Hampir sepekan, aku tidak menjenguk warnet, akibatnya, blog ini tidak update. Pasalnya, aku harus "tirakat" agar anakku bisa diterima di sekolah negeri. Unas yang lalu, anak laki-lakiku ikut, dia duduk di kelas IX SMPN 3 Karangan, yang terletak di desaku -Sukowetan. Waktu menunggu hasil Unas, aku dag-dig-dug, jangan-jangan anakku gak lulus. Sungguh, harap-harap cemas menggerogoti tidurku. Dan alhamdulillah, Sabtu 20 Juni 2009 pukul 09.00 seorang teman guru di sekolahan anakku nelpon, bahwa anakku lulus dengan NUN 30,75. Terima kasih ya Allah, aku langsung sujud syukur. Walau, menurutku nilainya hanya pas-pasan, dengan rata-rata 7,68, paling tidak, dia telah memelihara citraku - bapaknya...!
Anakku sangat ingin sekolah di SMKN 1 Pogalan, jurusan TKJ (Tehnik Komputer dan Jaringan), dan sebelumnya dia telah didaftarkan oleh Kepala Sekolahnya lewat jalur PMDK, namun gagal - tidak diterima. Isteriku menghiba padaku untuk berusaha melalui jalur "lain-lain" agar anak lelakiku itu diterima di sekolah tersebut. Aku menolak dengan halus, bukan saja karena aku memang "bukan apa-apa" atau bukan seorang pejabat dan termasuk golongan tidak berduwit, tetapi dengan kesungguhan aku jelaskan bahwa (intinya) ridlo Allah itu niscaya akan datang dan kita dapatkan apabila diawal langkah kita sudah bersih dan suci dari yang diharamkan.
Di tempat kerjaku, aku pernah mengeluhkan keresahanku pada teman-temanku. Lalu mereka menyarankan agar aku meminta tolong pada Bapak "A" atau "B" dan seterusnya. Bapak yang mereka sebutkan sangat aku kenal dan beliau-beliau juga mengenalku dengan baik. Lalu aku tergugah, dengan semangat aku jawab : "wah, terima kasih yaaa...kalau begitu saya akan sowan beliau".
Tiba di rumah. hatiku gundah. Jiwaku resah gelisah. Dan tiba-tiba saja, muncul rasa malas untuk "sowan" pada beliau-beliau. Bagiku, perasaan "malas" melakukan sesuatu yang datang bukan dari watak dan tekadku, adalah instink/firasat yang bisa jadi petunjuk. Hal ini seringkali aku rasakan dan ketika perasaan yang sama datang, Insyaallah, aku akan menurutinya. Walhasil, aku batalkan untuk sowan pada beliau-beliau yang berwenang. Dan pagi tadi, anakkku itu berangkat mendaftar ke SMAN 1 Karangan. Aku berharap, dengan bekal NUN yang pas-pasan, dia bisa diterima. Ya Allah, ya Robbana, hamba hanyalah makhluk-Mu yang hina dina, namun hamba berusaha dan mencoba untuk mengikuti petunjuk-Mu. Iya kana'budu wa iya kanasta'in.
Anakku sangat ingin sekolah di SMKN 1 Pogalan, jurusan TKJ (Tehnik Komputer dan Jaringan), dan sebelumnya dia telah didaftarkan oleh Kepala Sekolahnya lewat jalur PMDK, namun gagal - tidak diterima. Isteriku menghiba padaku untuk berusaha melalui jalur "lain-lain" agar anak lelakiku itu diterima di sekolah tersebut. Aku menolak dengan halus, bukan saja karena aku memang "bukan apa-apa" atau bukan seorang pejabat dan termasuk golongan tidak berduwit, tetapi dengan kesungguhan aku jelaskan bahwa (intinya) ridlo Allah itu niscaya akan datang dan kita dapatkan apabila diawal langkah kita sudah bersih dan suci dari yang diharamkan.
Di tempat kerjaku, aku pernah mengeluhkan keresahanku pada teman-temanku. Lalu mereka menyarankan agar aku meminta tolong pada Bapak "A" atau "B" dan seterusnya. Bapak yang mereka sebutkan sangat aku kenal dan beliau-beliau juga mengenalku dengan baik. Lalu aku tergugah, dengan semangat aku jawab : "wah, terima kasih yaaa...kalau begitu saya akan sowan beliau".
