Beberapa media massa, setidaknya ada 3 media online yang memberitakan tentang kasus dugaan penyalahgunaan wewenang yang telah dilakukan oleh kandidat Bupati incumbent H. Soeharto. Bahkan di media cetak juga beredar, dan terlihat, bahwa berita tersebut sengaja diekspos (entah oleh siapa). Terbitan media cetak itu ditebarkan hingga ke pelosok-pelosok desa!
Bagi CahNdeso, siklus adu ketangkasan dan kepiawaian strategi dalam dunia politik, memang demikian. Bernostalgia, lima tahun lalu saat Pilbup 2005, selebaran gelap tentang "kekurangan Mulyadi WR saat menjabat Bupati 2000-2005", juga beredar, bahkan diembel-embeli : Bila MWR kembali jadi Bupati pada periode kedua (2005-2010), akan banyak LSM yang siap membongkar kasus korupsi masa kepemimpinannya.
Masih bernostalgia, kala itu, Pilbup dimenangkan oleh Soeharto-Mahsun Ismail, Mulyadi dan Joko Irianto tersungkur. Namun, perlu dicatat, bahwa kekalahan Mulyadi WR dan Joko Irianto dalam pesta demokrasi tersebut, sesungguhnya bukan karena selebaran gelap dan upaya fitnah dari pihak lawan politik. Mulyadi WR kalah lebih disebabkan oleh kecintaan masyarakat Trenggalek pada figur Mahsun Ismail yang menjadi pasangan Soeharto.
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UU KIP (Keterbukaan Informasi Publik) yang diberlakukan efektif terhitung 30 April 2010, merupakan pijakan utama bagi semua lembaga pemerintah maupun organisasi masyarakat seperti LSM untuk saling memberi dan menerima dalam rangka trasparasi dan akuntabilitas publik.
Dengan senjata ini, sebenarnya LSM anti KKN bisa mendesak pihak pemerintah daerah yang sekarang untuk membeberkan apa yang sesungguhnya terjadi selama periode pemerintahan Soeharto (sang incumbent). Sebaliknya, Soeharto, tanpa harus beradu argumentasi, cukup memerintahkan para punggawa terkait untuk menyodorkan fakta dan data baik administratif maupun fisik. Sehingga, ada komunikasi efektif yang dinamis antara masing-masing pihak dalam menjalani tugas dan profesi yang diemban, dalam suatu koridor hukum yang bertanggungjawab.
Jauh sebelumnya, awal 2009 hingga menjelang tahun baru 2010, move-move politis nampak telah dihembus-hembuskan untuk saling menjatuhkan para tokoh yang mungkin akan menjadi kandidat Cabup Trenggalek 2010-2015. Untuk menyerang sang Incumbent H. Soeharto, jelas hanya ada tiga jalur yang bisa diterobos, yakni KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme). Untuk menyerang dan menjatuhkan Mahsun Ismail (Wabup Trenggalek saat ini), hampir tiada jalan yang bisa dimasuki, jangankan pintu, jendela saja susah ditemukan. Maksud saya, Mahsun Ismail adalah figur yang dianggap masyarakat Trenggalek sebagai yang belum "bercela". Untuk menjatuhkan Mulyadi WR? Jangan harap ada celah, semenjak hengkang dari Keprabon Pendopo Agung Trenggalek, karier Mulyadi terus meroket hingga sekarang masih menjabat sebagai Kepala Inspektorat Propinsi Jawa Timur.
Maka, satu-satunya cara untuk mengurangi ketenaran Mahsun Ismail, hanyalah dengan membatasi keterlibatannya dengan berbagai organisasi massa, semisal dilorotnya dia dari Ketua Ansor Trenggalek. Dan menggantikan para pengurus dengan sistem karateker hingga ditingkat PAC Ansor. Bagi masyarakat pencinta Mahsun, kebijakan Gus Ipul memecat kepengurusan Mahsun Ismail, dkk di Ansor, merupakan salah satu dari trik-trik politik untuk mencegah kemenangannya dalam Pilbup 2 Juni mendatang.
Sementara, untuk membeberkan aib Mulyadi WR, dihembuskan berbagai issu dari mulut ke mulut, dari telinga ke telinga, berita angin yang "ora karuan juntrunge". Seperti, dahulu saat menjadi Bupati Trenggalek, Mulyadi WR lebih banyak diinstruksi oleh sang isteri, atau sudah menjadi pejabat tinggi di Pemprop, kok masih mau jadi Bupati, apalagi tujuannya kalau bukan karena serakah.
