIA berusaha mengkonsolidasi sebuah pemerintah bayangan, sebuah  kelompok tiga serangkai yang terdiri atas Adam Malik, Sultan yang memerintah di Jawa Tengah, dan perwira tinggi angkatan darat berpangkat mayor jenderal bernama Suharto.
Adam Malik berkaca mata khas (tahun 1966)
“Malik memanfaatkan hubungan dengan CIA untuk mengadakan serangkaian pertemuan rahasia dengan Duta Besar Amerika yang baru di Indonesia, Marshall Green. Sang Duta Besar  mengatakan bahwa dia bertemu dengan Adam Malik “di sebuah lokasi rahasia” dan mendapatkan  “gambaran yang sangat jelas tentang apa yang dipikirkan Suharto dan apa yang dipikirkan Malik serta apa yang mereka usulkan untuk dilakukan” buat membebaskan Indonesia dari  komunisme melalui gerakan politik baru yang mereka pimpin, yang disebut Kap-Gestapu.
Tim Weiner juga menulis, “Pada pertengahan bulan Oktober 1965, Malik mengirimkan seorang pembantunya ke kediaman perwira politik senior kedutaan, Bob Martens, yang pernah bertugas di Moskow ketika Malik juga bertugas di sana sebagai diplomat Indonesia. Martens menyerahkan kepada utusan Malik itu sebuah daftar yang tidak bersifat rahasia, yang berisi nama 67 pemimpin PKI, sebuah daftar yang telah dia rangkum dari kliping-kliping surat kabar komunis.”
Pada bagian lain disebutkan juga bahwa Duta Besar Green, McGeorge Bundy (Penasihat Keamanan Nasional) dan Bill Bundy (Asisten Menlu untuk Timur Jauh), melihat Suharto dan Kap-Gestapu layak mendapat bantuan AS. Namun Duta Besar Green mengingatkan bahwa bantuan itu tidak boleh berasal dari Pentagon atau Deplu. Program bantuan itu tidak akan bisa dirahasiakan; risiko politisnya sangat besar. Akhirnya disepakati bahwa uang itu harus ditangani oleh CIA .
Adam Malik (Menlu Indonesia) akrab berjabat tangan dengan George Herbert Walker Bush (R), yang ditunjuk Presiden Richard Nixon sebagai Duta Besar Amerika di PBB,  (Adam Malik, as the Indonesian Foreign Affairs Minister and President of the 26th U.N. Assembly voting on China's admission).
(© JP Laffont/Sygma/Corbis, 21 September 1971)
Mereka sepakat untuk mendukung militer Indonesia dalam bentuk bantuan obat-obatan senilai US$ 500.000 yang akan dikirimkan melalui CIA dengan pengertian bahwa angkatan darat akan menjual obat-obatan tersebut untuk mendapatkan uang tunai. Dubes Green, setelah berunding dengan Hugh Tovar, mengirimkan pesan telegram kepada Bill Bundy, yang merekomendasikan pembayaran uang dalam jumlah yang cukup besar kepada Adam Malik:
“Ini untuk menegaskan persetujuan saya sebelumnya bahwa kita menyediakan uang tunai  sebesar Rp.50 juta (sekitar $ 10 ribu) buat Malik untuk membiayai semua kegiatan gerakan Kap-Gestapu. Kelompok aksi yang beranggotakan warga sipil tetapi dibentuk oleh militer masih memikul kesulitan yang diakibatkan oleh semua upaya represif yang sedang berlangsung.
Kesediaan kita untuk membantu dia dengan cara ini, menurut saya , akan membuat Malik berpikir bahwa kita setuju dengan peran yang dimainkannya dalam sebuah kegiatan anti-PKI,  dan akan memajukan hubungan kerja sama yang baik antara dia dan angkatan darat. Kemungkinan terdeteksinya atau terungkapnya dukungan kita dalam hal ini sangatlah kecil, sebagaimana setiap operasi “tas hitam” yang telah kita lakukan.”
Tim Weiner juga menulis, “Sebuah gelombang besar kerusuhan mulai meningkat di Indonesia.  Jenderal Suharto dan gerakan Kap-Gestapu telah membunuh begitu banyak orang. Dubes Green  kemudian memberi tahu Wapres Hubert H Humprey dalam sebuah pembicaraan di kantor wakil presiden di Gedung Capitol bahwa “300.000 sampai 400.000 orang telah dibantai” dalam “sebuah pertumpahan darah besar-besaran”.
Wakil Presiden menyebutkan bahwa dia telah mengenal Adam Malik selama bertahun-tahun, dan Dubes memujinya sebagai “salah satu orang terpintar yang pernah dia temui.” Malik dilantik sebagai menteri luar negeri, dan dia diundang untuk berbincang-bincang selama 20 menit dengan Presiden Amerika di Oval Office. Mereka menghabiskan waktu berbincang-bincang tentang Vietnam.
Pada akhir pembicaraan mereka, Lyndon Johnson mengatakan bahwa dia memiliki perhatian amat besar tentang perkembangan di Indonesia dan dia mengirimkan salam hangatnya untuk Malik dan Suharto. Dengan dukungan AS, Malik kemudian terpilih menjadi ketua Sidang Umum PBB.”.

