Angkatan Udara Indonesia, yang dikenal sebagai TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara) atau sebelumnya dikenal sebagai AURI (Republik Indonesia Angkatan Udara) memiliki sejarah yang menarik dan perlu diapresiasi karena pesawat udara yang dioperasikan berasal dari negara yang berbeda, yang terdiri dari ex-Jepang, ex- Blok Timur dan pesawat dari negara Barat, sekaligus tidak sepadan bila harus menghadapi serangan udara Belanda.
Pada Hari Bhakti TNI AU tanggal 9 April 2011 yang lalu, TNI AU telah berhasil membuat seluruh Bangsa Indonesia sangat bangga. Tim Aerobatic mereka telah menampilkan formasi-formasi yang menegangkan dan memukau. Sungguh sangat menegangkan dan sangat patut diacungi jempol seluruh rakyat Indonesia, di mana dalam formasi tersebut sayap-sayap pesawat yang diterbangkan hampir bersentuhan, hanya berjarak beberapa meter!
Pesawat Sukhoi Su-30MK2 Flanker TNI-AU |
TNI AU Periode 1945 - 1950
Setelah Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia II, sesudah melalui berbagai intrik dan bentrokan bersenjata, Bangsa kita di bawah kepemimpinan Soekarno menyatakan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Beberapa hari kemudian, Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk untuk melakukan tugas keamanan. Pada awal berdiri, Indonesia sama sekali tidak mempunyai kesatuan tentara. Badan Keamanan Rakyat yang dibentuk dalam sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden pada tanggal 23 Agustus 1945 bukanlah tentara sebagai suatu organisasi kemiliteran yang resmi. BKR baik di pusat maupun di daerah berada di bawah wewenang KNIP dan KNI Daerah dan tidak berada di bawah perintah presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang. BKR juga tidak berada di bawah koordinasi Menteri Pertahanan. BKR hanya disiapkan untuk memelihara keamanan setempat agar tidak menimbulkan kesan bahwa Indonesia menyiapkan diri untuk memulai peperangan menghadapi Sekutu.
Setelah Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia II, sesudah melalui berbagai intrik dan bentrokan bersenjata, Bangsa kita di bawah kepemimpinan Soekarno menyatakan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Beberapa hari kemudian, Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk untuk melakukan tugas keamanan. Pada awal berdiri, Indonesia sama sekali tidak mempunyai kesatuan tentara. Badan Keamanan Rakyat yang dibentuk dalam sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 dan diumumkan oleh Presiden pada tanggal 23 Agustus 1945 bukanlah tentara sebagai suatu organisasi kemiliteran yang resmi. BKR baik di pusat maupun di daerah berada di bawah wewenang KNIP dan KNI Daerah dan tidak berada di bawah perintah presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang. BKR juga tidak berada di bawah koordinasi Menteri Pertahanan. BKR hanya disiapkan untuk memelihara keamanan setempat agar tidak menimbulkan kesan bahwa Indonesia menyiapkan diri untuk memulai peperangan menghadapi Sekutu.
Sebagian atraksi dari Tim Jupiter dan Tiga Sukhoi |
Akhirnya, melalui Dekrit Presiden tanggal 5 Oktober 1945 (hingga saat ini diperingati sebagai hari kelahiran TNI), BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada tanggal 7 Januari 1946, Tentara Keamanan Rakyat berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. Kemudian pada 24 Januari 1946, diubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia. Karena saat itu di Indonesia terdapat barisan-barisan bersenjata lainnya di samping Tentara Republik Indonesia, maka pada tanggal 5 Mei 1947, Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan bersenjata tersebut menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Penyatuan itu terjadi dan diresmikan pada tanggal 3 Juni 1947.
Sesudah Badan Keamanan Rakyat (BKR) re-organisasi untuk membentuk pasukan bersenjata formal dengan nama Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) dan selanjutnya menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Dalam kesatuan tentara tersebut Angkatan Udara Republik Indonesia juga dibentuk. Sementara itu, ketegangan memuncak antara Indonesia dengan Belanda yang mencoba mengklaim kembali bekas koloninya. Belanda melancarkan serangan udara besar-besaran pada 21 Juli 1947, dan menghancurkan sebagian besar pesawat yang parkir di hanggar. Beberapa pesawat berhasil diselamatkan meskipun dengan menyembunyikannya di daerah basis terpencil.
Terbentuknya TNI AU
TNI AU lahir dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada Tanggal 23 Agustus 1945, guna memperkuat Armada Udara yang saat itu berkekurangan pesawat terbang dan fasilitas-fasilitas lainnya. pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawah Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.
Pada 29 Juli 1947 tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Churen (2 K5Y1 Willows) dan satu Guntei (Ki-51 Sonia) berhasil melakukan pengeboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa. Sebenarnya ada satu pesawat lagi yang sedianya akan diikutkan dalam missi itu yakni pesawat keempat, Hayabusha / Ki-43 Oscar, juga harus terlibat dalam serangan itu, tapi hingga saat serangan itu diluncurkan, pesawat tidak pernah mencapai kondisi layak terbang. Aksi ini menandai operasi udara pertama oleh angkatan udara kita yang baru lahir, sebuah missi udara yang sukses! Kendati bom pembakar dan berbagai missile yang dijatuhkan hanya berhasil memporak-porandakan beberapa bagian kota. Secara taktis, serangan ini tidak memiliki efek pada posisi Belanda, tetapi secara psikologis itu adalah sukses besar karena terbukti bahwa Angkatan Udara Republik Indonesia masih ada.
