14/03/2010 18:37
Jerusalem : Menghadapi kritikan pedas Washington secara beruntun atas rencana pembangun 1,600 apartemen baru di wilayah pendudukan Yerusalem timur menyebabkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mulai "sedikit" bereaksi.
Dalam rilis Associated Press, Ahad (14/3), PM Netanyahu mengaku terkejut seputar komentarm pedas yang dilontarkan 2 pejabat tinggi Amerika Serikat, Joe Biden dan Hillary Clinton. Namun, Ia meminta agar anggota kabinet tetap tenang dan terbawa emosi menghadapi krisis hubungan dengan AS. PM Netanyahu mengklaim pemerintah Israel dapat mengatasi krisis ini, dengan tenang, bertanggung jawab dan secara serius.
Sementara sumber CNN menyebutkan, Netanyahu telah membentuk tim investigasi, untuk menyelidiki mengapa pejabat berwenang mengumumkan rencana pembangunan kontoverial tersebut disaat Wakil Presiden AS mengunjungi negara zionis tersebut. Namun, sumber AP menyebutkan Netanyahu nampaknya tidak akan mengubah kebijakan rencana pembangunan tersebut.
Kamis lalu, Wakil Presiden AS, Joe Biden, mengecam keras pembangunan pemukiman baru Yahudi ketika mengunjungi Israel; Walaupun sesaat kemudian Biden bersikap sedikit "melunak". Namun, sehari sesudah itu Menlu Hillary Rodham Clinton mengatakan rencana Israel sebagai "sinyalemen yang sangat negatif" dalam perundingan damai awal dengan Palestina.
Wakil Presiden AS Kecam Israel
Biden mengatakan, keputusan membangun permukiman baru Yahudi bisa merongrong kepercayaan dunia terhadap Israel, dalam rangka memulai kembali proses perdamaian dengan Palestina.
Selasa lalu, meskipun ditentang Palestina, pemerintah Zionis Israel malah mengumumkan rencana membangun 1.600 rumah di Yerusalem Timur, wilayah pendudukan Israel sejak 1967. Namun, pemerintah Israel mengatakan pengumuman pembangunan tersebut tidak bermaksud menghina Biden dalam lawatannya ke Timur Tengah.
Bahkan, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Israel kepad situs BBC mengatakan, pengumuman Komite Perencanaan Pemukiman Yerussalem merupakan rencana yang sudah disetujui tiga tahun lalu, dan tidak ada hubungannya dengan rencana lawatan Wapres AS di Timur Tengah.
Proses lanjut perdamaian Palestina dan Israel sempat tertunda selama setahun akibat agresi Israel ke Gaza pada 2008 lalu. Dan kini AS berupaya menjadi mediator.
Hillary Kecam Rencana Israel Bangun Pemukiman
Melalui saluran telepon, Clinton berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, Jumat (12/3). Clinton mengatakan pembangunan 1.600 rumah baru akan menjadi sinyal yang sangat negatif untuk hubungan antar dua negara.
Seperti dikutip NHK, Sabtu (13/3), dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi CNN, Clinton juga mengecam pengumuman Israel sebagai penghinaan terhadap Amerika Serikat.
Senin lalu, Israel telah menyetujui rencana untuk memulai kembali proses perdamaian dengan Palestina yang ditengahi oleh Amerika Serikat, setelah suspensi lebih dari satu tahun.
Namun keesokan harinya, pemerintah Israel mengumumkan rencana pemukiman baru di Yerusalem Timur, sebuah wilayah yang terus diduduki meskipun terdapat perlawanan dari bangsa Palestina dan masyarakat internasional.
Joe Biden Siap Jadi Moderator
Dalam rilis Associated Press, Ahad (14/3), PM Netanyahu mengaku terkejut seputar komentarm pedas yang dilontarkan 2 pejabat tinggi Amerika Serikat, Joe Biden dan Hillary Clinton. Namun, Ia meminta agar anggota kabinet tetap tenang dan terbawa emosi menghadapi krisis hubungan dengan AS. PM Netanyahu mengklaim pemerintah Israel dapat mengatasi krisis ini, dengan tenang, bertanggung jawab dan secara serius.