Soekarno Kecewa Pada Soeharto
Peralihan kepemimpinan Soekarno ke Soeharto berawal dari adanya Surat Perintah 11 Maret  1966 (Supersemar).  Soekarno paham betul dia ‘ditelikung’ Soeharto gara-gara surat itu.  Maksud hati ingin memberi perintah pengamanan belaka, apa daya malah terjadi ‘pengalihan kekuasaan’. Dalam beberapa pidatonya pasca penyerahan Supersemar, Soekarno menegaskan bahwa surat perintah itu bukanlah penyerahan kekuasaan. Dia tetap Presiden RI yang sah.
Pada 1 April 1966, atau beberapa minggu setelah 11 Maret, Soekarno berpidato di Masjid  Istiqlal dalam peringatan Idul Adha.  “President Soekarno has not been toppled, Presiden  Soekarno tidak digulingkan. President Soekarno has not been ousted. Presiden Soekarno  tidak ditendang keluar. President Soekarno is still president.”
Anggota kabinet Indonesia yang baru, terbentuk 25 Juli, menunggu awal pertemuan pertama mereka di Istana Merdeka. Dari kiri : Ketua Presidium Jenderal Suharto, Presiden Soekarno, Menteri Senior Ekonomi dan Keuangan Sultan Hamengku Buwono IX, dan Menteri Luar Negeri A. Malik (© Bettmann/CORBIS/4 Agustus 1966)
Namun penegasannya yang terkenal ditulis dalam naskah pidato terakhir Soekarno sebagai  presiden pada tanggal 17 Agustus 1966, berjudul ‘Djangan Sekali-kali Meninggalkan  Sedjarah’ atau ‘Djas Merah’.
“Dikiranja SP 11 Maret itu suatu ‘transfer of authority’, padahal SP 11 Maret adalah satu  perintah pengamanan,” ujar Soekarno seperti tercantum dalam naskah.
 Soekarno dalam pidatonya merasa kecewa terhadap Soeharto yang salah mengartikan  Supersemar. Menurut Soekarno, Supersemar itu ditujukan untuk melakukan antisipasi  langkah-langkah pengamanan terhadap dirinya, pengamanan terhadap ajaran yang dipegangnya dan pengamanan terhadap pemerintahan yang berkuasa.
“Bukan penjerahan pemerintahan! Bukan Transfer of Authority!” ujar Soekarno.
 Jika seluruh isi teks dicermati, tampak kemarahan yang luar biasa ditunjukkan oleh  Soekarno. Sambil sesekali memekikkan semangat perjuangan, ia juga secara eksplisit  menuding Soeharto sebagai biang kehancuran tampuk pemerintahan yang dimpimpinnya.
“Mereka ketjele sama sekali! Dan sekarang pun, pada hari Proklamasi sekarang ini mereka  ketjele lagi! Lho, Soekarno masih Presiden! Soekarno pemimpin besar revolusi! Soekarno  masih mandataris MPRS! Soekarno masih Perdana Menteri! Soekarno masih berdiri lagi di mimbar ini!” pekiknya.
Dalam pidato 10 Desember 1966 di Istora Senayan, Soekarno kembali menegaskan pesan  serupa.  “It (Supersemar) is not a transfer of authority kepada General Soeharto.  Ini  sekadar perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk menjamin jalannya pemerintahan,  untuk ini, untuk itu, untuk itu.” (bersambung).