Semangat patriotisme dan cinta Tanah Air telah menggelorakan para kadet TNI AU kala itu, kendati hanya bermodalkan pesawat ex-Jepang yang tersebar di mana-mana, terutama di Pulau Jawa.
Pesawat-pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis Churen, Nishikoren, serta Hayabusha. Pesawat-pesawat inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya TNI AU. Setelah keputusan Konferensi Meja Bundar tahun 1949,barulah TNI AU menerima beberapa aset Angkatan Udara Belanda meliputi pesawat terbang, hanggar, depo pemeliharaan, serta depo logistik lainnya. Beberapa jenis pesawat Belanda yang diambil alih antara lain C-47 Dakota,B-25 Mitchell,P-51 Mustang,AT-6 Harvard,PBY-5 Catalina, dan Lockheed L-12.
Yang paling banyak dari pesawat adalah Kawanishi K5Y1 Willow pelatih, yang buru-buru digunakan untuk melatih kadet yang baru direkrut. Pada saat itu, hanya ada 1 orang Indonesia yang memegang lisensi pilot multi-mesin dari Flying School Belanda sebelum perang (tapi tidak pernah punya kesempatan untuk terbang selama pendudukan Jepang 3,5 tahun). Ia dibantu oleh beberapa pilot Jepang yang memutuskan untuk tinggal di negara yang baru lahir ini, yakni Indonesia. Lambang baru diciptakan hanya dengan lukisan putih di bagian bawah Hinomaru Jepang, yang mencerminkan merah & putih bendera Indonesia. (bersambung).
(Dari berbagai sumber, data pesawat : wiki indonesia)
Sesudah Badan Keamanan Rakyat (BKR) re-organisasi untuk membentuk pasukan bersenjata formal dengan nama Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) dan selanjutnya menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Dalam kesatuan tentara tersebut Angkatan Udara Republik Indonesia juga dibentuk. Sementara itu, ketegangan memuncak antara Indonesia dengan Belanda yang mencoba mengklaim kembali bekas koloninya. Belanda melancarkan serangan udara besar-besaran pada 21 Juli 1947, dan menghancurkan sebagian besar pesawat yang parkir di hanggar. Beberapa pesawat berhasil diselamatkan meskipun dengan menyembunyikannya di daerah basis terpencil.
Terbentuknya TNI AU
TNI AU lahir dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada Tanggal 23 Agustus 1945, guna memperkuat Armada Udara yang saat itu berkekurangan pesawat terbang dan fasilitas-fasilitas lainnya. pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawah Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.
Pada 29 Juli 1947 tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Churen (2 K5Y1 Willows) dan satu Guntei (Ki-51 Sonia) berhasil melakukan pengeboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa. Sebenarnya ada satu pesawat lagi yang sedianya akan diikutkan dalam missi itu yakni pesawat keempat, Hayabusha / Ki-43 Oscar, juga harus terlibat dalam serangan itu, tapi hingga saat serangan itu diluncurkan, pesawat tidak pernah mencapai kondisi layak terbang. Aksi ini menandai operasi udara pertama oleh angkatan udara kita yang baru lahir, sebuah missi udara yang sukses! Kendati bom pembakar dan berbagai missile yang dijatuhkan hanya berhasil memporak-porandakan beberapa bagian kota. Secara taktis, serangan ini tidak memiliki efek pada posisi Belanda, tetapi secara psikologis itu adalah sukses besar karena terbukti bahwa Angkatan Udara Republik Indonesia masih ada.
Semangat patriotisme dan cinta Tanah Air telah menggelorakan para kadet TNI AU kala itu, kendati hanya bermodalkan pesawat ex-Jepang yang tersebar di mana-mana, terutama di Pulau Jawa.
Pesawat-pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis Churen, Nishikoren, serta Hayabusha. Pesawat-pesawat inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya TNI AU. Setelah keputusan Konferensi Meja Bundar tahun 1949,barulah TNI AU menerima beberapa aset Angkatan Udara Belanda meliputi pesawat terbang, hanggar, depo pemeliharaan, serta depo logistik lainnya. Beberapa jenis pesawat Belanda yang diambil alih antara lain C-47 Dakota,B-25 Mitchell,P-51 Mustang,AT-6 Harvard,PBY-5 Catalina, dan Lockheed L-12.
Yang paling banyak dari pesawat adalah Kawanishi K5Y1 Willow pelatih, yang buru-buru digunakan untuk melatih kadet yang baru direkrut. Pada saat itu, hanya ada 1 orang Indonesia yang memegang lisensi pilot multi-mesin dari Flying School Belanda sebelum perang (tapi tidak pernah punya kesempatan untuk terbang selama pendudukan Jepang 3,5 tahun). Ia dibantu oleh beberapa pilot Jepang yang memutuskan untuk tinggal di negara yang baru lahir ini, yakni Indonesia. Lambang baru diciptakan hanya dengan lukisan putih di bagian bawah Hinomaru Jepang, yang mencerminkan merah & putih bendera Indonesia. (bersambung).
(Dari berbagai sumber, data pesawat : wiki indonesia)
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".