Dan lain sebagainya................------------
Berpolitik Arif, Berkampanye Cantik
Sebagai bocah ndeso, masyarakat awam yang merindukan figur pemimpin yang sungguh-sungguh Lillahi ta'ala, tawaddhu dan cinta rakyat, CahNdeso berharap, kepada setiap TS (Tim Sukses) untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan arif dan indah. CahNdeso, yakin, dari tiga kandidat pasangan Cabup Trenggalek yang kemarin diumumkan oleh KPUD Trenggalek, tidak satu tokohpun yang berjiwa kerdil.
CahNdeso, menulis dalam blog ini, berusaha untuk menunjukkan sikap yang netral. Bila ada tokoh yang kurang terekspos, itu hanyalah disebabkan kurangnya data dari masing-masing tokoh. CahNdeso sudah mencoba menghubungi teman-teman yang dekat dari kubu MK (Mulyadi-Kholiq) atau Mahir (Mahsun-Irianto) untuk meminta profil kandidat tersebut. Tapi sampai detik ini hasilnya nihil. Hanya profil sang incumben H. Soeharto, yang terbilang lengkap, yang saya peroleh Partai Golkar.
Masyarakat Trenggalek sekarang sudah berbeda dengan masyarakat Trenggalek lima tahun lalu. Ribuan sarjana dimiliki daerah ini. Puluhan ribu handphone berbasis internet ada dalam genggaman warga kita. Itu artinya, generasi Trenggalek sungguh-sungguh sangat berpendidikan dan memiliki pergaulan yang tanpa batas waktu dan ruang.
Apa yang terjadi di daerah ini, bisa kapan saja mereka perbandingkan dengan yang terjadi di daerah lain, atau bahkan dengan negara manca. Dan, kami, warga Trenggalek tidaklah semudah warga daerah lain yang bisa dengan gampang menelan mentah-mentah informasi yang tersebar, apalagi menjelang kompetisi akbar 2 Juni 2010.
Lima tahun lalu saja, saat Mulyadi dan Joko Irianto dikalahkan dengan suara sangat tipis oleh pasangan Soeharto-Mahsun Ismail, Tim Sukses MWR-Irianto menggebu-gebu akan membawa hasil Pilbup tersebut sampai ke meja hijau. Namun, dengan sikap ksatria Mulyadi dan Joko Irianto justru legowo menyambut kemenangan Soeharto-Mahsun. Dan para pendukung Mulyadi-Joko Irianto ditingkat pemilih terbawah, sama sekali tidak mendukung kebijakan meja hijau.
Andai, para pendukung Mulyadi-Joko Irianto kala itu, bukan generasi yang berpendidikan dan berpandangan jauh ke depan, tentu demo-demo akan terjadi seperti halnya di daerah-daerah yang lain. Ini adalah bukti, bahwa warga Trenggalek berhak menentukan pilihan dan siap menerima kekalahan dengan mengedepankan hati nurani rakyat. Walaupun demikian, TS (Tim Sukses) juga memang berkewajiban untuk memenangkan kandidat yang diusung melalui berbagai koridor dan dimensi politik maupun hukum.
Oleh sebab itu, strategi apa pun yang dijalankan oleh masing-masing kubu, sebaiknya jangan gegabah. Hati-hati adalah basis keamanan, ini petuah mBah Buyut. Jangan-jangan, yang semula kita yakini sebagai senjata untuk menyerang lawan, justru berbalik menjadi "senjata makan tuan". Nasihat ini, selayaknya dijadikan acuan awal Tim Sukses sebelum bertindak.
Fitnah dan kebohongan yang menjurus pada pembunuhan karakter seseorang bukanlah strategi yang terpuji. Sebaliknya, membeberkan aib seseorang juga bukan perbuatan yang mulia. Namun, membongkar dan menyajikan fakta-fakta kejahatan/kebijakan yang merugikan masyarakat tidak termasuk dalam kategori ini. Selama hal itu diangkat berdasarkan fakta-fakta hukum dan keadilan serta melalui prosedur yang ditetapkan.
