Pasukan penjajah Zionis Israel, Rabu (19/1), menyerbu daerah Khirbet Thawil di pinggiran Nablus dan menyerahkan perintah penghancuran rumah-rumah warga yang dibangun dari tanah liat untuk ketujuh kalinya.
Sumber-sumber setempat mengatakan, “Semua rumah di Khirbet Thawil terancam dihancurkan. Surat pemberitahuan penghancuran yang diserahkan oleh pasukan penjajah Zionis Israel hari ini (Rabu, red) memberi peringatan bahwa pelaksanaan proses penghancuran dilakukan besok hari Kamis.”
Sumber ini menyatakan bahwa Khirbet Thawil merupakan contoh kondisi pengusiran warga Palestina secara perlahan yang dilakukan otoritas penjajah Zionis Israel, dengan tujuan untuk menguasai puluhan ribu hektar tanah di sana, yang merupakan padang rumput yang subur di kaki daerah pegunungan yang indah.
Disebutkan bahwa permukiman-permukiman Zionis telah mencaplok lebih dari 700 ribu hektar tanah di Khirbet Thawil dan sekitarnya. Di antaranya adalah permukiman Zionis "Gitit" yang didirikan pada tahun 1973 dengan jumlah pemukim pendatang Yahudi 191 pemukim, mencaplok 1720 hektar. Kemudian ,permukiman Zionis "Ma'ale Efraim" yang didirikan pada tahun 1970 denganjumlah pemukim pendatang 1423 pemukim dan mencaplok tanah seluas 4778 hektar.
Israel juga mendirikan kampung di atas tanah Khirbet Thawil yang digabung dengan permukiman Zionis "Itamar", yang didirikan pada tahun 1984 dengan jumlah pemukim pendatang Yahudi 651 pemukim, dibangun di atas lahan seluas 7189 hektar.
Tanah Khirbet merupakan sumber kekayaan ternak yang melimpah. Ini salah satu alasan yang paling penting mengapa otoritas penjajah Israel bersikeras menarget daerah ini, untuk menghancurkan semua perangkat kehidupan di Tepi Barat.(info-palestina)
Hotel Gembala Dibuldozer, Robohnya Sejarah Husseini
PERALATAN berat itu bergerak seperti monster melumat bangunan bersejarah Hotel Gembala di kawasan permukiman Palestina, Syekh Jarrah, Yerusalem Timur, Ahad pekan lalu. Penghancuran dilakukan pukul 10 pagi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Pemerintah Israel beralasan, penghancuran hotel bersejarah itu untuk membangun sebuah jalan menuju 20 unit permukiman Yahudi baru.
"Israel tidak mencari perdamaian, tapi malah mengambil tanah lagi, " kata Adnan Husseini, Gubernur Palestina untuk Yerusalem. Dia hanya dapat berdiri dengan geram di luar gerbang hotel yang dijaga ketat petugas keamanan bersenjata. "Mereka menodai daerah ini dengan membangun permukiman di sini," dia menambahkan.
Bangunan Hotel Gembala ini dulu markas Haji Amin al-Husseini, mantan Imam Agung Yerusalem, sekaligus kakek Adnan. Pada 1985, bangunan itu dibeli miliuner Amerika keturunan Yahudi, Irving Moskovitz, yang mendukung pembangunan permukiman Yahudi. Moskovitz membeli melalui lelang yang dilakukan keluarga Husseini.
Pembongkaran hotel bersejarah ini masuk laporan tahunan Uni Eropa sebagai reaksi atas meluasnya permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Laporan itu menyebutkan kemungkinan Yerusalem Timur menjadi ibu kota Palestina di masa depan akan sulit terwujud. "Apalagi melihat gencarnya Israel menerapkan kebijakan dan tindakan untuk memperluas pembangunan permukiman Yahudi," tulis laporan tersebut.
Israel juga biasa membayar petugas kota untuk mengultimatum warga agar meruntuhkan rumah mereka dalam waktu sehari. Apabila warga tidak menurut, dalam 24 jam pemerintah kota akan menghancurkan rumah itu. Karena ancaman tersebut, banyak keluarga yang menghancurkan rumahnya.
"Bahkan saya harus membayar US$ 7.000 guna menyewa pekerja untuk meruntuhkan rumah saya sendiri. Saya tidak tahu mengapa biayanya sampai sebesar itu," ujar Mousa Subuh. Ia salah satu warga Palestina yang terpaksa membangun tiga rumah kontainer-tidak permanen-di atas sebuah lahan di Yerusalem Timur.
"Posisi PBB saat ini adalah mengingatkan pemerintah Israel agar segera mengambil langkah untuk menghentikan penghancuran di wilayah Tepi Barat, khususnya Yerusalem Timur," ujar koordinator kemanusiaan PBB untuk pengungsi Palestina, Maxwell Gaylard, saat berkunjung ke kediaman keluarga Subuh.