Sementara sumber CNN menyebutkan, Netanyahu telah membentuk tim investigasi, untuk menyelidiki mengapa pejabat berwenang mengumumkan rencana pembangunan kontoverial tersebut disaat Wakil Presiden AS mengunjungi negara zionis tersebut. Namun, sumber AP menyebutkan Netanyahu nampaknya tidak akan mengubah kebijakan rencana pembangunan tersebut.
Kamis lalu, Wakil Presiden AS, Joe Biden, mengecam keras pembangunan pemukiman baru Yahudi ketika mengunjungi Israel; Walaupun sesaat kemudian Biden bersikap sedikit "melunak". Namun, sehari sesudah itu Menlu Hillary Rodham Clinton mengatakan rencana Israel sebagai "sinyalemen yang sangat negatif" dalam perundingan damai awal dengan Palestina.
Wakil Presiden AS Kecam Israel
11/03/2010 18:53
Tel Aviv: Keseriusan pemerintah Amerika Serikat menyelesaikan konflik panjang Israel dan Palestina mulai nampak. Setelah bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Tepi Barat, Palestina, Rabu kemarin, Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengutuk keputusan pemerintah Israel yang berencana membangun permukiman baru bagi warga Yahudi. Demikian dirilis situs NHK, Kamis (11/3).Biden mengatakan, keputusan membangun permukiman baru Yahudi bisa merongrong kepercayaan dunia terhadap Israel, dalam rangka memulai kembali proses perdamaian dengan Palestina.
Selasa lalu, meskipun ditentang Palestina, pemerintah Zionis Israel malah mengumumkan rencana membangun 1.600 rumah di Yerusalem Timur, wilayah pendudukan Israel sejak 1967. Namun, pemerintah Israel mengatakan pengumuman pembangunan tersebut tidak bermaksud menghina Biden dalam lawatannya ke Timur Tengah.
Bahkan, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Israel kepad situs BBC mengatakan, pengumuman Komite Perencanaan Pemukiman Yerussalem merupakan rencana yang sudah disetujui tiga tahun lalu, dan tidak ada hubungannya dengan rencana lawatan Wapres AS di Timur Tengah.
Proses lanjut perdamaian Palestina dan Israel sempat tertunda selama setahun akibat agresi Israel ke Gaza pada 2008 lalu. Dan kini AS berupaya menjadi mediator.
Hillary Kecam Rencana Israel Bangun Pemukiman
14/03/2010 13:47
Jerusalem: Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengkritik keras rencana baru Israel membangun pemukiman Yahudi di wilayah pendudukan Yerusalem Timur. Pengumuman ini dilakukan pada saat kunjungan yang dilakukan Wakil Presiden AS, Joe Bidden ke timur tengah.Melalui saluran telepon, Clinton berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, Jumat (12/3). Clinton mengatakan pembangunan 1.600 rumah baru akan menjadi sinyal yang sangat negatif untuk hubungan antar dua negara.
Seperti dikutip NHK, Sabtu (13/3), dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi CNN, Clinton juga mengecam pengumuman Israel sebagai penghinaan terhadap Amerika Serikat.
Senin lalu, Israel telah menyetujui rencana untuk memulai kembali proses perdamaian dengan Palestina yang ditengahi oleh Amerika Serikat, setelah suspensi lebih dari satu tahun.
Namun keesokan harinya, pemerintah Israel mengumumkan rencana pemukiman baru di Yerusalem Timur, sebuah wilayah yang terus diduduki meskipun terdapat perlawanan dari bangsa Palestina dan masyarakat internasional.
Joe Biden Siap Jadi Moderator
09/03/2010 20:06
Jerusalem: Dalam sesi pertemuannya dengan pejabat senior Israel, baru-baru ini Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan siap menjadi mediator perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina. Apalagi, proses dialog damai sempat terhenti lebih dari setahun.