Bagi CahNdeso, siklus adu ketangkasan dan kepiawaian strategi dalam dunia politik, memang demikian. Bernostalgia, lima tahun lalu saat Pilbup 2005, selebaran gelap tentang "kekurangan Mulyadi WR saat menjabat Bupati 2000-2005", juga beredar, bahkan diembel-embeli : Bila MWR kembali jadi Bupati pada periode kedua (2005-2010), akan banyak LSM yang siap membongkar kasus korupsi masa kepemimpinannya.
Masih bernostalgia, kala itu, Pilbup dimenangkan oleh Soeharto-Mahsun Ismail, Mulyadi dan Joko Irianto tersungkur. Namun, perlu dicatat, bahwa kekalahan Mulyadi WR dan Joko Irianto dalam pesta demokrasi tersebut, sesungguhnya bukan karena selebaran gelap dan upaya fitnah dari pihak lawan politik. Mulyadi WR kalah lebih disebabkan oleh kecintaan masyarakat Trenggalek pada figur Mahsun Ismail yang menjadi pasangan Soeharto.
Transparansi dan Akuntabilitas Publik
UU KIP (Keterbukaan Informasi Publik) yang diberlakukan efektif terhitung 30 April 2010, merupakan pijakan utama bagi semua lembaga pemerintah maupun organisasi masyarakat seperti LSM untuk saling memberi dan menerima dalam rangka trasparasi dan akuntabilitas publik.
Dengan senjata ini, sebenarnya LSM anti KKN bisa mendesak pihak pemerintah daerah yang sekarang untuk membeberkan apa yang sesungguhnya terjadi selama periode pemerintahan Soeharto (sang incumbent). Sebaliknya, Soeharto, tanpa harus beradu argumentasi, cukup memerintahkan para punggawa terkait untuk menyodorkan fakta dan data baik administratif maupun fisik. Sehingga, ada komunikasi efektif yang dinamis antara masing-masing pihak dalam menjalani tugas dan profesi yang diemban, dalam suatu koridor hukum yang bertanggungjawab.
Jauh sebelumnya, awal 2009 hingga menjelang tahun baru 2010, move-move politis nampak telah dihembus-hembuskan untuk saling menjatuhkan para tokoh yang mungkin akan menjadi kandidat Cabup Trenggalek 2010-2015. Untuk menyerang sang Incumbent H. Soeharto, jelas hanya ada tiga jalur yang bisa diterobos, yakni KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme). Untuk menyerang dan menjatuhkan Mahsun Ismail (Wabup Trenggalek saat ini), hampir tiada jalan yang bisa dimasuki, jangankan pintu, jendela saja susah ditemukan. Maksud saya, Mahsun Ismail adalah figur yang dianggap masyarakat Trenggalek sebagai yang belum "bercela". Untuk menjatuhkan Mulyadi WR? Jangan harap ada celah, semenjak hengkang dari Keprabon Pendopo Agung Trenggalek, karier Mulyadi terus meroket hingga sekarang masih menjabat sebagai Kepala Inspektorat Propinsi Jawa Timur.
Maka, satu-satunya cara untuk mengurangi ketenaran Mahsun Ismail, hanyalah dengan membatasi keterlibatannya dengan berbagai organisasi massa, semisal dilorotnya dia dari Ketua Ansor Trenggalek. Dan menggantikan para pengurus dengan sistem karateker hingga ditingkat PAC Ansor. Bagi masyarakat pencinta Mahsun, kebijakan Gus Ipul memecat kepengurusan Mahsun Ismail, dkk di Ansor, merupakan salah satu dari trik-trik politik untuk mencegah kemenangannya dalam Pilbup 2 Juni mendatang.
Sementara, untuk membeberkan aib Mulyadi WR, dihembuskan berbagai issu dari mulut ke mulut, dari telinga ke telinga, berita angin yang "ora karuan juntrunge". Seperti, dahulu saat menjadi Bupati Trenggalek, Mulyadi WR lebih banyak diinstruksi oleh sang isteri, atau sudah menjadi pejabat tinggi di Pemprop, kok masih mau jadi Bupati, apalagi tujuannya kalau bukan karena serakah.