Bacalah artikel ini secara berurutan:
Niadesain.com

0 Komentar:

Posting Komentar

"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".

Please Read This For Peace
(Mohon Baca Ini, Demi Persahabatan)




Disclaimer

I don't and never claim ownership or rights over images published on my blog unless specified.
All images are copyright of their respected creators. If any images that appear on my blog are in violation of copyright law, please contact me on my Chat Box/Guest Book or via my e-mail (maksumhamid [at] trenggalekjelita [dot] web [dot] id) and I will remove the offending pics as soon as possible.

Thank You So Much All Guests and Blogger Friends

I greatly appreciate your kindness to visit my blog and,
in return, I promise I will pay my own visit to your blogs or your sites as soon as possible.; Insyaallah, through this sort of social amiability and solidarity, we could find out a great
deal of thing which will be useful for advancing our human values.
For the sake of friendship and togetherness, please leave a sign of your presence on myChat Box/Guest Book or on comment, so that I can know it precisely and instantly.


Yours sincerely and best regard.
[Lina CahNdeso]

Categories

Senandung Kawula Alit (280) PNS dan Birokrasi (255) Artikel (223) Info (212) Pendidikan (163) Lowongan Kerja (161) Sains-Teknologi Informasi (151) Sejarah Trenggalek (145) Pembangunan (90) Politik (86) Bagi Pahlawan Kemerdekaan (83) Islam (70) Pra-Anggapan (70) Agamaku (69) Kriminal (69) UU-Peraturan (63) Anti Korupsi (60) Catatan Budaya (58) Antik dan Klasik (57) Olahraga (56) Numpang Niwul (54) Cinta dan Kasih Sayang (42) BisnisOnline (37) Tanggung Jawab dan Profesionalisme (37) Software (36) Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia (35) Sains-Teknologi (32) Biografi Tokoh Peraih Nobel (31) PTC (31) Legeslatif (30) Mesum (27) Palestina (27) Kesehatan (25) Info Beasiswa (24) Thiwul-Manco-Rengginang (22) Zionist (22) Artikel-Copas (21) Flora/Fauna (21) Trik dan Tips Blogging (21) Bencana Alam (20) Langka (20) Selebritis/Tokoh (19) Pariwisata (18) Piala Dunia 2010 (18) Kasus Korupsi (16) Sejarah Dunia (16) English Version (13) Antik dan Klasik. Dongeng (11) Fakta Unik (11) Berita CPNS (9) Fauna (8) Idul Fitri (8) Bencana (6) Bonsai (6) Film (6) Office (6) Poetry (6) Eksekutif (5) My Award (5) Antivirus (4) Biografi Tokoh Lokal (4) Kabinet (4) Puisiku (4) Guest Book (3) Lomba (3) Musibah (3) Polisi (3) Affiliasi Bisnis (2) Bank (2) Biografi Tokoh Seni/Sastra Indonesia (English) (2) Ekonomi/Keuangan (2) Iklan/Pariwara (2) KIB Jilid 2 (2) Mbah Surip (2) Merapi (2) Musik (2) Pelantikan Presiden (2) Taxi (2) lebaran (2) Adipura (1) Alexa (1) Banner Sahabat (1) Biografi Tokoh Seni/Sastra Lokal (1) Catur (1) Cerpen (1) Daftar Posts (1) Dewa Ruci (1) Forex-JSS-JBP (1) GTT (1) Game (1) Google Sandbox (1) Hari Jadi (1) Irshad Manji (1) Jamu Tradisional (1) Jelajah Sepeda-Kompas (1) Jimat Trenggalek (1) Judi/Togel (1) Kuliner (1) Malaysia (1) Maria Verchenova: Russian golferMaria Verchenova: Russian golfer (1) Moammar Khadafi (1) Parcel (1) Perempuan (1) Pers (1) Pramuka (1) Psikologi (1) Resensi Buku (1) Sepak Bola (1) Sumpah Pemuda (1) TNI (1) Tradisional (1)
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes

Back To Top