Tiba di rumah. hatiku gundah. Jiwaku resah gelisah. Dan tiba-tiba saja, muncul rasa malas untuk "sowan" pada beliau-beliau. Bagiku, perasaan "malas" melakukan sesuatu yang datang bukan dari watak dan tekadku, adalah instink/firasat yang bisa jadi petunjuk. Hal ini seringkali aku rasakan dan ketika perasaan yang sama datang, Insyaallah, aku akan menurutinya. Walhasil, aku batalkan untuk sowan pada beliau-beliau yang berwenang. Dan pagi tadi, anakkku itu berangkat mendaftar ke SMAN 1 Karangan. Aku berharap, dengan bekal NUN yang pas-pasan, dia bisa diterima. Ya Allah, ya Robbana, hamba hanyalah makhluk-Mu yang hina dina, namun hamba berusaha dan mencoba untuk mengikuti petunjuk-Mu. Iya kana'budu wa iya kanasta'in.
Beberapa hari sebelumnya, teman kerjaku bilang, bahwa keluhanku tempo hari sudah disampaikan pada Bapak "A" dan "B" (bukan inisial) "beliau bilang siap akan membantu panjenengan". Aku menyampaikan terima kasih pada temanku yang solider itu, tapi dengan sopan aku tegaskan bahwa anakku biar cari sekolah sendiri, aku tidak ingin membebani beliau-beliau. "Tugas beliau sudah cukup berat, saya merasa lebih bersalah lagi, jika harus meminta bantuan beliau untuk menentang aturan". Dan, beberapa kali aku ketemu dengan Bapak "A" atau "B", kutangkap sinar matanya penuh rasa "iba" padaku. Tapi, aku tidak mengerti maknanya. Apakah "iba" yang terpancar dari tatapan itu ditujukan untuk diriku, ataukah belia berharap agar aku tidak menyampaikan permintaan bantuan beliau. Sementara, aku sudah berbulat niat, untuk menjalani apa yang terbaik bagiku dan keluargaku. Yang terbaik bukan saja untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan yang panjang.
Sewaktu tamat Sekolah Dasar dulu, anakku juga minta sekolah di SMPN 1 Trenggalek, namun aku membujuknya agar mau sekolah di desanya yang baru saja diberi USB SMPN 3 Karangan. Aku beritahu, "bahwa menjadi kewajiban kita -selaku warga Sukowetan- untuk menikmati anugerah Illahi berupa USB SMPN 3 Karangan. Biarlah tetangga kita yang lain berlomba mencari sekolah favorit di luar Kecamatan Karangan, mari kita tetap tawaddu' dan teguh dalam niat dan tekad untuk berprestasi. Jika dikau belajar sungguh-sungguh, abah yakin niscaya dikau bisa meraih prestasi yang lebih dari mereka yang sekolah di luar sana" kataku.
Penerimaan siswa baru tahun ini, kulihat lebih ditertibkan. Siswa lulusan SMP diharuskan daftar di SMA Negeri yang ada di Rayon masing-masing. Kecuali bila mereka mau melanjutkan ke SMK, karena jumlah lembaga ini yang berstatus negeri masih sangat terbatas. Misalnya, lulusan SMP Karangan tidak boleh daftar di SMA Negeri yang ada di Kecamatan Kota walaupun NUN-nya tinggi. Selain itu, mereka yang diterima di SMA Negeri tidaklah terlalu bergantung pada NUN, karena penerimaan siswa baru jumlahnya disesuaikan dengan pagunya. Itu pun masih dikurangi oleh penerimaan lewat jalur PMDK.
