JOSEPH H. TAYLOR JR, Ahli fisika Amerika, dikenal luas dalam dunia sains sebagai penemu pulsar jenis baru, sebuah temuan yang membuka kesempatan luas untuk melakukan studi gravitasi secara langsung di alam semesta. Atas capaian ilmiah yang fantastik ini ia dianugerahi Hadiah Nobel Fisika di tahun 1993 bersama rekan risetnya, Russell Alan Hulse.
Joseph H. Taylor Jr lahir pada 29 Maret 1941 di kota Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat. Anak kedua dari pasangan Joseph Hooton Taylor dan Sylvia Evans. Saat berumur 7 tahun, ia dibawa orang tuanya kembali ke tanah pertanian milik keluarga di Cinnaminson Township, New Jersey, yang digarap oleh kakek dari pihak sang ibu. Mereka —enam bersaudara plus dua orang sepupu dari pihak ibu— tumbuh di lingkungan yang sehat dan bebas di bagian timur Sungai Delaware. Mereka juga mengembangkan diri sebagai pecinta buah tomat. Semasa kecil, Taylor biasa mengkoleksi batu mata-panah kuno dan, bersama saudara lelakinya, Hal, membuat antena-antena radio amatir di loteng rumah pertanian mereka yang bergaya Victoria. Satu hari mereka nekat memotong cerobong asap yang terbuat dari batu-bata hingga rata dengan genting dan aksi ini memicu kecemasan sekaligus kemarahan orang tua mereka.
Keluarga dari pihak ibu maupun pihak ayah Taylor punya akar Quaker (perkumpulan Kristen yang antikekerasan) yang sangat kukuh. Orang tua mereka hidup dalam kesederhanaan ala Quaker abad-20. Ajaran utama yang selalu mereka tebarkan adalah toleransi terhadap perbedaan-perbedaan di antara manusia serta kebahagiaan dalam menolong dan memperhatikan sesama. Rumah mereka yang besar selalu terbuka dan hangat, dan bahkan sepanjang ingatan Taylor, tidak pernah dikunci.
Semasa sekolah, bersama Hal, Taylor hampir mengisi penuh lantai tiga rumah mereka dengan transmiter dan penerima radio amatir yang terbuat dari paduan sisa perlengkapan perang dan bagian-bagian TV bekas. Mereka belajar dari pengalaman bahwa jika yang dibutuhkan adalah tegangan tinggi, mereka bisa menggunakan transformer-transformer hingga 120 volt.
Taylor menempuh pendidikannya di jalur-jalur sekolah Quaker, yakni Sekolah Moorestown dan Akademi Haverford. Matematika adalah pelajaran yang paling ia sukai. Sementara pelajaran fisika dan kimia di masa SMA tidak membangkitkan gairahnya pada sains. Tahun-tahun semasa berada di Haverford ia isi dengan bermain basket, sepakbola, baseball, golf dan tenis. Namun sejalan dengan aktivitas di arena terbuka itu ia mulai menemukan keasyikan menelaah ilmu.
Taylor menempuh pendidikannya di jalur-jalur sekolah Quaker, yakni Sekolah Moorestown dan Akademi Haverford. Matematika adalah pelajaran yang paling ia sukai. Sementara pelajaran fisika dan kimia di masa SMA tidak membangkitkan gairahnya pada sains. Tahun-tahun semasa berada di Haverford ia isi dengan bermain basket, sepakbola, baseball, golf dan tenis. Namun sejalan dengan aktivitas di arena terbuka itu ia mulai menemukan keasyikan menelaah ilmu.
Proyek fisika dari seorang seniornya memungkinkan Taylor merakit sebuah teleskop radio, memperdalam pengetahuannya mengenai frekuensi radio elektronik serta menimbulkan penghargaannya kepada sains. Referensi yang ia gunakan dalam perakitan itu adalah buku panduan bagi pemakai radio amatir dan buku kuno tentang astronomi radio karangan Pawsey dan Bracewell. Proyek ini memang tak bisa dikategorikan sebagai penemuan baru tetapi berfungsi sebagai arena tempat Taylor melatih pemecahan masalah dan menemukan jurusan baru yang layak ditempuhnya hingga jenjang master. Ia akhirnya diterima di Universitas Harvard pada Jurusan Astronomi, Fisika dan Matematika Terapan.