Laporan PBB menyebut penghancuran permukiman Palestina di Yerusalem Timur meningkat 45 persen. Tahun lalu sekitar 396 permukiman Palestina dihancurkan. Padahal ada 27 ribu warga Palestina tinggal di sana dan Israel hanya menyisakan 13 persen lahan untuk permukiman Palestina. Akibatnya, selama tahun 2010, sekitar 561 warga Palestina mengungsi, termasuk 280 anak-anak.
"Pemerintah Israel hanya memberikan izin membangun 200 rumah per tahun bagi warga Palestina, padahal mereka memerlukan lebih dari 1.500 rumah," tulis laporan tersebut.
Kelompok fundamentalis Yahudi bahkan menggunakan argumen ideologis untuk mendukung pembongkaran permukiman Palestina. Dalam penghancuran Hotel Gembala, mereka menuduh keluarga Amin al-Husseini adalah pendukung paham Nazi.
"Tidak ada suara yang lebih indah daripada pembongkaran bangunan milik pelaku kejahatan yang mendukung Nazi, bahkan merekalah Nazi," ujar Daniel Luria, anggota organisasi Ateret Cohanim, organisasi sayap kanan pendukung pembangunan permukiman.
Israel mencaplok Yerusalem Timur sejak 1967. Mereka menganggap tanah itu sebagai "hak milik abadi yang tidak dapat terbagi". Setelah itu, permukiman Palestina mengalami penghancuran terus-menerus. Puncaknya, pada 2007 Perdana Menteri Ehud Olmert menyetujui pembangunan permukiman Yahudi Ma'ale Hazeitim di wilayah itu.
Permukiman Palestina di Yerusalem Timur lainnya yang dicaplok Israel adalah Sur Baher. Pada 1970 pemerintah Israel menyita lebih dari 2.000 kepemilikan tanah di sana untuk membangun permukiman Yahudi Talpiot Timur. Kemudian Israel menyita lagi 900 kepemilikan tanah pada 1997 untuk membangun permukiman Har Homa.
Cheta Nilawaty (AFP, BBC, Guardian.co.uk, Reuters/majalahTempo)
Sumber-sumber setempat mengatakan, “Semua rumah di Khirbet Thawil terancam dihancurkan. Surat pemberitahuan penghancuran yang diserahkan oleh pasukan penjajah Zionis Israel hari ini (Rabu, red) memberi peringatan bahwa pelaksanaan proses penghancuran dilakukan besok hari Kamis.”
Sumber ini menyatakan bahwa Khirbet Thawil merupakan contoh kondisi pengusiran warga Palestina secara perlahan yang dilakukan otoritas penjajah Zionis Israel, dengan tujuan untuk menguasai puluhan ribu hektar tanah di sana, yang merupakan padang rumput yang subur di kaki daerah pegunungan yang indah.
Disebutkan bahwa permukiman-permukiman Zionis telah mencaplok lebih dari 700 ribu hektar tanah di Khirbet Thawil dan sekitarnya. Di antaranya adalah permukiman Zionis "Gitit" yang didirikan pada tahun 1973 dengan jumlah pemukim pendatang Yahudi 191 pemukim, mencaplok 1720 hektar. Kemudian ,permukiman Zionis "Ma'ale Efraim" yang didirikan pada tahun 1970 denganjumlah pemukim pendatang 1423 pemukim dan mencaplok tanah seluas 4778 hektar.
Israel juga mendirikan kampung di atas tanah Khirbet Thawil yang digabung dengan permukiman Zionis "Itamar", yang didirikan pada tahun 1984 dengan jumlah pemukim pendatang Yahudi 651 pemukim, dibangun di atas lahan seluas 7189 hektar.
Tanah Khirbet merupakan sumber kekayaan ternak yang melimpah. Ini salah satu alasan yang paling penting mengapa otoritas penjajah Israel bersikeras menarget daerah ini, untuk menghancurkan semua perangkat kehidupan di Tepi Barat.(info-palestina)
Hotel Gembala Dibuldozer, Robohnya Sejarah Husseini
PERALATAN berat itu bergerak seperti monster melumat bangunan bersejarah Hotel Gembala di kawasan permukiman Palestina, Syekh Jarrah, Yerusalem Timur, Ahad pekan lalu. Penghancuran dilakukan pukul 10 pagi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Pemerintah Israel beralasan, penghancuran hotel bersejarah itu untuk membangun sebuah jalan menuju 20 unit permukiman Yahudi baru.
"Israel tidak mencari perdamaian, tapi malah mengambil tanah lagi, " kata Adnan Husseini, Gubernur Palestina untuk Yerusalem. Dia hanya dapat berdiri dengan geram di luar gerbang hotel yang dijaga ketat petugas keamanan bersenjata. "Mereka menodai daerah ini dengan membangun permukiman di sini," dia menambahkan.