SMA Negeri di Trenggalek ada di hampir seluruh Kecamatan. Hanya di Kecamatan Pogalan, Gandusari dan Watulimo yang belum ada. Untuk siswa lulusan SMP di Kecamatan Pogalan bisa daftar di SMAN 1 Durenan, Gandusari dan Watulimo di SMAN 1 Kampak. Bila kemudian hari terdengar issu bahwa si-Z atau si-Y, alumnus SMPN di Munjungan diterima di SMAN 1 Trenggalek, padahal NUN-nya dibawah rata-rata dan tidak lewat jalur PMDK, itu masalah lain. Artinya, mereka (orang tuanya) pandai memanfaatkan situasi dan kondisi untuk menonjolkan anaknya lewat jalur "lain-lain". Bagiku, KKN yang selama ini seakan sudah terpola/tersistem, tidak akan bisa hilang begitu saja. Namun, apabila kita mulai dari diri sendiri dan keluarga kita untuk tidak KKN - paling tidak - langkah ini bisa mencegah kesuburannya.
Jangan "mbengok" anti KKN kalau kita sendiri masih "mencaploknya" ketika ada peluang terbuka untuk itu. Seandainya, semua kepala keluarga di negara kita berbenah diri untuk tidak melanggar aturan (baik syariat agama maupun hukum negara), niscaya Indonesia akan segera dikenal oleh dunia sebagai negara yang demokrasi dan besar, gemah ripah loh jinawi wa Robbun Ghofur.
Sewaktu tamat Sekolah Dasar dulu, anakku juga minta sekolah di SMPN 1 Trenggalek, namun aku membujuknya agar mau sekolah di desanya yang baru saja diberi USB SMPN 3 Karangan. Aku beritahu, "bahwa menjadi kewajiban kita -selaku warga Sukowetan- untuk menikmati anugerah Illahi berupa USB SMPN 3 Karangan. Biarlah tetangga kita yang lain berlomba mencari sekolah favorit di luar Kecamatan Karangan, mari kita tetap tawaddu' dan teguh dalam niat dan tekad untuk berprestasi. Jika dikau belajar sungguh-sungguh, abah yakin niscaya dikau bisa meraih prestasi yang lebih dari mereka yang sekolah di luar sana" kataku.
Penerimaan siswa baru tahun ini, kulihat lebih ditertibkan. Siswa lulusan SMP diharuskan daftar di SMA Negeri yang ada di Rayon masing-masing. Kecuali bila mereka mau melanjutkan ke SMK, karena jumlah lembaga ini yang berstatus negeri masih sangat terbatas. Misalnya, lulusan SMP Karangan tidak boleh daftar di SMA Negeri yang ada di Kecamatan Kota walaupun NUN-nya tinggi. Selain itu, mereka yang diterima di SMA Negeri tidaklah terlalu bergantung pada NUN, karena penerimaan siswa baru jumlahnya disesuaikan dengan pagunya. Itu pun masih dikurangi oleh penerimaan lewat jalur PMDK.
SMA Negeri di Trenggalek ada di hampir seluruh Kecamatan. Hanya di Kecamatan Pogalan, Gandusari dan Watulimo yang belum ada. Untuk siswa lulusan SMP di Kecamatan Pogalan bisa daftar di SMAN 1 Durenan, Gandusari dan Watulimo di SMAN 1 Kampak. Bila kemudian hari terdengar issu bahwa si-Z atau si-Y, alumnus SMPN di Munjungan diterima di SMAN 1 Trenggalek, padahal NUN-nya dibawah rata-rata dan tidak lewat jalur PMDK, itu masalah lain. Artinya, mereka (orang tuanya) pandai memanfaatkan situasi dan kondisi untuk menonjolkan anaknya lewat jalur "lain-lain". Bagiku, KKN yang selama ini seakan sudah terpola/tersistem, tidak akan bisa hilang begitu saja. Namun, apabila kita mulai dari diri sendiri dan keluarga kita untuk tidak KKN - paling tidak - langkah ini bisa mencegah kesuburannya.
Jangan "mbengok" anti KKN kalau kita sendiri masih "mencaploknya" ketika ada peluang terbuka untuk itu. Seandainya, semua kepala keluarga di negara kita berbenah diri untuk tidak melanggar aturan (baik syariat agama maupun hukum negara), niscaya Indonesia akan segera dikenal oleh dunia sebagai negara yang demokrasi dan besar, gemah ripah loh jinawi wa Robbun Ghofur.
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".