Tahun pertama di sini adalah masa yang sangat berat bagi dirinya karena ia dipaksa mati-matian untuk menunjukkan bahwa sebagai mahasiswa baru ia bisa melakukan sesuatu yang berarti. Namun setiba pada penggarapan tesis, Taylor memasuki sebuah arena bergiat yang sangat menantang dan mengasyikkan. Ia memilih topik mengenai astronomi radio. Pembimbingnya adalah Alan Maxwell yang sangat jago mengenai persoalan itu berikut segala bentuk piranti pendukungnya. Maxwell memberinya fleksibilitas, memajukan studinya dengan kritik dan pujian serta mengarahkannya untuk menjadi penulis makalah ilmiah yang baik.
Saat Taylor kesulitan menelaah data tesisnya, buku Ron Bracewell yang secara kebetulan ia temukan di perpustakaan menyediakan titik cerah yang tak ia sangka-sangka. Dari buku itu ia juga mendalami teknik proses sinyal, sebuah pengetahuan yang kelak sangat ia butuhkan dalam mempelajari pulsar. Sebagai ilmuwan “berdarah” Quaker, ia tak pernah peduli dengan persoalan masa depan. Yang terpenting baginya adalah melakukan sesuatu yang menyenangkan pada saat sekarang, menghargai seseorang berdasarkan kepribadiannya bukan ketenaran atau kekuasaannya dan menekuni sebuah masalah lama dari sudut pandang yang baru. Ia menghargai inisiatif pribadi sekaligus aksi bersama antarmanusia dalam mengurai masalah-masalah keilmuan yang terkategori penting.
Saat Taylor kesulitan menelaah data tesisnya, buku Ron Bracewell yang secara kebetulan ia temukan di perpustakaan menyediakan titik cerah yang tak ia sangka-sangka. Dari buku itu ia juga mendalami teknik proses sinyal, sebuah pengetahuan yang kelak sangat ia butuhkan dalam mempelajari pulsar. Sebagai ilmuwan “berdarah” Quaker, ia tak pernah peduli dengan persoalan masa depan. Yang terpenting baginya adalah melakukan sesuatu yang menyenangkan pada saat sekarang, menghargai seseorang berdasarkan kepribadiannya bukan ketenaran atau kekuasaannya dan menekuni sebuah masalah lama dari sudut pandang yang baru. Ia menghargai inisiatif pribadi sekaligus aksi bersama antarmanusia dalam mengurai masalah-masalah keilmuan yang terkategori penting.
Selulus dari program Ph.D di Universitas Harvard, Taylor membangun karir pertama-tama di Universitas Massachusetts dan kemudian di Universitas Princeton. Di dua lingkungan yang sangat intelek ini ia menemukan kesegaran yang tiada batas dalam mengejar kebenaran dan kebahagiaan. Ia merasa sangat beruntung bisa berhubungan dengan sejumlah pribadi unik berbakat yang menjadi mitra kerjanya, terutama Dick Manchester, Russell Hulse, Peter McCulloch, Joel Weisberg, Thibault Damour serta Dan Stinebring. Taylor menikah dengan Marietta Bisson dan merasa menemukan kebahagiaan yang luar biasa dari perkawinan ini kendati ia tak dikarunia anak kandung.
(Dari berbagai sumber. Foto : nobelprize )Artikel Biografi Tokoh Nobel yang lain:
- Henry W. Kendall, Fisikawan Amerika
- Jerome Isaac Friedman, Perintis Inelastisitas Elektro
- Norman F.Ramsey,Penemu Medan Osilator
- Georges Charpak, Peraih Nobel Fisika 1992
- Pierre-Gilles de Gennes, Peraih Nobel Fisika 1991
- Richard E Taylor, Gemar Fisika Karena Ledakan Bom Atom PD II
- Daftar Artikel Biografi Peraih Nobel
0 Komentar:
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".