Dan lain sebagainya................------------
Berpolitik Arif, Berkampanye Cantik
Sebagai bocah ndeso, masyarakat awam yang merindukan figur pemimpin yang sungguh-sungguh Lillahi ta'ala, tawaddhu dan cinta rakyat, CahNdeso berharap, kepada setiap TS (Tim Sukses) untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan arif dan indah. CahNdeso, yakin, dari tiga kandidat pasangan Cabup Trenggalek yang kemarin diumumkan oleh KPUD Trenggalek, tidak satu tokohpun yang berjiwa kerdil.
CahNdeso, menulis dalam blog ini, berusaha untuk menunjukkan sikap yang netral. Bila ada tokoh yang kurang terekspos, itu hanyalah disebabkan kurangnya data dari masing-masing tokoh. CahNdeso sudah mencoba menghubungi teman-teman yang dekat dari kubu MK (Mulyadi-Kholiq) atau Mahir (Mahsun-Irianto) untuk meminta profil kandidat tersebut. Tapi sampai detik ini hasilnya nihil. Hanya profil sang incumben H. Soeharto, yang terbilang lengkap, yang saya peroleh Partai Golkar.
Masyarakat Trenggalek sekarang sudah berbeda dengan masyarakat Trenggalek lima tahun lalu. Ribuan sarjana dimiliki daerah ini. Puluhan ribu handphone berbasis internet ada dalam genggaman warga kita. Itu artinya, generasi Trenggalek sungguh-sungguh sangat berpendidikan dan memiliki pergaulan yang tanpa batas waktu dan ruang.
Apa yang terjadi di daerah ini, bisa kapan saja mereka perbandingkan dengan yang terjadi di daerah lain, atau bahkan dengan negara manca. Dan, kami, warga Trenggalek tidaklah semudah warga daerah lain yang bisa dengan gampang menelan mentah-mentah informasi yang tersebar, apalagi menjelang kompetisi akbar 2 Juni 2010.
Lima tahun lalu saja, saat Mulyadi dan Joko Irianto dikalahkan dengan suara sangat tipis oleh pasangan Soeharto-Mahsun Ismail, Tim Sukses MWR-Irianto menggebu-gebu akan membawa hasil Pilbup tersebut sampai ke meja hijau. Namun, dengan sikap ksatria Mulyadi dan Joko Irianto justru legowo menyambut kemenangan Soeharto-Mahsun. Dan para pendukung Mulyadi-Joko Irianto ditingkat pemilih terbawah, sama sekali tidak mendukung kebijakan meja hijau.
Andai, para pendukung Mulyadi-Joko Irianto kala itu, bukan generasi yang berpendidikan dan berpandangan jauh ke depan, tentu demo-demo akan terjadi seperti halnya di daerah-daerah yang lain. Ini adalah bukti, bahwa warga Trenggalek berhak menentukan pilihan dan siap menerima kekalahan dengan mengedepankan hati nurani rakyat. Walaupun demikian, TS (Tim Sukses) juga memang berkewajiban untuk memenangkan kandidat yang diusung melalui berbagai koridor dan dimensi politik maupun hukum.
Oleh sebab itu, strategi apa pun yang dijalankan oleh masing-masing kubu, sebaiknya jangan gegabah. Hati-hati adalah basis keamanan, ini petuah mBah Buyut. Jangan-jangan, yang semula kita yakini sebagai senjata untuk menyerang lawan, justru berbalik menjadi "senjata makan tuan". Nasihat ini, selayaknya dijadikan acuan awal Tim Sukses sebelum bertindak.
Fitnah dan kebohongan yang menjurus pada pembunuhan karakter seseorang bukanlah strategi yang terpuji. Sebaliknya, membeberkan aib seseorang juga bukan perbuatan yang mulia. Namun, membongkar dan menyajikan fakta-fakta kejahatan/kebijakan yang merugikan masyarakat tidak termasuk dalam kategori ini. Selama hal itu diangkat berdasarkan fakta-fakta hukum dan keadilan serta melalui prosedur yang ditetapkan.
Selamat berjuang :
Gus Mahsun-Joko Irian, Pak Mulyadi-Kholiq, Pak Soeharto-Samsuri.
Pendopo Agung Trenggalek, bukanlah tujuan, melainkan sebuah jalan untuk mewujudkan Trenggalek Berteman Hati.
Gus Mahsun-Joko Irian, Pak Mulyadi-Kholiq, Pak Soeharto-Samsuri.
Pendopo Agung Trenggalek, bukanlah tujuan, melainkan sebuah jalan untuk mewujudkan Trenggalek Berteman Hati.
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".