Pengamanan di kawasan pinggiran laut, termasuk laut selatan,ternyata tidak hanya dilakukan oleh para aparat AIRUD yang tergabung dalam kepolisian saja, tetapi ada juga yang dilakukan oleh warga setempat. Dengan semangat untuk melestarikan ekosistem laut, kesadaran para warga muncul, merasa turut bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan laut sebagai lahan perburuan para nelayan, sumber kelestarian kehidupan habitat laut.
Kesadaran seperti itulah tampaknya yang diyakini dan dibelanya mati-matian,begitulah itulah yang dilakukan oleh Sulih Prasetyo, warga RT 01/RW 01 desa/kecamatan Munjungan, Trenggalek, anggota kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas), sebuah lembaga pengawasan pengairan yang sering dikenal sebagai “polisinya nelayan”.
“Kami harus menjaga dengan baik keamanan para nelayan dan juga semua kekayaan yang dimiliki oleh laut, khususnya di kawasan Munjungan”, ujar Sulih bersemangat. Dikatakan, selain laut, sungai-sungai juga termasuk dalam tanggung jawab yang diembannya. Baik di laut maupun di sungai, ujar Sulih, orang tidak dibenarkan mengggunakan strum atau pun putas, lantaran perilaku seperti itu membahayakan kelestarian habitat dan lingkungan laut serta sungai yang menjadi sasaran perburuan ikan.
Untuk Munjungan, lembaga ini sudah diresmikan sejak beberapa tahun lalu, ketika Megawati Soekarnoputri menjadi presiden. Peresmiannya dilakukan di Pantai Prigi Watulimo Trenggalek, berbarengan dengan peresmian pelabuhan. Sulih merasa bangga, meski secara resmi sampai kini pihaknya belum nenerima tunjangan atau gaji dalam bentuk apa pun. “Saya merasa bangga menunaikan tugas ini”, ujarnya ketika bertemu CahNdeso belum lama ini dengan semangat yang tulus.
Kesadaran seperti itulah tampaknya yang diyakini dan dibelanya mati-matian,begitulah itulah yang dilakukan oleh Sulih Prasetyo, warga RT 01/RW 01 desa/kecamatan Munjungan, Trenggalek, anggota kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas), sebuah lembaga pengawasan pengairan yang sering dikenal sebagai “polisinya nelayan”.
“Kami harus menjaga dengan baik keamanan para nelayan dan juga semua kekayaan yang dimiliki oleh laut, khususnya di kawasan Munjungan”, ujar Sulih bersemangat. Dikatakan, selain laut, sungai-sungai juga termasuk dalam tanggung jawab yang diembannya. Baik di laut maupun di sungai, ujar Sulih, orang tidak dibenarkan mengggunakan strum atau pun putas, lantaran perilaku seperti itu membahayakan kelestarian habitat dan lingkungan laut serta sungai yang menjadi sasaran perburuan ikan.
Untuk Munjungan, lembaga ini sudah diresmikan sejak beberapa tahun lalu, ketika Megawati Soekarnoputri menjadi presiden. Peresmiannya dilakukan di Pantai Prigi Watulimo Trenggalek, berbarengan dengan peresmian pelabuhan. Sulih merasa bangga, meski secara resmi sampai kini pihaknya belum nenerima tunjangan atau gaji dalam bentuk apa pun. “Saya merasa bangga menunaikan tugas ini”, ujarnya ketika bertemu CahNdeso belum lama ini dengan semangat yang tulus.
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".