Bangunan Hotel Gembala ini dulu markas Haji Amin al-Husseini, mantan Imam Agung Yerusalem, sekaligus kakek Adnan. Pada 1985, bangunan itu dibeli miliuner Amerika keturunan Yahudi, Irving Moskovitz, yang mendukung pembangunan permukiman Yahudi. Moskovitz membeli melalui lelang yang dilakukan keluarga Husseini.
Pembongkaran hotel bersejarah ini masuk laporan tahunan Uni Eropa sebagai reaksi atas meluasnya permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Laporan itu menyebutkan kemungkinan Yerusalem Timur menjadi ibu kota Palestina di masa depan akan sulit terwujud. "Apalagi melihat gencarnya Israel menerapkan kebijakan dan tindakan untuk memperluas pembangunan permukiman Yahudi," tulis laporan tersebut.
Israel juga biasa membayar petugas kota untuk mengultimatum warga agar meruntuhkan rumah mereka dalam waktu sehari. Apabila warga tidak menurut, dalam 24 jam pemerintah kota akan menghancurkan rumah itu. Karena ancaman tersebut, banyak keluarga yang menghancurkan rumahnya.
"Bahkan saya harus membayar US$ 7.000 guna menyewa pekerja untuk meruntuhkan rumah saya sendiri. Saya tidak tahu mengapa biayanya sampai sebesar itu," ujar Mousa Subuh. Ia salah satu warga Palestina yang terpaksa membangun tiga rumah kontainer-tidak permanen-di atas sebuah lahan di Yerusalem Timur.
"Posisi PBB saat ini adalah mengingatkan pemerintah Israel agar segera mengambil langkah untuk menghentikan penghancuran di wilayah Tepi Barat, khususnya Yerusalem Timur," ujar koordinator kemanusiaan PBB untuk pengungsi Palestina, Maxwell Gaylard, saat berkunjung ke kediaman keluarga Subuh.
Laporan PBB menyebut penghancuran permukiman Palestina di Yerusalem Timur meningkat 45 persen. Tahun lalu sekitar 396 permukiman Palestina dihancurkan. Padahal ada 27 ribu warga Palestina tinggal di sana dan Israel hanya menyisakan 13 persen lahan untuk permukiman Palestina. Akibatnya, selama tahun 2010, sekitar 561 warga Palestina mengungsi, termasuk 280 anak-anak.
"Pemerintah Israel hanya memberikan izin membangun 200 rumah per tahun bagi warga Palestina, padahal mereka memerlukan lebih dari 1.500 rumah," tulis laporan tersebut.
Kelompok fundamentalis Yahudi bahkan menggunakan argumen ideologis untuk mendukung pembongkaran permukiman Palestina. Dalam penghancuran Hotel Gembala, mereka menuduh keluarga Amin al-Husseini adalah pendukung paham Nazi.
"Tidak ada suara yang lebih indah daripada pembongkaran bangunan milik pelaku kejahatan yang mendukung Nazi, bahkan merekalah Nazi," ujar Daniel Luria, anggota organisasi Ateret Cohanim, organisasi sayap kanan pendukung pembangunan permukiman.
Israel mencaplok Yerusalem Timur sejak 1967. Mereka menganggap tanah itu sebagai "hak milik abadi yang tidak dapat terbagi". Setelah itu, permukiman Palestina mengalami penghancuran terus-menerus. Puncaknya, pada 2007 Perdana Menteri Ehud Olmert menyetujui pembangunan permukiman Yahudi Ma'ale Hazeitim di wilayah itu.
Permukiman Palestina di Yerusalem Timur lainnya yang dicaplok Israel adalah Sur Baher. Pada 1970 pemerintah Israel menyita lebih dari 2.000 kepemilikan tanah di sana untuk membangun permukiman Yahudi Talpiot Timur. Kemudian Israel menyita lagi 900 kepemilikan tanah pada 1997 untuk membangun permukiman Har Homa.
Cheta Nilawaty (AFP, BBC, Guardian.co.uk, Reuters/majalahTempo)
2 Komentar:
GA selesai-selesai ini masalah kasihan rakyat pelestina yang jadi korban.... siapa ya yg bisa selesaikan masalah disana???
@ sepak bola news = soccer : Bangsa kita pernah dijajah Portugis, Belanda dan Jepang. Kita rasakan kebiadaban para penjajah itu, namun mereka masih beradab. Kebiadaban Israel melebihi ketiga bangsa yang pernah menjajah Indonesia.
Posting Komentar
"Bila Anda berkenan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon, sudilah menuliskan komentar di sini; Bagi Anda yang berniat Copas konten blog, saya persilahkan, dan tolong link balik diikutkan. Terima kasih, Love and Peace".