Dalam lawatannya di Jerusalem, Joe Biden berkata, "Saya berharap awal dari apa yang dikenal sebagai perundingan tidak langsung atau kedekatan, saya berharap itu adalah kendaraan, sebuah kendaraan yang dapat kita mulai untuk menghilangkan lapisan ketidakpercayaan yang telah dibuat dalam beberapa tahun terakhir."
"Saya kira kita berada di saat kesempatan nyata dan saya percaya bahwa kepentingan bangsa Israel dan Palestina, jika semua orang berhenti dan mengambil napas dalam-dalam, sebenarnya lebih cocok dibandingkan dengan mereka yang menentang," imbuh Biden.
Seperti dikutip Telegraph, Selasa (9/3) ini Joe Biden akan mengunjungi Israel dan Tepi Barat. Biden ijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemimpin oposisi moderat Tzipi Livni.
Esok harinya, Biden akan bertandang ke Kota Ramallah, Tepi Barat. Ia bakal mengadakan pembicaraan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Salam Fayyad. Dia juga berencana bertemu dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, utusan khusus bagi kuartet pemain diplomatik utama.
Baik Israel maupun Palestina telah sepakat menggelar pembicaraan tidak langsung dengan dukungan AS. Kendati ada keraguan mendalam tentang kemungkinan keberhasilan pembicaraan. Negosiasi langsung antara kedua belah pihak terhenti sejak Israel melakukan serangan yang menghancurkan Jalur Gaza pada Desember 2008-Januari 2009. Serangan terjadi sekalipun AS berupaya meluncurkan proses perdamaian.
Sebelumnya, utusan AS George Mitchell telah menghabiskan beberapa hari terakhir di kawasan tersebut untuk membuka jalan bagi kedekatan pembicaraan dan berencana kembali minggu depan. "Saya pikir tahap pertama ini akan secara bertahap bekerja pada bagaimana proses akan terjadi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Philip Crowley di Washington DC, AS, Senin.
Sumber : SCTV
Dalam lawatannya di Jerusalem, Joe Biden berkata, "Saya berharap awal dari apa yang dikenal sebagai perundingan tidak langsung atau kedekatan, saya berharap itu adalah kendaraan, sebuah kendaraan yang dapat kita mulai untuk menghilangkan lapisan ketidakpercayaan yang telah dibuat dalam beberapa tahun terakhir."
"Saya kira kita berada di saat kesempatan nyata dan saya percaya bahwa kepentingan bangsa Israel dan Palestina, jika semua orang berhenti dan mengambil napas dalam-dalam, sebenarnya lebih cocok dibandingkan dengan mereka yang menentang," imbuh Biden.
Seperti dikutip Telegraph, Selasa (9/3) ini Joe Biden akan mengunjungi Israel dan Tepi Barat. Biden ijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemimpin oposisi moderat Tzipi Livni.
Esok harinya, Biden akan bertandang ke Kota Ramallah, Tepi Barat. Ia bakal mengadakan pembicaraan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Salam Fayyad. Dia juga berencana bertemu dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, utusan khusus bagi kuartet pemain diplomatik utama.
Baik Israel maupun Palestina telah sepakat menggelar pembicaraan tidak langsung dengan dukungan AS. Kendati ada keraguan mendalam tentang kemungkinan keberhasilan pembicaraan. Negosiasi langsung antara kedua belah pihak terhenti sejak Israel melakukan serangan yang menghancurkan Jalur Gaza pada Desember 2008-Januari 2009. Serangan terjadi sekalipun AS berupaya meluncurkan proses perdamaian.
Sebelumnya, utusan AS George Mitchell telah menghabiskan beberapa hari terakhir di kawasan tersebut untuk membuka jalan bagi kedekatan pembicaraan dan berencana kembali minggu depan. "Saya pikir tahap pertama ini akan secara bertahap bekerja pada bagaimana proses akan terjadi," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Philip Crowley di Washington DC, AS, Senin.
Sumber : SCTV
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".